"Jangan bercanda!" Jen menggebrak meja hingga Max berjingkat. "Kenapa? Kenapa bisa seperti ini?!" Jen memekik marah hingga menarik rambutnya keras,
"Tenangkan dirimu! Sudah Daddy katakan, kau harus bisa menenangkan dirimu Rajendra!" Peringat Max keras dengan nada perintah. Dia tidak suka setiap kali Jen memberikan reaksi atas sesuatu. Ketika anaknya emosi, dia akan menjadi tak terkendali dan mengamuk pada semua hal.
Sebagai seorang calon pemimpin, Max tidak mau sifat Jen yang seperti ini menjadi bumerang untuknya dimasa depan. Kalau Jen masih belum bisa mengendalikan emosinya, sudah tentu kelemahan ini akan dimanfaatkan oleh para rival dan pesaing perusahaan, juga para petinggi yang ingin mendepaknya dari kursi kepemimpinan.
"Lalu dimana Grandma yang sesungguhnya?"
Max membeku, tubuhnya menegang mendengar pertanyaan putranya. Rasanya Max ingin mangkir dari pertanyaan yang menggerogoti perasaanya perlahan.