"Aku ingin kita menikah," ujar Rey. Orang itu memang agak rusak sarafnya.
Oke, mari lupakan sementara soal respon Redis dan ibunya. Sekarang Meri cuman bisa mengangga dengar kalimat 'sakral' Rey.
Bak dunia bakal kiamat.
Meri tak bisa pakai fungsi tubuh dengan benar saat dengar yang Rey bilang. Ia tadi pukul dimana ya sampai tingkat gila orang tersebut bertambah?
Kepala?
Terlalu kuat?
Saking ngerasa tak percaya, Meri cuman mengerjapkan mata lamat-lamat, mulut yang terbuka lebar, lebih jauh bermetamorfosis jadi orang dungu. Gak tahu harus kasih respon kayak apa.
Pasti ada yang salah dari indera pendengaran Meri. Bukan ke rumah sakit jiwa yang tepat, tapi ke dokter spesialis telinga.
Jikalau ada lalat lewat, tak nutup kemungkinan tersesat ke mulut Meri. Untung air liur gak netes saking dungunya.
Untung ya Mer, air liur gak keluar.
Oke, abaikan author.
Saat ini yang nangkring di otak Meri adalah;
Sejak kapan ia bisa menarik dunia dan akal sehat Rey?
Hilang dan tak berbekas?