Seperti biasa sepulang mengajar Lia langsung ke Rumah sakit untuk melanjutkan kerja paruh waktunya. Lia yang sudah biasa hidup susah tanpa bantuan siapapun berusaha menikmati keadaannya sekarang.
Danu pun tiba di Rumah sakit, dia belum tahu kalau Lia bekerja jadi Cleaning servis di sana. Danu melanjutkan perjalanannya menuju ruangan. Di sana dia melihat seorang gadis yang sedang membersihkan kaca jendela. Seketika Danu pun menghentikan langkahnya.
"Lia!!" Sapa Danu untuk memastikan "Kamu memang Lia, saya tidak mungkin salah" Lanjut Danu dengan ekspresi penasaran.
Lia yang sedang fokus sama kaca jendela seketika menoleh ke arah Danu "Ya saya memang Lia, wanita yang pernah kamu khianati" Jawab Lia dengan suara tegas dan tatapan yang tajam.
"Saya tidak menyangka kita bertemu secara kebetulan di sini" Kata Danu sambil tersenyum penuh harap.
"Ternyata dunia itu sempit ya, karena saya juga tidak menyangka akan bertemu sama laki-laki picik seperti kamu" Kata Lia sambil membuang muka judes.
Kata-kata Lia membuat Danu sedikit tercekik, namun ia tidak perduli "Saya tahu sampai saat ini kamu belum bisa melupakan saya" Kata Danu dengan wajah percaya diri.
Lia terdiam mendengar perkataan Danu,
Lia tidak mau memperpanjang masalah dengan laki-laki yang sudah membuat dirinya merasakan pahitnya luka. Karena bagi Lia Danu itu sudah mati, rasa dendam di dalam hatinya tetap tersimpan rapat.
"Kamu memang benar Danu, sampai saat ini pun saya belum bisa melupakan kamu" Ucap Lia dengan wajah manis, entah apa yang ada didalam pikiran Lia sampai ngomong seperti itu.
Mendengar ucapan Lia Danu tersenyum dan merasa lega. Karena Lia masih mencintainya.
Dengan senyum bahagia Danu mengajak Lia pergi kencan nanti malam.
"Kirimin saya alamat rumah kamu, nanti saya jemput kamu" Kata Danu dengan penuh harap.
Namun Lia membuang muka seolah-olah tidak mendengarkan Danu. Tanpa sengaja Marvin melihat dari lantai 2 Lia dan Danu ngobrol begitu lama. Melihat itu wajah Marvin seketika berubah menjadi tidak menentu. Hatinya seperti tidak menerima melihat kedekatan Lia dengan Danu.
Danu pun pergi melanjutkan aktivitasnya begitu pun dengan Lia. Hari sudah mulai malam, Lia masih menunggu Bus di halte. Marvin melihat Lia duduk dipinggir jalan sendirian, seketika Marvin menghentikan mobilnya tepat di depan Lia.
"Naik ke dalam mobil" Kata Marvin dengan sikap dingin.
Lia terkejut melihat laki-laki yang super dingin tiba-tiba ada didepan matanya "Tidak tuan terimakasih" Jawab Lia menolak.
Dari dalam mobil Marvin melihat Lia menggigil kedinginan. Lia yang sok jual mahal tidak mau pulang diantar Marvin. Sedangkan tidak ada tanda-tanda Bus yang lewat. Marvin yang tidak tega keluar dari dalam mobilnya. Ia langsung membuka jaz nya lalu memakaikannya ke tubuh Lia.
Siapa sangka dari sikap dinginnya Marvin memiliki sisi baik. Ternyata Danu melihat kejadian itu, Danu merasa cemburu berat melihat kedekatan Lia dengan Marvin, ia memukul setir mobilnya dengan keras. Ia tidak terima Lia dekat sama laki-laki lain selain dirinya. Danu bergegas keluar lalu menarik tangan Lia dengan kasar.
"Lia, aku akan mengantar kamu pulang" Ajak Danu dengan wajah cemburu.
Lia yang tidak mau merepotkan Marvin akhirnya menerima tawaran Danu.
"Baik Danu, aku pulang sama kamu" Jawab Lia dengan hati terpaksa.
Marvin merasa cemburu hatinya terbakar api cinta. Wajahnya berubah memerah, ia tidak bisa mengontrol emosinya sendiri, ia mengepal tinju, rasanya ia ingin menghajar Danu habis-habisan.
