Darah Redis sudah mendidih. Ia kesal, tapi mau bagaimana, walau bagaimanapun memang akan terus begitu. Rein berhasil memporak-porandakan hidup Redis. Tanpa repot-repot bertindak jauh, secara tak langsung Redis langsung kena.
Redis hanya menatap lurus, ia tak mau pusing-pusing terhadap hal tersebut tapi sudah berada disana. Terjebak disana.
"Oke, mari kita mulai hubungannya dengan sebaik-baiknya. Setelah ini tak ada lagi kan? Aku pusing dengan cara berpikirmu yang banyak maunya."
Enak aja bilang gak ada apapun. Masih banyak, Rein bukannya mau peraturan yang mengikat, tapi memang benar-benar tulus. Kalau Rein pikir-pikir, Redis pastilah hanya mau hubungan sekadar peraturan. Formalitas semata, setelah itu selesai. Done.
Ya memang begitulah.
Hanya saja perbedaan perlakukan sih untuk Redis, orang itu sudah mau nurut pun sudah bagus. Baiklah, Rein tak akan lupa caranya bersyukur.
Rein sudah bersyukur. Ia akan iya-iya aja.