"Ya Tuhan!" Melati masih saja terus menerus membangunkan Devano, mencoba menyadarkan pria yang berbaring di brankar dan masih didorong. Dia yang teledor malah kehilangan pria itu sampai melihatnya terjatuh begitu saja dan sekarang kepalanya berdarah-darah.
"Tuan bangun! Sa--saya teledor. Tuan tolong bangun," isaknya masih menemani Devano yang tengah dibersihkan lukanya.
"Sebaiknya kamu keluar dulu, kamu akan terus mengganggu dokter yang bekerja," usir salah satu perawat yang mendengar suara rengekan Melati.
Melati sendiri akhirnya mau tak mau menunggu di luar ruangan. Menunggu Devano yang sedang diobati. Dia yang gugup dan khawatir sudah semakin menggigiti kuku-kukunya yang sudah pendek itu.
Melihat pintu yang terbuka, gadis muda itu segera berdiri menyambut dokter keluar. Dia berdiri dengan wajah pucat pasinya, memikirkan nasib pria yang tengah diurusnya dan juga lukanya nanti. Dia pasti akan mempertaruhkannya setelah ini. Mengerikan.
"Bagaimana Dok?" tanya Melati terburu-buru.
