"Begitulah kenyataannya, Kak. Maafkan aku, aku sudah berusaha untuk pergi jauh darimu. Tapi, sulit sekali melupakan rasa cintaku ini dengan pergi ke Korea," lenguh Yoona menundukkan kepala.
"Makanya waktu itu, aku datang ke rumah Kak Laila. Tapi takdir malah berkata lain. Kak Laila menyatukan kita dalam sebuah pernikahan. Jujur, aku sudah ingin pergi waktu itu. Tapi …." Yoona beranjak dari tempat duduknya dan segera masuk ke kamar tanpa menyelesaikan ucapannya.
Tak ada kata terucap dari mulut Naufal. Ia tertunduk di sofa dengan mengingat masa lalu, dimana empat bulan lalu, Laila meninggal dalam pangkuannya di depan semua keluarga.
Selama ini ia dingin terhadap Yoona karena memang merasa jika dirinya tidak bisa mencintai adiknya sendiri. Naufal merasa bersalah sudah menikahi Yoona tanpa memberikan kasih sayangnya.
Hanya terbesit dalam pikirannya, ia takut akan mengkhianati laila walaupun pernikahan itu amanah dari mendiang istri pertamanya itu. Mendengar semua kebenaran dan perasaan Yoona sesungguhnya, membuat Naufal dapat berfikir jika dirinya sudah terlalu jahat terhadap istri kecilnya itu.
"Apa yang sudah aku lakukan ini?" gumamnya dalam kegelapan ruang tengah apartemennya.
"Ya Allah, aku sudah sangat berdosa bersikap acuh kepada Yoona selama ini. Aku memang merasakan ketulusannya … Tapi kenapa aku sulit untuk mencintainya, Ya Allah. Kapan hatiku akan terketuk?" sambungnya dengan mengelus dada.
Naufal lalu ke kamar menemui Yoona. Ia melihat istrinya tengah merapikan perlengkapan yang akan ia bawa untuk berlibur esok hari bersama dengan teman-temannya.
"Assallamu'alaikum," salam Naufal mengetuk pintu.
"Wa'alailumsallam, Kak. Masuk lah, aku sedang beberes. Apa kak Naufal membutuhkan sesuatu? Aku akan lakukan setelah persiapan ini selesai," Yoona masih bisa tersenyum, padahal saat terakhir hendak masuk ke kamar ia terlihat begitu murung.
Naufal duduk di samping ranjang. Menghela napas dan bertanya, "Besok, rencana mau berapa hari? Aku hanya ingin tanya itu saja, kok,"
"Maunya sih dua hari satu malam. Tapi, kita lihat saja besok. Aku takut kalau kakak tidak bisa menyusulku, bakal sendirian dong aku. Secara semuanya membawa pasangan," celetuk Yoona seperti anak kecil.
"Nanti aku usahakan. Semoga saja waktu nya cukup," ucap Naufal membelai rambut sang istri yang saat itu tidak memakai jilbab.
"Tapi, kalau memang kakak tidak bisa datang, tidak apa-apa. Besok aku akan ikut sehari saja, dan pulang sore hari," Yoona tidak ingin memaksakan kehendak.
Bagaimanapun, Naufal baru saja baik kepadanya. Tidak ingin terjadi kesalahan yang akan membuat Naufal kembali jauh terhadapnya.
"Akan tetap aku usahakan. Tapi hari ini, aku akan ke resto. Aku pamit dulu, ya. Kamu istirahat saja dulu, assalamu'alaikum, " pamit Naufal mengusap kepala Yoona dan mengecup keningnya.
"Wa-wa-wa'alaikumsallam," jawab Yoona gugup.
Bukan hanya mengecup kening saja. Naufal juga menebar senyuman hangat seperti ketika mereka pertama bertemu 11 tahun lalu. Yoona dibuat terbang tinggi karena kecupan dan belaian lembut tangan Naufal.
Tubuh yang sebelumnya bagaikan melayang tinggi, ia menghempaskan dirinya ke ranjang dan berguling-guling saking senangnya. Mengingat Naufal yang selama empat bulan itu dingin sikapnya, telah kembali lagi seperti semula.
"Kak Naufal mengecup keningku? Dia bahkan juga tersenyum lembut kepadaku? Aaa … Aku sangat bahagia karenanya," ungkap Yoona terus merona pipinya.
***
Di restoran, Naufal terus saja digoda oleh Nai dengan candaan akrabnya kembali Naufal dengan adik kecilnya yang kini menjadi istrinya.
