Casley membuka matanya perlahan, ia memperhatikan dinding ruangan ini, dan ia baru sadar jika ini bukan lah kamarnya. Casley langsung bangkit dari tidurnya, namun kepalanya seakan tertarik, apakah ia pingsan sebelumnya? Sampai merasa se pusing ini ketika terbangun? "Ah, kau sudah bangun, ya?" tanya seseorang. Casley yang panik, langsung menarik tubuhnya ke belakang, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari pemilik suara itu. Bukannya menampakan diri, orang tersebut malah tertawa, seakan ada yang lucu pada diri Casley.
Ruangan yang tadinya terang, kini menjadi gelap, dan hanya ada satu titik cahaya yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Casley yang sudah kalut dengan rasa takut, mulai merasakan rasa sesak di dadanya, deru nafasnya mulai tidak teratur, dan keringat mengalir deras membasahi pipinya. "Ah, seharusnya hari itu aku langsung membunuh mu saja, Casley. Harusnya dari awal aku tahu, kau lah yang memegang kendali informasi di sekolah, Casley." Apa yang dia maksud? Kenapa dia harus membunuh Casley?! "Aku pikir ... si Reyna sialan itu yang membocorkan semua informasi kejahatan orang–orang di sekolah, tapi ternyata itu kau? Keterlaluan!" Casley menautkan kedua alisnya, informasi kejahatan? Yang mana? Casley mungkin tau semuanya, tapi ... tapi ia tidak membocorkan satu informasi secara terang–terangan, atau yeah, dalam kata lain, Casley menjualnya.
"Aku tidak tahu siapa anda, jadi tolong lepaskan aku! Aku juga tidak mengerti apa yang anda bicarakan itu!" teriak Casley kesal. Casley mendengar suara pintu yang terbuka, ia mencari ke segala sudut, namun tidak ada satu orang pun yang Casley lihat. Casley menurunkan kakinya, ia harus pergi, atau setidaknya, Casley harus melawan orang itu agar bisa pergi dari tempat ini!
"Aha, kau pikir .... kau bisa pergi begitu saja, Casley?"
Casley melihat ke arah kedua tangannya, sejak kapan tangannya dipasung? Dan ... tubuh Casley terikat dengan tempat tidur ini? Apa sebenarnya yang orang itu mau? "Kenapa kau lakukan ini padaku, hah?!" tanya Casley, dengan suaranya yang tinggi. Bukannya mendengar jawaban dari orang itu, Casley malah merasakan tubuhnya seperti tersengat listrik, jantungnya berdetak lebih cepat, keringat di tubuhnya pun semakin banyak. "Ini bukan apa–apa, Casley. Kau akan merasakan yang lebih buruk dari ini!" teriak suara itu. Casley yang baru saja bisa bernafas lega karena mendengar suara pintu tertutup lagi, harus berteriak kesakitan karena ia merasakan aliran listrik yang lebih tinggi di tubuhnya. Tidak sampai di situ, Casley juga merasakan tubuhnya tergores sesuatu, dan ia dapat melihat ada bercak darah yang mengalir dari tangannya.
Tidak, Casley tidak boleh berdiam diri seperti ini, ia harus memberontak, dan melepaskan dirinya dari semua rantai yang menjerat tubuhnya ini. Namun, apa yang Casley lakukan sia–sia saja. Sekuat apapun dirinya, jika harus memutuskan rantai ini, malah ia akan melukai dirinya sendiri, dan mungkin, ia aka mati jika rantai itu sampai melukai urat nadinya. Sekarang yang bisa Casley lakukan hanyalah, menunggu seseorang datang, dan menyelamatkan dirinya, walau itu terdengar sedikit ke kanak–kanakan, tapi itu yang ia harapkan.
Sedangkan di luar sana, para penjaga sedang kewalahan menghadapi orang–orang tidak jelas yang secara tiba–tiba, datang dan menyerang markas mereka. Walau yang datang hanya 3 orang, tapi mereka berhasil mengalahkan setengah dari para penjaga ini. Kenapa ada orang sekuat ini? Bagaimana mereka melewati kehidupan mereka sebelumnya? Ketiganya menyerang secara acak dan brutal, tidak peduli siapa lawan mereka, dan sebesar apa tubuhnya, mereka bisa mengalahkannya.
