"Hanya luka kecil Redis. Aku gak mati kok. Maaf, aku kurang hati-hati."
Redis menghela napas, baik, ia tak perlu marah-marah ke Rein. Benar perkataan orang tersebut, ia tidak mati. Itu pun sudah baik kok.
Redis tak harus berlebihan. Ia ingat pernah bilang begitu.
"Lain kali hati-hati. Kau mengandung anakku, aku tak ingin terjadi apa-apa terhadapmu." Redis kemudian lanjut makan.
Rein tak habis pikir, Redis peka sekali sih. Padahal ia toh tak terlalu mencolok.
Ada sih asisten rumah, cuman, Redis pribadi mengizinkan Rein ingin melakukan apapun. Terserah orang tersebut, yang penting ia tak terluka.
Rein cemberut, ia terpikir akan sesuatu. Anakku?
"Anak kita, ingat, aku yang mengandung dan melahirkannya nanti. Dan aku bukan hanya sekedar mesin penghasil anak." Orang tersebut natap julid.