Chereads / I Love You, Salsha! / Chapter 2 - Chapter 1

Chapter 2 - Chapter 1

"Lo ikut kan reuni nanti?"

Satu kalimat yang mampu menghentikan aktifitas Aldi dari ponselnya. Sejak tadi, lelaki itu fokus bermain game di ponselnya. Ia bahkan tak memedulikan Iqbaal dan Bastian yang terus mengoceh sedari tadi.

"Apa?"

Iqbaal menghela nafasnya lelah, sikap Aldi lama kelamaan semakin cuek saja, "Lo datangkan pas reunian nanti?"

Aldi mengangkat kedua bahunya acuh, "Belum tahu. Males sih, gue."

Iqbaal tak habis pikir dengan cara pikir Aldi. Lelaki itu makin lama makin jauh dari mereka. Lelaki itu seperti menutup dirinya. Apalagi semenjak Aldi mengetahui jika Salsha tengah dekat dengan seorang lelaki di Italia yang bernama Ferrel. Aldi seakan tak mau tahu apa-apa lagi tentang Salsha.

"Pokoknya lo harus datang. Ini itu reuni perdana kita. Masa lo nggak datang, sih. Aneh banget." Bastian menimpali.

"Gue usahain. Tapi nggak janji. Sibuk gue," balas Aldi acuh. Ia kembali berkutat pada ponselnya. Bermain game.

"Btw, Salsha apa kabar, ya? Semenjak Aldi nggak mau bicara sama Salsha, Salsha seolah menjauh dari kita," kata Iqbaal berbicara dengan Bastian.

Bastian mengangguk setuju dengan ucapan Iqbaal. Mereka berdua menatap Aldi dengan pandangan yang sulit di artikan. Aldi yang di tatap seperti itu merasa merinding. Ia menghentikan kegiatannya dan beralih menatap Bastian dan Iqbaal.

"Kenapa? Kalian nyalahin gue?"

Iqbaal dan Bastian saling pandang, dan dengan serempak mereka menjawab, "Kalo bukan lo siapa lagi?"

Aldi menghembuskan nafasnya. Ia meletakkan ponselnya ke atas meja, "Iya gue tahu gue salah. Gue juga kangen sama dia."

"Kangen?" Iqbaal terkekeh, "Kalo kangen lo nggak mungkin cuekin dia, nggak mau bicara sama dia."

Karena tak mau berdebat dengan para sahabatnya, Aldi meraih tasnya, "Bawel lo pada."

*****

Alvaro Maldini, lelaki yang kini berstatus sebagai Mahasiswa di salah satu kampus di Jakarta. Lelaki yang masih saja teringat dengan masalalunya walaupun sudah 2 tahun berpisah.

Aldi seolah kehilangan perasaan untuk mencintai gadis lain. Hatinya telah dibawa pergi oleh Salsha. 2 tahun menunggu tak membuat perasaan Aldi hilang begitu saja.

Setiap hari, di tengah kesibukannya Aldi selalu meyempatkan untuk mengenang saat-saat bahagianya bersama Salsha. Melihat foto-foto mereka berdua semasa pacaran. Itu adalah salah satu cara Aldi untuk selalu mengingat Salsha dan agar ia tak melupakan gadis itu.

Aldi selalu berharap suatu saat nanti ia bisa di pertemukan dan di persatukan kembali dengan Salsha. Karena tak ada wanita yang seperti Salsha dalam mencintainya.

Seperti hari ini, Aldi yang tengah duduk di taman kampusnya sedang menatap foto Salsha. Foto berukuran kecil itu selalu Aldi bawa kemana pun ia berada.

"Gue kangen lo, Sha. Kangen banget. Cepat pulang." lirih Aldi.

Bagaimanapun ia terlihat kuat di luar, Aldi sebenarnya adalah sosok yang rapuh dan butuh kasih sayang. Hanya saja ia tak ingin menampakkan sisi rapuhnya itu.

"Hey..." tiba-tiba saja Kezia sudah berada di samping Aldi dan menepuk pundak Aldi.

Aldi terkejut bukan main, ia segera menyimpan foto Salsha itu kedalam sakunya, "Kezia... bikin gue kaget aja."

Kezia terkekeh, "Maaf-maaf. Lagian lo ngapain sih ngelamun di siang bolong gini, sama ngelihatin foto, foto siapa?"

"Bukan siapa-siapa," kata Aldi, "Kelas lo udah selesai?"

"Foto Salsha?" tebak Kezia.

"Kuliah lo udah habis hari ini?" Aldi mencoba mengalihkan pembicaraan.

