Tak ada yang bisa lepas?
Yang benar?
Sebuah kegelapan, haruskah aku terjebak?
Hal buruk. Hiks.
Rein tak kan biar dirinya terjebak. Hak asasi adalah milik semua orang.
Lantas, Rein harus berlapang dada, sabar saat dirinya mau tak mau ditindas?
Diam aja!?
Ah, betapa lucunya hidup. Banyak hal yang buat kesal. Rein tak mungkin hanya terima-terima doang kan?
Terserah, Rein akan berjuang semampu yang ia bisa. Memangnya Redis malaikat pengatur takdir sungguhan?
Hakikat adil, biar Rein yang cari sendiri.
"Up to you. Brengsek."
Kemungkinan besar, tiada hari tanpa gelud antara Redis dan Rein. Mereka kan sudah ditakdirkan untuk jadi musuh bebuyutan.
Redis menghela napas berat. Oke, dirinya dan Rein lagi-lagi berselisih paham. Secara langsung, hal itu benar-benar bagus.
"Tidurlah. Kau harus istirahat dan jangan banyak ngomong," ujar Redis. Persis guru besar yang menasehati sang anak.
