Biasanya si kecil selalu ada di rumah kakeknya dan jarang datang ke Gunung Zichen, apalagi sekarang masih sangat pagi.
Saat mereka melihat Jiang Tingxu, dengan penuh rasa hormat mereka menyapa.
"Nyonya."
Bocah itu turun dari kursi dan berlari ke arah Jiang Tingxu. Setelah tiba di hadapannya, ia berhenti.
"Kenapa kau menanyakan pertanyaan yang sama dengan Ayah?"
Ayah menanyakan pertanyaan yang sama kepadaku semalam, bahkan dengan nada suara yang sama!
Apakah aneh jika aku muncul di tempat ini?
Ataukah … mereka yang tidak suka aku datang?
Tiba-tiba, saat bocah itu melihat Jiang Tingxu, ia terengah-engah dan terdengar suara dengungan dari hidungnya.
Jiang Tingxu sebenarnya tidak tahu bagaimana menangani anak ini. Sejak lahir, putranya itu telah tinggal di rumah kakeknya. Ia sangat sibuk dengan kuliahnya dan tidak ada waktu merawat anak itu.
Apalagi saat ia beberapa kali mendekati anak itu, entah mengapa putranya itu sangat ketakutan dan menangis keras.
Setelah itu, untuk menghindari masalah berikutnya, Jiang Tingxu tidak mendekatinya lagi.
Seiring dengan berjalannya waktu dan beberapa tahun kemudian, anak ini tak terasa sudah berusia empat tahun.
Namun, sebenarnya, bagi Jiang Tingxu, ini bukan hanya waktu selama empat tahun, melainkan seumur hidup!
Untuk sementara, Jiang Tingxu tak bisa menjawab pertanyaan anak itu.
"Ah, apakah kau datang kemarin?" Topik pembicaraan mereka berubah dalam sekejap.
"Benar, aku datang semalam. Tapi, bukankah kau lembur semalam? Jadi tentu saja tidak tahu."
Setelah berbicara sampai di sini, anak itu mengeluh.
Jiang Tingxu berjongkok dan menatap anak itu.
"Lalu, kau berada sendirian di sini semalaman? Kenapa kau tak pulang ke rumah kakek?"
Anak kecil itu dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Itu tidak benar. Semalam Ayah ada di rumah, hanya saja pagi-pagi seorang paman manajer menjemputnya. Katanya, ada syuting untuk iklan. Oh, ya, Jiang Tingxu. Apa kau masih belum tahu? Ayah ingin pergi ke luar negeri!"
Inilah yang pada akhirnya sulit untuk didengar Jiang Tingxu.
Jiang Tingxu tak bisa menangis ataupun tertawa. Jadi, anak ini sekarang ingin melaporkan kabar burung padanya?
Mau tak mau, Jiang Tingxu mengusap wajah anak itu.
"Makanlah sarapanmu, aku ke lantai atas lebih dulu."
Apakah pria itu pergi ke luar negeri atau tidak, atau ada di rumah ini apa tidak, apa hubungannya denganku?
Bagaimana mungkin anak-anak tahu begitu banyak hal?
"Kau tidak makan?"
"Aku tidak lapar. Kau makan saja. Aku mau membereskan barang-barangku di atas."
"Baiklah."
Untuk sementara waktu, anak itu tidak mengerti dengan jelas maksud kata-kata Jiang Tingxu. Ia kembali ke meja makan dan melahap makanannya.
Jiang Tingxu menggelengkan kepalanya sebelum naik ke lantai atas.
Namun, tidak ada barang yang bisa dibereskan Jiang Tingxu, termasuk perhiasan, tas edisi terbatas, dan lain-lain. Bagi Jiang Tingxu, semua ini tidaklah penting dengannya dan ia tidak berminat melihatnya.
Setelah membereskan beberapa set pakaian ganti, Jiang Tingxu mengambil beberapa dokumen dari lemari. Ia memasukkan semuanya ke dalam kopornya dan menariknya tanpa rasa ragu.
Anak kecil yang masih memakan bungkusan berisi makanan favoritnya dengan isian kuning telur kepiting melebarkan matanya saat ia tiba-tiba melihat Jiang Tingxu turun sambil menyeret sebuah koper besar.
Di saat yang sama, sumpit di tangannya jatuh ke lantai, menimbulkan suara berisik.
"Jiang Tingxu, mengapa kau menyeret koper?"
Meskipun ia masih kecil, tapi ia tidak merasa ada masalah bagaimana Jiang Tingxu memandangnya. Jantungnya yang kecil berdegup kencang dan ia sangat panik.
Akhirnya, ia telah menghabiskan makanannya. Ia bergegas mendekati Jiang Tingxu. Dengan kedua cakar kecilnya, ia memegang dan menarik kuat-kuat koper Jiang Tingxu.
Melihat sikap putranya yang tiba-tiba, Jiang Tingxu tak kalah terkejutnya.
"Kemarilah, Ibu ingin bicara denganmu."
Lagipula, ia adalah anak yang dilahirkannya dan Jiang Tingxu tak tahan lagi.