Angga sangat terkejut hingga tubuhnya menolak untuk bereaksi. Setelah beberapa saat, barulah Angga dapat kembali mengendalikan dirinya. Air mata tiba-tiba menetes dari pipi gembilnya. Angga yang selama ini merasa sebagai satu-satunya
keturunan papanya, kini harus ditampar kenyataan itu.
Segala macam emosi, kini dirasakan Angga. Dia marah karena papanya menyembunyikan hal sebesar itu. Dia kecewa karena mamanya yang melarang papanya untuk memberitahukan kenyataan itu pada Angga.
Angga juga sedikit merasa senang karen keinginannya yang memiliki saudara ternyata terwujud, meski Angga belum tahu kapan tepatnya ia dapat menerima kenyataan yang begitu tiba-tiba ini.
Intinya, Angga butuh waktu untuk menerima kenyataan itu. Angga juga harus menghilangkan sikap egoisnya. Oke, Angga memang berada dalam usia remaja yang masih labil, Angga merasa senang dan sedih di waktu yang bersamaan.