Chereads / Pernikahan Yang Dirindukan / Chapter 29 - Antara Marvin atau Danu

Chapter 29 - Antara Marvin atau Danu

Lia melihat jari-jari manisnya, ia tidak melihat cincin yang pernah di kasih sama Marvin. Bersedih Lia mencari cincin itu, ia bolak balik ke kamar mandi siapa tahu ketinggalan disana, ia membongkar tempat tidurnya tapi tidak di temukan, ia mencari ke semua ruangan tempatnya tinggal tidak di temukan juga.

Lia pun mengingat suatu kejadian yang pernah di alaminya tempo lalu, dimana dirinya di sekap sama beberapa preman. Lia teringat ada sosok wajah perempuan waktu itu, ia memegang tangan Lia dan melepaskan cincin itu. Lia bersedih, ia takut Marvin akan kecewa, karena ia sudah berjanji untuk tidak melepaskan cincin itu.

Pada malam hari Lia hanya sendirian di kamar, ia menyelesaikan tugas sekolahnya. Handphone Lia berdering. Lia melihat panggilan siapa yang masuk, Marvin ya itu panggilan Marvin. Tersenyum bahagia Lia menggenggam handphone nya. Berbinar mata Lia menatap no. Marvin.

"Ha... Halo Tuan" Jawab Lia,

Dalam hati Lia ingin menari-nari di saksikan orang banyak, karena kebahagiaan yang ia rasakan.

"Aku ada di depan, aku tunggu Lima menit" Kata Marvin.

Marvin berdiri di depan mobilnya menunggu Lia, ia merapikan pakaiannya serapi mungkin. Marvin ingin terlihat mempesona di hadapan Lia, Marvin tanpa pakaian bagus pun akan tetap kelihatan Tampan.

"Baik Tuan" Jawab Lia.

Lia menari-nari di dalam kamar seperti orang Gila, ia langsung ke cermin melihat penampilannya, ia bolak-balik mencari pakaian yang cocok untuk dirinya. Kamarnya sudah seperti kapal pecah pakaiannya berserakan di mana-mana, tapi Lia tidak peduli yang penting dirinya kelihatan cantik di mata Marvin.

Marvin melihat jam di tangannya hampir mau Lima menit namun Lia belum juga keluar. Tidak lama kemudian Lia muncul, memakai gaun sederhana dengan riasan natural. Lia terlihat sangat menawan di mata Marvin. Tersenyum bahagia Marvin dengan tatapan indahnya melihat Lia, yang lagi melangkah menuju arahnya.

"Maaf Tuan menunggu lama" Kata Lia, ia menunduk malu.

"Ini,, dan sekarang kamu tidak usah lagi bekerja di R.S, kamu bisa memanfaatkan kecerdasan kamu" Kata Marvin, ia memberikan Lia sebuah brosur.

"Ini apa Tuan" Tanya Lia, sambil mengambil brosur yang di berikan Marvin tadi.

"Lihat dan bacalah dengan teliti, kamu lebih pantasnya di sana daripada harus bekerja paruh waktu menjadi OB di R.S." Jawab Marvin, sikapnya yang dingin membuat Lia merasa tidak enak.

Lia pun membuka brosur itu, ia membacanya dengan teliti. Ternyata itu adalah brosur dari Universitas Terkenal di jepang, siapa yang ingin melanjutkan sekolahnya bisa mengikuti tes. Jika lilis maka biaya kuliah pun gratis. Lia bahagia sekali karena keinginannya ingin lanjut S2 di berikan kemudahan.

"Dari mana Tuan tahu kalau saya ingin melanjutkan S2?" Tanya Lia.

"Itu tidak penting, yang paling penting sekarang kamu ikut, aku akan membawamu ke suatu tempat agar kamu bisa lulus nantinya" Kata Marvin, peduli tapi cuek, sikapnya sulit di mengerti.

Lia mengangguk mendengarkan Marvin, mereka berdua akhirnya masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Lia memegang jari-jari tangannya, Marvin memperhatikan tingkah Lia. Ia melirik sesekali tanpa ketahuan.

"Kamu kenapa, ada apa dengan jari-jari kamu?" Tanya Marvin, memancing Lia agar mau menjelaskan kenapa cincin yang ia berikan tidak di pakai.

"Tidak apa-apa Tuan, hanya saja aku merasa tidak enak dan aku bingung mau menjelaskannya dari mana" Jawab Lia, sambil menunduk dan masih saja jari-jarinya di gerak-gerak kan.

"Baiklah, tapi kalau aku boleh jujur, aku ingin menanyakan satu hal sama kamu, kenapa kamu tidak memakai cincin itu, bukankah kamu sudah berjanji untuk terus memakainya, apa karena kamu tidak suka dengan modelnya atau kamu ingin cincin yang lebih bagus dari itu?"Tanya Marvin dengan kesal, wajahnya agak berbeda pandangannya tetap menuju arah depan.

"Bukan seperti itu Tuan, aku juga tidak tahu, kenapa cincin itu bisa terlepas dari jari-jari ku, jika memang Tuan keberatan aku janji, aku akan menggantinya Tuan" Kata Lia, ia merasa gugup, karena merasa bersalah, ia tidak bisa memegang kepercayaan yang di berikan sama Marvin.

"Baiklah, lupakan saja, sekarang kamu fokus dengan tujuanmu" Kata Marvin.

Ia menjalankan mobilnya dengan kencang, di dalam hatinya seperti ada duri, ia merasa sakit hati karena sangat kecewa. Namun Marvin berusaha menenangkan dirinya. Ia fokus dengan tujuannya yang ingin membantu Lia. Meskipun bersikap dingin namun Marvin berhati baik, ia begitu peduli sama siapapun.