Sedangkan Lia dan Danu sudah masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Marvin sendirian. Marvin yang tidak tahu caranya mendekati cewek akhirnya hanya bisa pasrah.
Danu kemudian menjalankan mobil dengan pelan, karena bagi Danu ini adalah kesempatan emas yang tidak mau di sia-siakan. Danu memulai membuka obrolan untuk menghilangkan suasana hening.
"Lia aku sebenarnya" Kata Danu di dalam mobil.
Belum saja selesai berbicara, kata-kata Danu terpotong "aku turun di sini saja" Kata Lia.
"Kenapa tiba-tiba mendadak mau turun di sini?" Tanya Danu dengan cemas.
"Aku merasa tidak enak karena kamu sudah punya istri" Jawab Lia sambil membuka pintu mobil.
Tapi Danu mencegah Lia turun, namun usahanya sia-sia. Untung saja Danu berhenti di pinggir jalan, jadi Lia tidak harus bersusah payah untuk menghindar Danu. Lia terus berjalan melanjutkan perjalanannya, Lia yang rapuh masih merasakan hancur seperti kaca yang tidak bisa diperbaiki lagi.
Lia yang malang terus-terusan menangis meratapi nasibnya. Lia merasa seperti menginjak duri, di tengah perjalanan Lia jatuh, badannya seperti remuk, Lia teriak sekencang-kencangnya. Lia masih saja di hantui dengan masa lalunya, Lia merasakan sakit.
Semakin teringat kejadian tempo lalu Lia semakin histeris menangis. Marvin yang pulang dengan hati kecewa tanpa sengaja melihat Lia di pinggir jalan. Marvin langsung berhenti dan memarkir mobilnya lalu mengejar Lia.
"Kamu sudah gila ya!" Ucap Marvin dengan kesal.
"Biarkan aku mati, aku sudah bosan hidup, dunia ini tidak adil" Jawab Lia dengan histeris.
Marvin yang biasanya cuek dengan siapapun kini menaruh perhatian yang lebih kepada Lia. Dia tidak sadar dengan sikapnya. Marvin menggendong Lia dan mencari tempat duduk di pinggir jalan.
"Untuk apa aku hidup" Teriak Lia lagi dengan keras.
Marvin kebingungan apa yang menyebabkan Lia berubah menjadi monster gila. Marvin tidak tahan melihat Lia menangis. Marvin seketika menenangkan Lia namun usahanya tidak berhasil. Marvin yang kehabisan cara akhirnya memeluk Lia dengan erat. Lia terus-terusan menangis dipelukan Marvin, tangan Lia memukul-mukul tubuh Marvin.
Mereka berdua masih terlelap dalam pelukan hangat yang membawa mereka melayang seperti terbang di atas awan. Marvin pun menatap mata Lia dengan tatapan tajam. Lia terdiam seolah-olah hanyut dalam tatapan Marvin. Beberapa menit kemudian, Lia sudah mulai merasa tenang.
Marvin yang terbawa kehangatan cinta mendekatkan bibirnya. Lia pun memejamkan matanya seketika. Bibir Marvin menyentuh bibir Lia yang merah merona seperti buah delima.
Seketika Marvin sadar tidak mau melanjutkan ciuman itu. Melihat Lia yang sudah merasa tenang seketika Marvin melepaskan pelukannya Lia pun membuka matanya mereka berdua seolah-olah sedang berada di tengah lautan cinta. Mereka berdua bungkam tidak mengeluarkan sepatah kata.
Cuaca pun semakin dingin Marvin menggigil kedinginan. Lia membuka jaz yang dipakai kan Marvin tadi. Marvin menolak dan tetap menyuruh Lia memakainya. Karena suasana juga sudah semakin malam, mereka berdua akhirnya pulang bersama.
"Masuk lah aku akan mengantarmu pulang" Kata Marvin.
"Baiklah Tuan" Jawab Lia ssambil masuk kedalam mobil Marvin.
Di dalam mobil Lia memperhatikan tubuh Marvin yang seksi. Kerah baju Marvin terbuka memeperlihatakan otot-otot seksi yang menggoda. Melihat hal itu Lia langsung mengalihkan pandangannya.
Jantung Lia berdetak kencang tiada henti. Marvin juga merasakan hal yang sama. Lia yang tidak percaya lagi dengan cinta kini merasakan benih-benih cinta di hatinya.