"Kamu tadi bilang apa, Din? Kamu terpaksa jawab panggilan dari aku?" kesal Rico.
"Hehe ... iya, aku sangat terpaksa. Haha," tawa Dinda.
"Kamu benar-benar sangat tega padaku ya, Din. Dahlah, matiin lagi aja panggilan nya," ujar Rico.
"Idih ... ngambekan dasar. Aku kan cuma bercanda. Jadi apa nih? Kenapa telepon aku jam segini?" tanya Dinda.
"Aku mau, ma—mau ..." ragu Rico.
"Mau apa sih kamu? Yang jelas dong kalau ngomong. Jangan gelagapan kayak gitu. Mau apa?" kesal Dinda.
"Aku mau curhat, Din," aku Rico pada akhirnya.
Sontak saja Dinda menjadi tertawa terbahak-bahak karena mendengar hal itu.
"Ahaha ... apa, Ric? Kamu mau curhat? Astaga ... kok kamu kayak cewek sih, curhat-curhatan segala kayak gitu. Haduh ... asli loh, Ric, aku sampai ngakak saat mendengar kata curhat terucap keluar dari mulutmu itu. Haha ... badan aja gede, tapi kelakuan kayak anak perawan. Suka curhat niye," ledek Dinda.