Pernahkah Redis minta maaf. Aku tak terlalu yakin sih. Tapi... gak menutup kemungkinan dia bisa lakukan.
Lalu hal itu adalah tentang bermain. Dimana aku adalah hutan tempat akar bertumbuh.
Kalau ku pikir-pikir itulah adanya. Entah Redis anggap aku serius atau tidak, yang jelas ia sangat menyebalkan untukku. Aku sering menangis oleh hal tersebut.
Ini tentang duniaku sendiri.
Rein Sanjaya Syakila.
***
"Kau kenapa?"
Rein tak berani lihat Redis, ia terlalu takut. Eh, perut Rein kan sakit. Ia harus lakukan sesuatu. Pergi, kenapa pula hanya diam?
Rein buka pintu adalah untuk cari sesuatu untuk mengatasi rasa sakit perutnya.
"Mau kemana?"
Cukup lama Rein tak bicara, ia tak tahu respon baik dan benar. Rasanya terlalu takut. Ngebug dulu, barulah tersadar. Penyakit ngebug tak baik, apalagi untuk perempuan.
Kesannya seperti banyak sekali pikiran. Gak enak juga lihat orang ngebug.