"Ehem," Nai mendeham.
"Assallamu'alaikum, mantan Perwira. Senyum-senyum sendiri kenapa? Apakah ada keajaiban dunia?" goda Nai.
"Mana ada, aku habis menang lotre siang ini, kenapa? Kau mau?" elak Naufal, pandai mengatur ekspresi wajahnya.
"Cih, nggak lucu tau. Dah yuk, kita ke supplier dulu. Aku sudah mengatur jadwal kembali. Besok, biarkan aku dan Triono yang menemui supplier lain, dan kamu bisa menyusul istri kecilmu itu," kembali Nai menggodanya.
Kebaikan Nai disambut baik oleh Naufal. Ia hanya tersenyum mendengar godaan sahabatnya itu. Kemudian, sengaja mengatur ulang pertemuan lebih awal dengan supplier resto sore itu juga. Agar keesokan harinya hanya tinggal satu supplier yang akan ditemui oleh Nai dan Triono, sahabat kakak Naufal yang ada di Indonesia. Setelah itu, dirinya bisa segera menyusul istrinya berlibur bersama teman-temannya.
"Aku pulang terlambat, apa harus aku memberikan kabar kepada, Yoona?" gumam Nai.
"Tidak, aku tidak boleh mengganggu kesenangan dia yang ingin berlibur. Biarkan saja dulu." sambungnya.
Malam itu saat Naufal pulang sangat larut. Ia melihat Yoona tertidur di sofa. Naufal sangat lelah saat itu, ia berjalan mendekati istri kecilnya dan melihat wajah manisnya saat tertidur.
"Apa dia menungguku? Dia tidur di sofa?" gumam Naufal dalam hati.
Ada alasan tersendiri mengapa Naufal pulang malam. Dirinya harus menyelesaikan pekerjaannya yang di luar kota dengan waktu cepat. Ia harus meng-chek barang yang akan ia beli untuk kebutuhan restonya.
Berkali-kali Naufal mencoba membangunkan Yoona dengan lembut, namun Yoona tak kunjung bangun dari tidur nyenyaknya. Naufal berpikir Yoona kecapean karena saking semangatnya ingin liburan dengan teman-temannya.
Selama ini, setiap Yoona hendak pergi bersama teman-temannya, Naufal selalu diam tidak memberi izin. Sekali memberi izin, Naufal selalu mendiamkannya tanpa alasan.
Naufal pun menggendong Yoona ke kamar. Kemudiannya menyelimuti tubuh mungil Yoona dengan selimut tebal. Setelah mengurus istrinya, Naufal pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu, bersiap untuk sholat isyak dan setelah itu ia juga langsung tidur di samping istrinya.
Alarm subuh bunyi, Yoona bergegas ke dapur dan memasak sarapan untuk mereka berdua. Hari itu Yoona begitu sangat bahagia, karena akhirnya Naufal mau menyusulnya untuk liburan.
"Aduh-aduh yang semangat mau liburan sampai lupa subuhan, nih? Sholat subuh dulu dong, jama'ah, yuk!" tegur Naufal dengan halus pagi itu.
Setelah sholat subuh, Naufal juga membantu Yoona masak, mereka juga makan berdua. Setelah itu, Naufal langsung bergegas ke resto dengan Nai agar kesibukannya cepat usai dan bisa menyusul Yoona dengan cepat.
"Yakin nih nggak mau aku antar?" tanya Naufal mengkhawatirkan sang istri.
"Kepagian lah, Kak. 'Kan masih siangan nanti berangkatnya. Kak Naufal kerja aja nggak papa, jangan lupa nanti nyusul ya_" ujar Yoona dengan sedikit manja.
"Kalau begitu aku berangkat dulu, ya. Assallamualaikum ...." pamit Naufal dengan tidak lupa menjulurkan tangan, agar Yoona bisa mencium tangannya
Ada rasa yang janggal ketika Naufal berangkat. Namun, ia tidak rasakan, karena pasti istri kecilnya akan baik-baik saja. Bahkan di rumah, Yoona juga menyempatkan diri untuk beberes rumah dengan riang gembira, sambil bersholawat bahagia.
"Nanti Kak Naufal mau menyusul? Ihh, senengnya aku. Nggak sabar deh mau bermesraan, berduaan juga di dalam kamar villa gitu hehehe. Pasti vibesnya seperti pasangan yang sedang bulan madu!" Yoona bergumam sekaligus mulai berkhayal.