Chereads / "When You Love Someone" / Chapter 71 - Just Cry (1)

Chapter 71 - Just Cry (1)

***

" Dokter bilang lu kelelahan, tekanan darah lu juga rendah dehidrasi dan asam lambung juga naik .. penyebabnya karena lu terlalu stres .." jelas Mina yang terus mengenggam tangan Arin yang hanya terdiam mendengarkan Mina.

Setelah selesai berbicara dengan seseorang ditelepon, Lovita langsung menghampiri Arin. " Arin .. maaf kayanya aku harus balik kesalon, kamu harus banyak istirahat .. tolong jaga Arin yaa .." ucap Lovita pada Mina yang menganggukan kepalanya.

" iyaa, maaf aku jadi ngerepotin, terima kasih Kak Lovita .." ucap Arin dengan suara yang lemas.

" nggak kok, ya udah aku langsung pergi, permisi .." ucapnya kemudian berjalan pergi.

" Kata dokter juga lu harus dirawat disini selama 2 hari, jika udah hari udah membaik lu boleh pulang .. gue panggil dokter dulu yaa .." ucap Mina sambil beranjak dari tempat duduk, menghampiri Brian yang masih berdiri didepan tempat tidur sambil melipat kedua tanganya. Menepuk pundak Brian kemudian berjalan pergi.

Suasana menjadi hening setelah Mina pergi. Arin dan Brian tampak begitu canggung. Tapi Brian berusaha untuk membuat rasa canggung dan egonya sambil berjalan mendekati Arin yang tampak tidak berani menatap mata Brian.

" kenapa ucapanku selalu terjadi ? sekarang lu baik-baik ajakan ? apa ada yang dirasa nggak nyaman ?" tanya Brian.

" nggak, nggak ada .." ucap Arin dengan sikap acuh terhadap Brian, walau sebenarnya ia merasa canggung dan malu karena kesekian kalian ia menunjukan sisi kelemahannya pada Brian.

Brian hanya menghela nafas melihat Arin kembali menutupi keadaannya. Tapi Brian berusaha untuk menerima jawaban tersebut karena Arin terlihat sangat merasa tidak nyaman dengan keberadaannya.

" kalau ngarasa perut lu mual, langsung bilang jangan dipendam lagi .. maaf udah buat lu nggak nyaman, gue pergi .." ucap Brian sambil berbalik pergi meninggalkan Arin seorang dirinya yang langsung merasa bersalah pada Brian tanpa dirinya sadari ia mengusir Brian dengan cara halus.

Hanya bisa menghela nafas dan kembali berbaring karena tidak kuat dengan rasa pusing dan lemas yang ia rasakan. Memejamkan mata mengosongkan pikiran agar tubuhnya bisa beritsirahat dengan maksimal.

Brian baru saja sampai dikantor tempat kerjanya, berjalan melalui meja pegawainya yang sedang sibuk mengerjakan proyek yang ia suruh, membuka pintu ruang kerjanya lalu duduk dibangku.

Ia masih merasa khawatir dengan kondisi Arin, untuk pertama kalinya ia melihat Arin pingsan seperti itu didepan kedua matanya dengan wajah pucat tak berdaya, ia menggendong Arin dipunggungnya.

Entah mengapa ia merasa apa yang terjadi pada keadaan Arin salah satunya karena keberadaannya disekitar Arin. Sepertinya kebenciannya lebih besar dibanding yang ia bayangkan. Rasa menyesal dan bersalah terus menjalar keseluruh tubuhnya.

" tuk tuk tuk "

Terdengar pintu yang terbuat dari kaca itu terlihat salah satu pegawainya berdiri didepan pintu.

" masuk ..!" saut Brian sambil menegakkan tubuhnya mencoba untuk bersikap profesional dengan pekerjaanya.

" Pak Brian ini daftar bahan-bahan terbaik dan beberapa nama-nama perusahaan alat-alat berat yang sudah saya pilih .. disana juga ada beberapa nama perusahan yang sering bekerja untuk pembangunan Grup SBC .. tapi ada nama-nama lain yang saya masukkan juga .." jelasnya kemudian menunggu Brian yang sedang mengamati lembaran yang baru ia berikan saat sembari menjelaskan pada Brian atasannya.

" okke, nanti saya akan cek".

