***
Farhan mengirimkan pesan untuk Arin karena merasa bersalah sudah membuat Arin dalam posisi yang tidak nyaman kerena sikapnya tadi saat disalon. Fathan tidak menyadari hal itu dan tidak sengaja mengucapkannya. Ia sedang berada diperjalanan menuju gedung MCB dimana dia mendapatkan sebuah wawancara live spesial disana.
" Pak Fathan .. sepertinya ada masalah, coba lihat ini .." ucap Bima sambi memberikan tablet yang ia pegang pada Fathan yang kebinggungan menerimanya.
" masalah ..?" ucap Fathan kemudian mulai membaca berita online yang baru saja diterbitkan dan sentak membuat Fathan terkejut saat melihat berita sekaligus sebuha video yang tiba-tiba menjadi trending topik disana.
" Seorang Anak kandidat Presiden memukul seorang pegawai "
Terlihat berbagai komentar muali bermunculan diartikel tersebut. Yang membuat Fathan terkejut sekaligus marah adalah karena korban tersebut adalah Arin dengan wajahnya yang tidak di blur. Hal itu akan membuat privasi Arin akan terkuak dan membuat Arin dalam posisi yang dirugikan.
Kemarahan dan perasaan bersalah memenuhi kepala dan hatinya. Tapi dalam kondisi ini ia harus tetap tenang dan berfikir jernih untuk mencari jalan keluar dari semua masalah yang ada.
" Bagaimana Pak ..".
Tanpa pikir panjang Fathan langsung menghubungi Pak Hendra yang merubpakan pengacara sekaligus tangan kanannya.
" Pak Hendra, semua udah siap ..?" tanya Fathan dengan wajahnya yang serius.
" Iya .. saya juga sudah melihat beritanya, sepertinya ini sangat membantu ..".
" Okke Pak, temui saya di gedung MCB .. saya ada wawancara disana jadi temui saya disana saja ..".
" baik .."
Kemudian sambunganpun terputus.
" Bima ..!".
" Iya "
" Hubungi bagian TI .. suruh mereka untuk menghilangkan Arin dari video tersebut apapun cara ? jika ada yang hal yang mencurigakan atau merugikan untuk Arin langsung bilang ke Pengacara perusahan untuk menanganinya, jangan sampai wajah Arin kembali disorot ..".
" Baik".
" ahh .. dan juga kirim beberapa beberapa orang disalon tadi untuk berjaga-jaga mengamankan Arin, saya takut para wartawan mengincarnya .. ahh, lebih baik kamu juga yang pergi kesana juga yaa .." ucap Fathan dengan sigap menyampaikan perintahnya untuk melindungi Arin.
" Baik saya mengerti ..".
Kemudian Fathan kembali mengirimkan pesan pada Arin.
" Arin .. maaf hari ini kayanya aku nggak bisa hadir ke cafe Mina, lain kali biar aku yang traktir, hati-hati dijalan yaa " - Terkirim -
***
" Arin .. Arin .. Arin .. gawat ..!" panik Lovita sambil berri menghampiri Arin yang sedang beristirahat diruang ganti.
Tapi ia langsung terdiam saat melihat Arin yang terduduk dengan wajah yang terkejut sambil memegang ponselnya dan sudah membaca berita tentang dirinya kemarin. Kejadian dimana dirinya dilempar sebuah botol Hair spray.
Melihat raut wajah Arin yang tampak sangat terkejut hanya bisa terdiam ketakutan, membuat Lovita hanya bisa memeluk pundaknya dari belakang. Memang komentar-komentar yang ia baca bukan tertuju padanya, hanya saja Ia terkejut saat wajahnya sama sekali tidak ditutupi, hal itu yang membuatnya ketakutan. Harga dirinya terasa seperti rumput hijau yang ijak-ijak oleh orang yang tidak tahu apa rasanya diperlakukan seperti itu.
Disisi lain Mina juga terlihat panik dan khawatir setelah melihat berita tentang temannya. Bahkan dirinya tidak tahu Arin sudah diperlakukan seperti itu. Perasaan sedih dan marah menyelimuti dirinya, ia mencoba menghubungi Arin tapi ponselnya tidak bisa dihubungi membuatnya semakin khawatir.
" gimana ini .. ahh .. Arin .. gimana ini .." panik Mina yang terus memadnag pinselnya berharap Arin menghubunginya.
Tak lama Brian mengampiri dirinya yang berniat untuk memesan kopi, tapi melihat sikap Mina yang panik membuatny binggung.
" lu kenapa ? ada masalah ?" tanya Brian.
" Brian .. gimana dong ini .. lihat ini .." ucap Mina sambil memberikan ponselnya pada Brian untuk melihat berita tentang Arin.
Saat melihatnya sentak membuat Brian terkejut tidak bisa berkata apapun dan langsung mengkhawatikan keadaan Arin yang mungkin sudah melihat berita ini. Kemudian Brian langsung meletakan ponsel Mina dan mengambil ponselnya menghubungi seseorang yang terlintas dipikirannya untuk membantunya menyelesaikan masalah ini.
" Evan ..? lu sibuk nggak ?" tanya Brian pada teman saat ia bersekolah di Kanada. Ia mengetahui bahwa temannya sudah berada di Indonesia lebih dulu dari padanya. Mahasiswa TI yang sangat pintar, kini berkerja di Googla Indonesia.
