Malam itu Redis dipaksa nginap. Gak orangtua, kejayaan perusahaan dan kebutuhan Redis terhadap pencapaian desak habis dirinya. Ingin sesuatu yang besar, ya begitu cara bersikap. Kepala Redis pusing, rasa-rasanya ingin muntah. Muak, suara manusia bercampur aduk. Baik yang tua, anak kecil sampai binatang buat Redis muak.
Hari itu Redis berpikir ingin pulang ke apartemen. Gak berpikir aneh-aneh kok, Redis suka sendirian. Tahu-tahunya gak bisa. Sudahlah, Redis pasrah.
Kalau sudah ditahan gitu ya ikut aja.
Sejak pisah, Redis semakin tutup dirinya dari dunia luar. Meski begitu orang tersebut tidak berbuat aneh-aneh. Sendiri Redis adalah untuk dirinya.
Hidup lebih baik dalam sudut pandang Redis. Ibarat me time. Sejak awal yang Redis butuh hanyalah hidup untuknya. Me time sesuai yang ia inginkan. Lalu gak ada orang yang ganggu.
Cukup gitu doang.
Segala hal yang kuasi otak Redis, tak banyak yang buat ia tertarik. Baik buruknya sesuatu, Rein akan hidup seperti yang ia pikir.