" Pak Andi juga hampir 95 % sudah menyelesaikan miniatur gedungnya Pak ".

" emm .. tolong bilang bawa keruang rapat, 5 menit saya kesana".

" iya baik Pak, kalau begitu saya permisi".

" iya .." ucap Brian tampak focus mengecek data yang baru saja diberikan pegawainya lalu ia samakan dengan pencaharian yang komputernya. Perlahan pemikirannya mulai teralihkan karena pekerjaannya yang menumpuk karena tenggat waktu yang semakin dekat.

Waktu menunjukkan pukul 8 malam, Mina terlihat sedang memasukkan pakaian dalam dan perlengkapan mandi milik Arin. Perlahan Arin mulai terbangun dari tidurnya ia binggung kenapa ruangan terlihat sedikit gelap berbeda saat ia sebelum tertidur tadi.

" ohh udah bangun .." suat Mina sambil membantu Arin yang bangun dari tidurnya.

" loh kok masih disini ? cafe sama Arfa gimana ?" tanya Arin.

" cafe udah aku tutup, Arfa sama papa nya, nggak usah khawatir .. gue udah ambil pakaian dalam sama perlengkapan mandi ? lu tidur seharian pasti karena obatnya, gue ambil makan malam lu dulu yaa, pasti laper .." ucap Mina kemudian berjalan pergi tanpa mendengarkan perkataan Arin yang langsung terhenti.

" kayanya dia masih marah .." gerutu Arin sambil bersandar pada bantal, dan mengambil ponselnya mengecek beberapan nofikasi yang tidak berhenti masuk saat data selurnya dinyalakan hingga membuat Arin kebinggungan apa yang harus ia cek terlebih dahulu.

Tak lama Mina datang dengan membawa makan malam miliknya.

" Ibu gue telepon yaa ..?" tanay Arin sambil memperhatikan Mina yang sedang sibuk menyiapkan meja makan.

" emm .. nggak usah panik, gue bilang kalai gue lagi nginap dirumahlu ,," ucap Mina sambil meletakan makanan diatas meja dihadapan Arin.

" maaf jadi ngerepotin .. makasih juga yaa " ucap Arin merasa terharu dengan Mina yang selalu bisa diandalkan.

Tapi Mina hanya terdiam sambil menatap tanjam Arin sambil melipat kedua tangannya membuat Arin merasa terintimidasi karena seperti Mina akan marah besar pada dirinya.

Sambil menghela nafas, tiba-tiba Mina langsung membuka lebar kedua tangannya dan perlahan mendekat kearah Arin yang sentak langsung menutup matanya karena ketakutan, tapi ternyata yang Mina lakukan, memeluk Arin dengan sangat lembut sambil mengelus punggung Arin perlahan membuka matanya.

" seharusnya gue yang minta maaf sama lu, karena nggak memperhatikan lu sampai bisa pingsan kaya gini, maafin gue yaa .. maafin ketidakpekaan gue ini .." ucap Mina yang suara terdengar sedikit gemetaran seperti sedang menahan tangisannya.

" nggak kok, gue yang seharusnya minta maaf sama lu juga, karena nggak bisa terbuka sama lu .. padahal lu satu-satu orang yang selalu ada buat gue, satu-satu orang yang gue percaya .. tapi yang gue lakuin malam buat lu merasa bersalah dan khawatir .. maafin gue yaa .." ungkap Arin sambil membalas pelukan Mina.

Mereka saling melepas pelukan satu sama lain dan saling mengenggam tangan.

" makan dulu, nanti keburu dingin .." ucap Mina.

" emm .. " angguk Arin yang mulai mengambil sendok dan mulai memakan makananya sambil tersenyum karena ia merasa salah satu bebannya perlahan runtuh dari pundaknya.

Begitu juga Mina yang terlihat seperti seorang Ibu yang menatap anaknya yang sedang makan, tersenyum hangat dengan penuh makna. " makan yang banyak !!".

Pertemanan lebih dari 11 tahun mereka bangun, duka dan bahagia sudah mereka rasakan bersama. Memahami satu sama lain, seperti anak kembar yang tidak terpisahkan, walau darah yang mengalir berbeda tapi tidak membuat berbedaan yang jelas diantara keduanya. Saling tersenyum seakan sudah menjawab semua pertanyaan yang saling mereka lontarkan.

***