Pemuda itu menarik pergelangan tangan Qiran dan mengajaknya duduk di atas trotoar. Mereka berdua duduk saling membelakangi sesuai instruksi pemuda itu.
"Jika yang keluar hanya air mata, maka keluarkanlah. Jika kau menahannya, maka akan menjadi racun. Lagipula, menangis itu bukan menunjukkan bahwa seseorang itu lemah, tapi menunjukkan bahwa dia masih memiliki hati."
Pemuda itu berucap. Dia juga menangadah. Matanya terlihat memerah. Entah karena air hujan atau dia sedang menangis juga seperti Qiran saat ini.
"Jika perlu juga, kau berteriaklah! Luapkan semua emosimu seperti ini. AAAAHHH!!!" Pemuda itu berteriak, mencontohkan pada Qiran.
Setelah mendengar ucapan pemuda yang baru ditemuinya itu, Qiran semakin menangis tergugu. Dia tidak tahu siapa pemuda yang duduk di belakangnya saat ini, yang jelas ucapan pemuda itu benar juga. Qiran butuh meluapkan segala emosinya dengan cara menangis. Hal itu dapat membuat Qiran merasa sedikit lega setelah menangis sambil berteriak.