"Sekadar membayangkannya pun bulu kudukku berdiri," kataku. "Dia kurang berhati-hati."
"Hm, pasti begitu."
"Tentu saja begitu."
Aku lebih merapatkan tubuhku kepadanya. Kupegang tangan yang ia gunakan untuk mengelus perut sedikit buncitnya. "Tetapi kau akan baik-baik saja. Aku dan kau tak akan jatuh tergelincir. Kita tak akan jatuh kalau kita bersama seperti ini."
"Pasti?" Maura manyahut.
"Pasti!"
"Kok yakin?" Mauraku berucap kembali.
"Yakin saja," ujarku sambil menggenggam tangannya yang mungil dan dingin itu erat-erat. "Sederhananya ... andai kita seperti ini, bersama seperti dulu, kita akan selamat. Selamat dari semua hal melelahkan ini, Maura. Benar, 'kan?"
"Kau ... serius?"
"Tentu saja."
Maura menoleh ke arahku. Aku bersimpuh, sejajar dengannya. Ia menatap mataku dalam-dalam. Mencondongkan tubuhnya dan perlahan-lahan menempelkan pipinya di pipiku. Tindakan indah itu sekejap membuat dadaku sesak dan hangat.
"Terima kasih," ujar Maura.
"Kembali," kataku.