"Sampai kapan elo mau nangis?"
Hara masih belum menjalankan mobilnya, dia ingin menunggu sampai tangis Agni reda. Tapi sepertinya Hara harus lebih bersabar, Agni terlihat belum mau menyudahi liangan air matanya meski mata gadis itu mulai membengkak.
"Lo gak capek—"
"BERISIK HARA!"
Mendengar Agni berteriak padanya disela-sela isak tangisnya— Hara tidak tahu harus merasa kesal atau lega. Dia kesal karena kekhawatirannya justru dihadiahi bentakan, juga lega karena kalau Agni masih bisa galak seperti biasanya, berarti gadis itu baik-baik saja
Tadi setelah tadi Agni menelepon bundanya dan tidak diangka, Agni langsung menghubungi Hara dan meminta lelaki itu menjemputnya di kafe Aslan.
Hara yang menerima telpon tak bisa tidak cemas, karena Agni berbicara dengan suara bergetar juga bebarapa kali isakan gadis itu terdengar. Hara langsung tahu ada yang tidak beres dan pasti sesuatu telah terjadi. Jadi dengan kecepatan tinggi Hara memacu mobilnya untuk bisa segera sampai ditempat Agni.
