Setelah kejadian kemarin, Reyna dan rekannya tidak muncul lagi di sekolah. Mereka akan menunggu sampai berita–berita yang masih heboh di media massa itu reda, baru mereka kembali ke sekolah, untuk menutup permasalahan. Roman sebagai tersangka utama, wajahnya kini terpampang jelas disetiap acara berita. Dan kasus–kasus pembunuhan, serta murid–murid yang hilang pun ikut diangkat oleh para jurnalis. Polisi mulai berdatangan ke sekolah, mereka berusaha mencari muka di depan publik. Padahal sudah jelas, pemilik sekolah itu menyerahkan kasusnya pada inteligen Negara, dan hanya memilih beberapa polisi yang memang bisa dipercaya dalam pekerjaannya. "Selama satu minggu ini, kira–kira apa yang akan terjadi?" tanya Reyna, pada dirinya sendirilah. Ah, tidak terasa, ternyata pekerjaannya selesai dalam waktu kurang dari satu bulan. Entah ini pertanda baik atau bukan, tapi yang pasti, setelah ini, namanya sebagai Agent Dark Alone akan semakin dikenal.
Menjelang akhir kasus juga, ada masalah lain yang harus dihadapi tim 3. Yaitu, pengkhianatan yang hampir saja Ghani, atau Tomy lakukan. Kalian seharusnya masih ingat, ada orang yang menawarkan kerja sama pada Ghani beberapa hari lalu. Ghani memang menolaknya, tapi di hari yang sama, ia juga menyetujuinya. Mungkin Ghani memiliki alasan lain, tapi bagi Reyna, apa yang Ghani lakukan tentunya di luar kepercayaan Reyna sebagai ketua tim. Hari itu, tanpa berpikir panjang, Ghani memberikan salah satu chipset yang berisi barang bukti, yang membuat Casley hampir mati dibuatnya. Iyap, Reyna memang sengaja memisahkan chip yang berisi pembicaraan Casley dengan Rendra, yang mengakui bahwa dirinya adalah paparazi sekolah. Tapi tenang saja, pada akhirnya, Ghani juga yang membawa timnya untuk menyelamatkan Casley. Ah, itulah alasan mengapa Ghani tidak hadir dalam tim mereka beberapa hari ini.
"Jangan lupakan fakta bahwa tim 3 itu jarang mendapat misi bersama, Jake. Walaupun kita satu tim, seberapa sering kita mendapat tugas berkelompok? Selama ini ... Guez selalu menempatkan kita ditugas individualis," ucap Reyna panjang, melalui telfon selulernya. Sebagai tim khusus diorganisasi, mereka tentunya bekerja untuk tugas–tugas yang cukup berat. Oleh karena itu lah, anggota tim 3 bisa menguasai apapun, dan mereka tidak perlu bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugas mereka. Hanya saja, kasus kali ini lebih banyak dan rumit, jadi mau tidak mau, pimpinan organisasi mereka mengutus mereka berempat untuk menuntaskan semua permasalahan yang ada di sekolah itu. "Benar juga, ketua. Bisa di itung, ini adalah kali ketiga kita menjalankan tugas bersama, benar?" balasnya, dan Reyna hanya menjawab dengan dehaman saja.
Yah, itu lah alasan mengapa Ghani bisa melakukan pengkhianatan, dan alasan mengapa, mereka fokus pada bagian tugas mereka, tanpa membocorkan hal itu sampai waktu akhir tugasnya tiba. "Oh iya, Jake. Aku masih ada urusan, kita lanjutkan pembicaraan kita nanti," kata Reyna. Setelah itu, Reyna menutup saluran telfonnya secara sepihak, dan menghapus riwayat telfonnya. Ah iya, walaupun mereka rekan satu tim, tetap saja tidak boleh terlihat berhubungan jika sedang berada di luar pekerjaan.
Tidak mau membuang waktu lagi, Reyna segera mengganti pakaiannya. Ia memakai setelan casual khas anak muda, dengan celana jeans high waist berwarna hitam, dan dibalut dengan jaket jeans berwarna silver. Rambut tipe wolfcutnya digerai begitu saja, hanya ditutupi topi yang warnanya selaras dengan jaket yang ia gunakan. Semoga saja, semoga saja hari ini tidak ada masalah yang datang menghampiri Reyna. Karena ia sadar, sekarang ini dia sedang berurusan dengan Romando, pimpinan clan Mafia terbesar di Italia. Dan, masalahnya juga mungkin akan merambat ke masa lalu mereka.