Kezia semakin terkekeh, ia menatap lurus kedepan, "Gila ya, Ald. Udah hampir dua tahun kita kenal, dan udah dua tahun Salsha ninggalin lo, lo belum bisa lupain dia dan buka hati ke gue."

Aldi menghela nafasnya. Ini yang ia tak suka, apabila pembahasan mereka sudah sampai kepada Salsha. Pasalnya, Aldi tahu jika Kezia menyukainya.

"Kezia udah."

"Apasih istimewa cewek itu sampai-sampai nggak bisa bikin lo berpaling? Apa? Cantik? Salsha sama sekali nggak cantik!" Kezia masih tetap melanjutkan pembahasannya tentang Salsha.

"Kezia, stop. Gue nggak suka lo ngerendahin Salsha seperti itu. Cantik itu relatif, dan gue rasa Salsha itu cantik. Gue nggak peduli apa pendapat lo tentang Salsha. Salsha itu mantan gue dan orang yang gue sayang sampai sekarang." Aldi mengusap wajahnya lelah, "Nggak usah bahas Salsha lagi."

Kezia beralih menatap Aldi. Dan ia bersumpah di dalam hatinya akan membuat Aldi bisa melupakan sosok Salsha dan akan di gantikan olehnya.

"Oke, gue nggak bakal bahas Salsha lagi. Tapi lo harus temenin gue makan siang, gimana?"

Perlahan, senyum manis mulai terbit di wajah Aldi, lelaki itu tersenyum, "Yuk."

*****

Senyum manis selalu tampak menghiasi wajah Salsha, bagaimana tidak, besok malam ia akan pulang ke Indonesia. Ke Negeri tercintanya. Rasanya Salsha sudah tak bisa menunggu hari esok. Ia ingin segera bertemu dengan para sahabatnya dan yang paling utama adalah Aldi.

Rasa rindu Salsha semakin memuncak saat ia tak pernah bisa bertatap muka dengan Aldi. Lelaki itu selalu menolak jika Salsha ingin mengobrol dengannya via media sosial. Dan saat keadaan Omanya sudah membaik, Salsha memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Tugasnya di Italia telah selesai.

"Gak sabar pengen ketemu Aldi lagi."

Salsha segera memasukkan barang-barangnya ke koper. Tak lupa juga ia memasukkan frame foto Aldi yang selalu ia letakkan di atas nakas. Frame yang Salsha lihat saat ia mulai merindukan sosok Aldi.

"Jadi pulang, Sha?" tanya Ferrel sembari menyodorkan sebuah minuman dingin kepada Salsha. Ferrel adalah tetangga Salsha di Italia.

Salsh menerima minuman dingin yang di sodorkan oleh Ferrel. Ia tersenyum manis sembari menghentikam aktifitasnya, "Jadilaa. Gue kan udah kangen banget sama suasana Indonesia." Salsha berseru riang.

"Lo nggak bakal kangen gue nantinya?" tanya Ferrel sembari duduk di atas ranjang milik Salsha.

Salsha terkekeh, ia meninju pelan bahu Ferrel, "Ya kangen la. Kan yang nemenin gue selama dua tahunan ini lo."

Ferrel memasang wajah masamnya, "Dan sayangnya walaupun kita udah bersama dua tahun. Gak bisa ngerubah posisi Aldi di hati lo."

Perlahan, senyum yang menghiasi wajah Salsha memudar. Ia menatap ke bawah. Sebenarnya ada perasaan tak enak hati saat Salsha mendengar kalimat seperti itu dari Ferrel. Bukan hanya itu kata-kata yang Ferrel katakan. Masih banyak. Dan semuanya malah memojokkan Salsha.

Salsha memang terbuka kepada Ferrel. Terutama tentang sahabat-sahabatnya dan juga Aldi, tentunya. Salsha hanya tak ingin Ferrel menyalahartikan kebaikannya selama ini.

"Cinta kan nggak bisa di paksain, Rel." Salsha berkata dengan lesu.

Ferrel tersenyum. Ia memegang pundak Salsha, "Tapi gue bakal berusaha gantiin posisi Aldi di hati lo. Ngehapus semua bayang-bayang Aldi. Karena menurut gue, cowok kayak Aldi nggak pantas dapatin cinta tulus lo, Sha."

Salsha mulai mengangkat wajahnya. Ia balik memegang tangan Ferrel yang ada di pundaknya, "Jangan, Rel. Gue gak mau lo sakit hati nantinya. Karna cinta gue udah di ambil sepenuhnya sama Aldi. Gak akan ada yang bisa gantiin dia."

*****