"Siapkan senjata kalian, setelah ini kita akan melawan pasukan bersenjata!" titah seorang perempuan. Keduanya mengangguk, dan mulai mengeluarkan senjata yang mereka bawa. Dengan langkah bayangan, mereka menyusuri lorong gelap dan lembab ini, mencari ruangan di mana Casley berada. Namun jauh di depan sana, salah satu rekan mereka sudah berhasil masuk, dan tinggal mencari cara untuk menyelamatkan Casley. Ah, dia tidak terlalu pandai bertarung, mangkanya ia menunggu teman–temanya menyerang orang–orang ini.
"Ah sial, bisa–bisa aku ketahuan jika mereka datangnya lama!" batinya.
Tak berselang lama dari itu, para penjaga itu berlari keluar, dan suara tembakan terdengar dari segala arah. Ah bagus lah, mereka pergi tanpa berpikir ada orang yang akan membuka paksa pintu ini. Tanpa banyak menunggu lagi, ia keluar dari tempat persembunyiannya, dan langsung berjalan ke arah meja yang berisikan tombol angka dan warna. Tenang saja, ini bukan hal yang sulit untuk ia lakukan. "Tombol ini untuk menghentikan aliran listriknya, dan yang ini untuk membuka pintu. Tapi ... jika aku hanya menekan tombol untuk membuka pintu, aliran listrik yang dihasilkan akan jadi lebih tinggi," gumamnya panjang. Dengan perlahan tapi pasti, ia menekankan tombol berwarna hijau, bersamaan dengan tombol huruf H, dan .... "Hey! tenang, jangan sembarangan berlari seperti itu, Casley!" cercanya sembari berbisik. Casley yang masih merasakan takut, berusaha untuk melepaskan diri dari gadis itu, karena pakaian yang ia kenakan sangat aneh.
"Casley, sekarang lihat aku, kau pasti mengenal aku, kan?" tanyanya. Casley menoleh ke arahnya, melihat wajahnya secara seksama. Ia berusaha mengenali wajah itu, tapi ia tidak tahu di mana pernah melihat orang ini. "Tere! Apa kau berhasil menyelamatkan Casley?!" Tere dan Casley sontak melihat ke sumber suara, dan ternyata itu adalah Reyna. Reyna? Kenapa dia bisa ada di tempat seperti ini? "Nanti saja Casley, simpan semua pertanyaan mu. Ghani dan Jake sudah menunggu kita, kita harus segera pergi dari sini!" ucap Reyna lagi. Melihat Reyna yang sudah pergi, Tere langsung menarik Casley, menuntun gadis itu untuk ikut berlari bersamanya.
Walaupun tubuhnya lemas karena terus menerus mendapatkan sengatan listrik, Casley masih tetap berusaha untuk berlari, ia tidak mau berada di tempat ini dalam jangka waktu yang lama. Perasaan Casley sedikit lega ketika ia melihat cahaya matahari, semua harapannya untuk bisa keluar dari ruangan tadi sudah terbayar. Dan sekarang, Casley hanya ingin tertidur dengan tenang.
"Hey kalian ... terima kasih!"
Reyna dan tere menghentikan langkah mereka, keduanya menghela nafas sejenak, sebelum akhirnyaa mereka membopong tubuh Casley yang terbaring di atas tanah. Ghani dan Jake yang melihat itu pun, langsung ikut membopong Casley ke dalam mobil. Hey tenang saja, mereka tidak akan melakukan hal yang serupa pada Casley, tapi Casley harus membayarnya semua ini. Ingat, di dunia ini tidak ada yang cuma–cuma.
"Aku akan mengirim laporan pada Jessi, ada barang perusahaan yang dijual secara ilegal, dan itu dipergunakan untuk hal yang tidak benar juga." ucap Reyna, yang diangkut oleh keduanya. "Dan untuk hari ini, tolong jangan ada yang datang ke markas pusat. Datang ke basecamp kita, ada yang perlu kita runding 'kan." Mendengar penuturan sang ketua, ketiga orang anggota timnya saling menatap satu sama lain, apakah ada sesuatu yang menganggu pekerjaannya?
"Ingat, aku tidak menerima sebuah pengkhianatan."
~~~~~