Hanya saja Rein bingung, untuk ukuran orang kejam, Redis masih masuk kategori cukup wajar kok, setidaknya Redis tak memukul Rein ataupun menyiksa. Redis hanya tak punya perasaan.
Itu saja yang buruk dalam diri Redis. Yang lain masih menyesuaikan.
Redis juga gak punya kelainan berhubungan intim. Bagian itu Rein pun harus banyak-banyak bersyukur.
Tangan Rein bergetar walau hanya akan ketuk pintu. Jadilah, ditarik lagi deh itu tangan. Habis takut.
"Kenapa harus takut?"
Rein bertanya pada dirinya sendiri, kemudian ia tarik napas panjang yang setelah itu dihembuskan perlahan. Harus banyak-banyak berani, toh memang itu jalan Rein untuk benar-benar lulus. Dia tak kan pernah mampu.
"Ini pintu ruang kerja Rein, bukan neraka ataupun goa tempat persembunyian monster jahat. Ayo dong, tolong jangan bersikap begini."
Rein tenangkan dirinya sendiri. Ia harus lebih bersyukur. Banyak hal yang buat diri Rein terpikir untuk bertahan lebih lama. Kuat dalam bentuk pandangannya.