"Juna, kamu nggak pingsan lagi, 'kan? Kenapa diam saja, eum?" seru Yudha, di tengah-tengah ketakutannya.
Yudha tersenyum lega saat mengetahui sahabatnya masih bernapas, bukannya mati seperti dalam pikirannya tadi.
Namun, apa yang menyebabkan sahabatnya itu tak berbicara sepatah kata pun dari beberapa menit lalu? batin Yudha.
"Aku tahu kalau kamu juga ketakutan seperti aku juga, Juna. Tapi, tidak bisakah kamu tidak membuatku semakin ketakutan dengan diam seperti itu, eum?" desis Yudha, setengah memohon.
Hening.
Hanya deru napas mereka yang terdengar.
Yudha semakin kesal. Ia mengguncang bahu kanan Arjuna yang katanya sakit tadi.
"Bicara dong, Juna! Jangan diam seperti orang kerasukan seperti itu! Aku sungguhan takut, Juna!" berang Yudha.
Yudha kembali mengernyit. Bukankah kawannya itu tadi mengeluh tulang bahu kanannya bergeser, karena jatuh dari ketinggian beberapa kali? Tapi, kenapa Arjuna tak merespons saat Yudha menekan titik cedera itu? Ini semakin aneh, batin Yudha.