Gak, tenangkan hati dan pikiran, Rein gak boleh terlalu perasa. Ucapan Redis terniang-niang di otak Rein. Merasuk sampai ke aliran darah.
"Gak boleh terlalu perasa, Rein. Gak apa-apa, kamu bisa melewatinya kok."
Rein beralih ke ponsel. Kepikiran buat upload bab. Sebuah kewajiban penulis online up tiap hari. Meski ada jatah libur, Rein lebih suka upload tiap hari.
Nyicil. Pembaca suka yang sering update. Tepat jadwalnya.
"Akh."
Sakit tidak hanya di hati, fisik Rein juga.
Hua?!
"Hua, Redis sialan. Selangkanganku sakit."
Sadar terhadap yang ia bilang, Rein sontak tutup mulutnya. Barusan, Rein bilang apa!?
Redis sialan. Hah, Rein mengumpat sekaligus nyumpahin suami sendiri. Wah, wah, wah, gak baik nih. Apa-apaan!?
Oke, sudah terlanjur.
Lagian bukan tanpa alasan Rein bilang gitu. Dia kan di tinggal sendiri. Rein bukan barang sekali pakai, habis manis sepah dibuang. Enak aja!
Terus tempat itu pun Rein gak tahu di mana. Hotelkah?
Ceklek.
"Bodoh, makan ini."