"Eitss Kak. Santai aja dong, aku gak bermaksud buruk. Kita bertemu cari solusi untuk hubungan kita lho. Atau begini saja. Kakak tinggal bilang, Kakak mau aku gimana biar kita gak bertengkar terus. Gak capek ya?"
Redis tatap Radit kesal, jangan seenaknya bicara. Sembarangan. Mau Radit cekik!
Jangan main-main dengan Redis. Redis tak pandang orang untuk ia sakiti. Kebanyakan dari duku ia sering menyakiti Rein. Dari dulu Redis selalu lakukan itu. Lalu Rein pun mau tak mau rasakan hal tersebut. Redis berhasil.
Lalu tak pernah ada yang salah, Redis pikir hal tersebut wajar. Hidup seorang Redis benar-benar sesederhana itu. Ia bisa lakukan apa saja. Toh tak ada yang salah.
Tangan sudah gatel kepengen nampol. Napas Redis terdengar sampai ke telinga Rein. Mengisyaratkan betapa ia sangat kesal saat itu.
"Jangan bicara denganku. Ini pertemuan terakhir kita."
Radit pas dengan wajah julidnya. Yang benar saja?
"Wah Kak, Kakak sudah mau mati?"