"Kenapa Anda begitu yakin, heh?" Qiran menyeringai misterius saat ini. "Saya bisa saja melenyapkan anak angkat Anda itu jika saya menginginkannya, bukan?"
"Qiran!!" Tuan Rendi membentak. Ia kini bahkan bangkit dari duduknya. Tuan Rendi menunjuk ke arah anak sulungnya itu. "Jangan sekali-kali mengatakan itu, Qiran! Ayah tidak akan pernah memaafkan jika kamu berbuat sekejam itu pada adikmu!" ancam Tuan Rendi dengan suara lantang.
Qiran mengalihkan wajah, tidak ingin melihat wajah ayahnya yang memerah karena emosi itu.
"Bukankah lebih kejam Anda yang tidak pernah memedulikan anak-anak Anda, Tuan Rendi Pradhika?"
Mendengar itu, Tuan Rendi menurunkan tangan yang dipakai untuk menujuk Qiran tadi. Ia terduduk lemas di sofa. Ucapan putri sulungnya itu memang benar. Bukan Qiran yang kejam selama ini, tapi dirinyalah yang kejam pada anak-anaknya.