Jeno mengatakan bahwa dia tidak akan bisa lagi pergi menemaniku, padahal seharusnya hari ini kami sudah berada di airport untuk pergi ke Korea Selatan. Setelah berbulan-bulan mengatur jadwal untuk liburan di tengah-tengah jadwal mengurus kedai kopi yang sangat ramai, kami akhirnya bisa berlibur bersama hari ini. Tetapi beberapa jam lalu dia menelpon ku, berkata bahwa dia tidak diizinkan dan menyuruhku untuk pergi tanpanya.
"Apa lebih baik untuk tidak pergi?" tanyaku bergumam di depan kaca cermin.
Aku belum berminat untuk pindah tempat tinggal karena itu pasti akan memerlukan waktu yang lama. Aku harus menata dan mengemasi barang serta aku juga harus membeli barang-barang baru yang akan menguras uang. Lebih baik aku tetap berada di rumah atap ini saja.
"Tidak," aku menggeleng, tidak mungkin aku pergi tanpa Jeno padahal pria tu yang memesankan tiket untuk kami berdua.
"Apa harus di jual?" gumamku.