"Apa?! Lemparan piring nyasar?"
Arjuna mengganguk. Tapi, ia segera memutus kontak mata dengan Hilal. Arjuna kembali menyibukkan diri dengan membaca buku pelajaran, meski ia tidak berniat untuk belajar. Setiap kali mengingat bagaimana ia mendapatkan luka itu, amarahnya kembali membuncah.
"Siapa yang tega melemparimu piring, Nak?"
"Ya Yosi-lah, Ayah. Siapa lagi coba yang tega menyiksa keluarganya sendiri sekejam itu selain Tuan Yosi Ronivanendra." Arjuna menjawab. Tatapannya berubah dingin setiap kali menyebutkan nama itu.
Napas Hilal juga langsung menderu mendengar nama itu. Kedua tangannya juga kini ikut terkepal.
"Lelaki brengs*k!! Berani sekali dia melukaimu sekejam itu!" desis Hilal dengan tatapan yang kejam.