Ah, tidak terasa, sekarang Reyna sudah sampai ke tempat ia membuat janji. Ia hanya tinggal menemui orang itu, berbicara beberapa kalimat, dan kembali ke rumahnya. Setelah masuk ke dalam Cafe, Reyna mencari nomor meja yang sudah dipesan, dan duduk di kursinya. Ah, ternyata Reyna datang terlalu cepat, ya. "Jangan membuang waktu ku, Karina." Setelah mengucapkan itu, sosok laki–laki bertubuh tinggi berjalan ke mejanya, ia memasang senyuman lebarnya, dan itu membuat Reyna kesal. Ah, iya. Karina adalah seorang laki–laki tulen. "Sepertinya mood mu sedang tidak baik, ya? Nona Cherinne?" tanyanya. Reyna berdecak kesal, apa ia datang ke sini hanya untuk sebuah basa–basi? "Langsung saja pada intinya," tekan Reyna lagi.
Karina menghela nafasnya, rupanya gadis ini tidak banyak berubah, ya? Dari dulu sikap dinginnya masih tetap sama saja. "Begini, Cherin. Kau harus berhati–hati, karena Romando sudah mengetahui siapa orang yang membongkar kasus di sekolah itu. Ah, maksudnya, dia sudah mulai mencari tahu tentang dirimu. Padahal, belum satu minggu berlalu, tapi mereka sudah mulai mencari tahu tentang mu, gadis muda," jelasnya. Reyna menautkan kedua alisnya, ia pikir, Roman tidak akan bertindak secepat ini. Tapi, perkiraannya salah. "Aku mengerti, Karin. Kau jangan terlalu khawatir, aku pasti bisa menjaga diriku dengan baik," balas Reyna. Karina menggelengkan kepalanya, seolah berkata bukan itu jawaban yang ingin karina dengar.
"Bukan hanya dirimu, gadis. Tapi rekan satu tim mu juga. Tapi tenang, aku bisa membantu mu untuk menutupi keberadaan rekan satu tim mu, dan membiarkannya dirimu menghadapinya sendiri." Sialan. Huh, memangnya apa yang bisa Reyna percayakan pada pria ini? Selain effortnya yang besar, mau datang ke Asia hanya untuk memperingati Reyna? Oh iya, semua rekannya sudah kembali ke markas pusat, yang berlokasi di Eropa. "Kau jangan berkecil hati, nona. Bawa ini bersama mu, aku hanya bisa memberikan ini untuk keamanan dirimu," ucap Karuna lagi. Setelah memberikan sebuah kotak pada Reyna, Karina berjalan menuju kasir, dan membayarkan tagihan minuman mereka. Ah, ia juga tidak banyak berubah di mata Reyna.
Saat Reyna hendak bangkit, ia melihat tangan Karina seolah menyuruhnya untuk tetap diam. Reyna menautkan kedua alisnya, ia melihat ke beberapa arah untuk mengetahui apa alasan Karina. Dan ternyata, ada anak buah Romando yang masuk ke dalam cafe. Bagi orang–orang biasa, melihat sebuah logo di pakaian yang mereka pakai mungkin hal biasa. Tapi untuk Reyna yang mengerti arti simbol itu, ia harus berhati–hati, agar tidak dikenali oleh mereka. "Kau boleh pergi," ucap Karina, melalui sambungan telepon yang belum terputus.
Ah, tadi itu hampir saja. Jika Reyna salah mengambil langkah, mungkin ia akan terlibat perkelahian dengan orang–orang itu.
"Hey kau! Kenapa sangat tergesa–gesa? Sampai meninggalkan sapu tangan mu di meja?" Nafas Reyna tertahan, ia jelas mengenal suara itu dengan baik. Dengan ragu, Reyna berbalik kearahnya, ia harus bisa bersikap biasa saja, dan ...
"Dasar Karina sialan!" batin Reyna, ketika melihat orang yang memanggil namanya adalah Karina.
~~~~