Tiba-tiba ponsel Dika bergetar di dalam saku celana. Ia lekas melihat siapa nama pemanggilnya. Tanpa sadar, ia melengkungkan sebuah senyuman tipis.
"Friska?"
Tanpa menunggu lama, ia langsung mengangkat panggilan tersebut. Suara Friska begitu lembut di dengar di telinganya. Suara wanita itu membuatnya candu.
"Maaf ya, kalau aku nelepon kamu sekarang. Soalnya aku lagi bete banget. Minta ditemani sama kamu bentar, boleh kan?"
"Boleh kok."
Sepertinya Friska sudah mulai terbiasa dengan Dika. Wanita itu terdengar lebih banyak bicara sekarang daripada yang dulu. Sementara itu, Dika selalu membalas ucapannya dengan antusias.
"Dik, kapan-kapan kita jalan berdua, yuk!" ajak Friska lewat telepon.
"Jalan?"
"Iya, jalan. Kenapa, Dik? Gak mau ya?"
"Ah, bukan gitu. Aku mau kok." Dika akhirnya menyanggupi permintaan Friska.
Mereka berdua terus saja bicara lewat telepon. Friska begitu senang karena bisa bicara seperti ini dengan Dika.