Edo saat ini berada tepat di depan sebuah pintu rumah yang bercat hitam. Daun pintu itu terbuat dari kayu jati dengan ukiran rumit di beberapa sisi.
Tok!
Tok!
Tok!
Edo mengetuk pintu kayu bercat hitam itu. Ia tidak tahu saja saat ini bahkan Arjun dan Qiran mundur beberapa langkah. Jadi, hanya Edo yang satu-satunya berada di depan pintu rumah yang tidak memiliki teras ini.
"Permisi! Madam Aria! Hallo! Ini Edo!" Edo memanggil dengan suara lantang secara berulang-ulang.
Jauh di belakang sana, Qiran tengah berbisik ke telinga Arjuna.
"Juna Sayang, ini sungguhan rumah neneknya temanmu yang aneh itu? Kok dia manggilnya 'madam'?"
Arjuna mengangkat kedua bahunya.
"Mana aku tahu, Qiran. Edo tidak pernah membahas sebelumnya tentang neneknya ini. Entah nenek kandung, atau hanya sebutan pada wanita yang lebih tua. Kau juga ingat 'kan jika Edo memang pernah membahas bahwa ia memiliki keistimewaan yang diturunkan dari neneknya?"
"Oh iya ... yang waktu di rumah sakit itu, 'kan?"