Alka tak kuasa menahan rasa kaget sekaligus sesak sekaligus. Nyatanya orang yang terlihat kuat seperti Yasmin, pernah mengalami sesuatu yang begitu buruk. Rasa tak suka yang Alka rasakan berubah menjadi rasa kagum.
Memang benar, tidak ada yang terlahir menjadi antagonis. Perjalan hidup yang berat terkadang menjadi pemicu utama kenapa seseorang berbuat jahat.
Kasus Yasmin juga sama. Sedikit, Alka mulai paham. Wajah angkuh yang Yasmin pasang hanyalah sebuah kamuflase untuk memperlihatkan pada dunia kalau dia masih kuat bertahan.
Dan lagi, Alka jadi teringat ketika gadis itu menangis keras, keluar dari ruangan Aurora. Yasmin pasti merasa terguncang karena, seseorang yang dia pikir bisa memanusiakannya, berbalik menusuk dan menghancurkan lebih lagi. Alka jadi turut merasa bersalah.
Meski perasaan manusia berisifat dinamis, tapi kalau Alka tidak memberi kesempatan untuk perasaan itu berkembang jauh, maka Yasmin tidak akan hancur kedua kalinya.