" woo .. Brian, udah lama lu nggak ngehubungin gue, dimana lu sekarang ? Kanada ?" tanyanya dengan santai dan ceria.
" Salam salamnya nanti aja, gue butuh bantuan, lu bisa nggak datang ke kesini bawa perlengkapan lu .. gue butuh buat menghapus video .. gue bakal langsung kirim alamatnya, cepet kini 5 menit ..!" ucap Brian tanpa jeda pada temannya yang masih kebinggungan mencerna perkataan Brian.
" Hya ..!! gimana gue bisa kesana 5 menit ..!".
" HYAA ..!! CEPET ..!!!".
" okke okke .. gue berangkat .." ucapnya yang panik ketakutan mendengar Brian yang berteriak padanya.
Sambungan pun terputus, Brian langsung mengirimkan alamat Cafe milik Mina dan mencoba untuk menangkan dirinya.
Semua orang bekerja untuk menghapus sebuah server yang ada jejak video dimana Arin terekam. Bahkan semua komentar mengenai Arin pun satu persatu menghilang berkat kemampuan orang-orang Fathan.
Disisi lain, Brian dan Mina terlihat facus melihiat Evan yang juga sedang mengheker server pertama yang mendapatkan video tersebut. Beberapa kali Mina juga menyuruh teman-teman sosial medianya untuk tidak me-replay video dnegan wajha Arin tanpa di Blur tersebut.
" ohh .. kayanya ada yang meng-upload video baru, apa-apa ini servernya dari perusahan SBC .. waoh .. lihat ini .." ucap Evan dengan terheran sambil memutar sebuah video dengan orang yang sama tapi dengan berbeda korban.
Dimana wanita bernama Elsa yang merupakan anak salah satu pejabat dimana ayahnya mencalonkan sebagai akdidat presiden berikutnya bernama Yudoyono. Didalam video tersebut juga memperlihatnya perlakukan tidak sopan Elsa kepada orang-orang disekitarnya. Kasusnya sama persis dengan apa yang dialami Arin. Hal itu perlahan membuat semua orang mulai membicarakan video tersebut.
Hingga akhirnya mereka berhasil menghilangkan video tersebut dari media sosial hingga tidak tersisa.
" ahh .. akhirnya selesai ..!!" ucap Even dengan wajah bangganya melihat kearah Brian menepuk punggung beberapa kali sebagai ucapan terima kasih.
" masakasih yaa temannya Brian .. lu emang hebat .. pokoknya kalau lu dateng kesini gue bakal kasih lu gratis sepuasnya .. okke .." ucap Mina yang terlihat senang dengan kerja keras Evan.
" woahh .. asik .. dapet gratisan ...".
Arin sedang berada didalam mobil diperjalanan menuju cafe Mina. Awalnya ia sempat terkejut saat seseorang berpakaian rapih menghampiri saat sepulang kerja, ia kira orang itu salah satu wartawan yang mungkin akan membahas tentang video tersebut, ternyata orang itu adalah Bima sekertarisnya Fathan yang kini sedang focus menyetir.
Hingga akhirnya mobil pun berhenti depan cafe milik Mina. Arin menengok dijendela mobil. Sentak Arin terkejut saat pintu mobil sudah dibukakan oleh Bima.
" sudah sampai nyonya Arin .." ucap Bima dengan sopan.
" ahh iya .. maaf udah buat repot dan terima kasih juga" ucap Arin.
" tidak perlu, ini sudah tugas saya mengantarkan anda dengan selamat" ucap Bima yang terdengar kaku membuat Arin lebih canggung.
" kalau begitu saya permisi pamit " ucap Bima kemudian berjalan kembali masuk kemobil dan mobil pun melaju meninggalkan Arin.
Sambil menghela nafas Arin berbalik badan dan melangkah menuju cafe. Tapi tak lama ponselnya berdering. Arin melihat panggilan tersebut dari Fathan, sambil menghentikan langkahnya Arin menjawab panggilan Fathan.
" hallo .. Fathan " saut Arin.
" udah sampai dengan aman ?" tanya Fathan dengan suara lembutnya.
" emm, udah sampai, makasih yaa, maaf merepotkan " ucap Arin sambil perlhan kembali melangkahkan kakinya.
" jangan bilang begitu, seharunya aku yang minta maaf nggak bisa ngantar kamu, ahh .. jangan khawatirkan tentang berita itu, semua udah selesai .. jadi kamu nggak perlu khawatir lagi .. okke" ucap Fathan.
" emm .. makasih, kamu udah melakukan hal banyak buat aku .. makasih" ucap Arin sambil tersenyum dan entah kenapa ia merasa sangat nyaman mendengar suara Fathan.
Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti, matanya yang awalnya tersenyum dengan pelahan menjadi tatapan yang datar dan terkejut. Arin terdiam kaku saat melihat seseorang yang kini berdiri didepannya dari jarak sekitar 5 meter.
Walau hari sudah malam dan tampak gelap, tapi cahaya yang berasal dari cafe menyinari wajahnya hingga membuat Arin langsung mengenali orang tersebut.
***