*Ruang Kantor Guru*
Mentari yang begitu bersemangat membuatku terpacu untuk melakukan kegiatan hari ini. Mempersiapkan materi dan alat tulisku sebelum memulai dengan anak-anak di sekolah. Mereka akan belajar tentang berbagai profesi dilingkungan sekitar. Pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa. Terlihat rekan yang lain juga melakukan hal yang sama denganku sebelum memasuki kelas.
"Pak Zaki, adakah waktu sebentar saja?" Tanya salah satu teman ku dengan pelan.
"Oh, ada pak. Ada apa ya?"
"Mau tanya pak, besok sabtu ada acara tidak ya?. Saya boleh minta tolong?"
"Sabtu ya pak, sepertinya tidak ada. Minta tolong diantarkan atau bagaimana ?"
"Hari itu jadwal Coki melakukan sosialisasi dipuskesmas perwakilan dokter kecil, namun saya harus mendampingi anak-anak praktek mencangkok tanaman."
"Em, kalau soal itu jangan khawatir pak. Saya siap mengantar Choki. Hari sabtu jadwalnya kelas 4 olahraga. Jadi pagi saya tidak ada kelas." Jawabku mengiyakan
"Alhamdulillah kalau begitu pak Zaki. Terimakasih sebelumnya. Ayo kita masuk kelas!"
"Ayo pak Eko." Jawabku dan melangkah menjauh dari kursiku.
Pak Eko adalah guru kelas 5 dengan karakter tegas dan penuh kharisma. Beliau guru senior disekolahku dengan usia terpaut 15tahun lebih dulu dibanding aku. Postur tinggi dan gagah dengan tahi lalat di sudut alisnya. Terlihat agak seram dihadapan anak-anak, namun sangat mengayomi dan merangkul teman-teman yang masih junior seperti ku. Bisa dibilang Pak Eko adalah sosok idola dan panutan dalam bertindak dan berperilaku.
###
Entah aku sampai lupa membalas pesan dari Sinta, gadis ayu yang akan kujadikan sasaran bidikan cintaku, eeeeaaa.
Hari ini begitu kunikmati waktu bersama anak-anak, belajar bersama mereka.. Memperlihatkan video dan diskusi kelompok. Rasanya senang melihat antusias mereka dalam mengikuti kegiatan kamis ini. Kulihat jam yang melingkar ditangan kiriku tepat pukul 11 siang, bel berbunyi mengakhiri materi pendidikan sosial.
Dengan langkah beriringan, kutinggalkan kelas dan kembali ke ruang kantor.
"Maaf ya baru sempat balas. Hari ini suka sekali dengan anak-anak, sampai lupa kalau ada pesan dari gadis cantik.ðŸ¤"
"Dimaafkan pak guru. Mau donk jadi muridnya, xixixi." tak berselang lama sinta membalas chat ku.
"Boleh. Tapi kalau muridnya udah gede kaya sinta, nanti pak guru grogi.😀"
"Em, pak guru ngerasa grogi juga ya. Apa karna muridnya cantik kaya aq."
"Begitulah, tapi pingin juga ketemu langsung sama sinta."
"Wah, pasti g sabar mau ajarin sinta. Mau juga pak guru, tapi minggu ini g bisa pulang soalnya ada kegiatan luar dari kampus."
Obrolan ringan kami membuatku semakin bersemangat mendekatinya. Aku sudah tak sabar tuk segera bertemu Sinta, bahkan harapanku semoga dia bisa menjadi kasihku. Aku yang sedari tadi senyum-senyum sendiri, memancing temanku untuk melempar pertanyaan.
"Hp nya kenapa pak Zaki, ada yang lucu ya?" seolah dengan nada meledek keluar dari mulut bu Tina.
Belum sempat kujawab,
"Biasa lah bu Tina, pacar baru." Timpal pak Idris.
Kata-kata pak Idris membuat wajahku memerah saking malunya.
"Nggak lah pak. Ini balasan dari temen kok lucu gitu." Jawabanku membela diri.
"em, jujur pak. Saya juga pernah muda lho. Sudah hafal itu mah." sambil tertawa.
"Eh, maaf baru ingat pak. Besok sabtu, anak-anak kelas 4 sama pak Idris ya. Saya ada perlu mengantar Choki ke puskesmas."
"Langsung ngalihin obrolan nih pak Zaki, padahal seru lho kalo dibahas. hihihi. Iya pak tenang, saya siap dikelas 4."
*Pukul 08.00 di Puskesmas*
"Acara sosialisasi sampai jam 9, mau ngapain ya. Cari kopi dulu ah." Gumamku yang kemudian melangkah keluar puskesmas mencari kantin. Kantin itu terletak di seberang jalan.
Kantin yang tak begitu rame ataupun sepi. disana ada dua pelayan, dua ibu-ibu yang sedang menyantap soto, satu anak muda yang menikmati kopi, dan seorang perawat yang menunggu pesanan duduk di sebelah kiri bangku panjang. Postur tinggi kira-kira setara telingaku jika disejajarkan. Sedangkan aku dikisaran 170cm. Berseragam putih mengenakan masker medis. Aku sedikit memperhatikan karena posisi duduk yang berdekatan denganku. Ku coba tersenyum ketika pandangan kami tak sengaja beradu.
Dia anggukkan kepala pertanda membalas sapaanku. Hanya terlihat sorot matanya, kurasa ada getaran yang berbeda. Aroma parfum yang ia kenakan tercium dan membuatku terasa nyaman. Kemudian ia berlalu setelah pesanannya datang. Kurasa ia juga tak sempat memperhatikan wajahku. Kenapa ini, apa yang kurasakan. Padahal aku akan membidik sinta seorang gadis yang akan jadi calon perawat, dan hari ini aku bertemu dengan gadis lain yang justru mengalihkan pandanganku. Oh,, lelaki macam apa ini, gumamku sambil tersenyum.
Secangkir kopi datang dan segera kunikmati. Perlahan namun pasti, sruputan pertama dengan kuhirup aroma khasnya. Sungguh betapa nikmat bagi pecinta kopi. Masih dengan perawat yang tadi membalas sapaanku, kurasa aku pernah melihatnya. Tapi siapa dia, apakah hanya mirip dengan seseorang. Aku segera mengeluarkan ponsel dan menghubungi sinta.
"Selamat pagi calon suster."
Tak ada jawaban hingga setengah jam lamanya, mungkin dia memang sedang sibuk karna kemarin dia bilang ada kegiatan luar. Aku segera kembali ke puskesmas menuju ruang tempat choki sosialisasi. Sampai depan ruang, seorang perawat menghampiriku dan menyodorkan formulir.
"Maaf pak, ini formulir yang harus di isi nanti ketika sampai di sekolah."
"Eh, kok mbak tahu kalau saya yang mengantar murid saya?"
"Tahu donk pak, karna dari 15 pendamping, hanya satu yang belum saya beri formulir. Sekarang bapak terlihat menunggu seseorang di dalam ruangan, sementara yang lain baru saja pergi sekedar menikmati kopi. ups"
"Maaf ya mb." Jawabku dengan tersenyum kecil.
Lagi-lagi sorot matanya serasa menenggelamkanku. Bagai terhipnotis olehnya. Terlihat nametag atas nama Meydina. Dia juga melihat ke arah dadaku yang tertera Zaki Budiman.
*
*
*
Sampai sini dulu bab 2 nya, kira-kira apa yang terjadi dengan Zaki dan Meydina?
Tunggu kelanjutan ceritanya ya !