Sekarang kesibukan Aqilla adalah mencari Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk dirinya. Ya, sekarang Aqilla sudah memilih sekolah dengan pilihannya sendiri. Dia memilih untuk masuk di sekolah menengah atas umum. Karena jika dia bersekolah di SMK, jurusan yang dia minati tidak ada. Di SMK itu hanya ada jurusan administrasi, perkantoran, akuntansi, komputer, dan yang lainnya. Sedangkan cita-cita Aqilla adalah menjadi seorang arsitek. Walaupun tidak bisa menjadi seorang arsitek, dia akan mewujudkan cita-citanya yang kedua. Yaitu menjadi dokter umum. Sehingga sekarang, wanita itu harus mencari sekolah yang terdapat jurusan IPA di dalamnya.
Sambil mencari sekolah, Aqilla di rumahnya selalu membantu pekerjaan Ibunya. Terkadang juga Aqilla main ke sekolah Ayahnya. Entah itu untuk membantu Ayahnya dan guru-guru di sana dengan cara mengawasi murid yang sedang ujian atau sekedar bermain saja.
Kalau Ayahnya sedang tidak sibuk, pasti Aqilla selalu di ajak jalan-jalan oleh Ayahnya setiap sore hari. Hanya berdua, Ayahnya dan Aqilla. Entah itu hanya pergi ke taman saja atau ke tempat wisata lain yang terkenal di daerah Jakarta sambil berbincang-bincang dengan Ayahnya. Begitu dekatnya Aqilla dengan Ayah.
Aqilla sangat beryukur karena bisa di lahirkan dari kedua orangtua yang sangat baik, penyayang, keluarga yang hangat. Intinya Aqilla sangat bahagia bisa memiliki keluarga seperti keadaan keluarganya saat ini. Apa lagi jika mengetahui terdapat teman sendiri yang keluarganya broken home. Aqilla semakin bersyukur dengan dirinya saat ini.
Sekolah demi sekolah Aqilla telusuri seluk beluknya, supaya tidak salah memilih sekolah dan tidak salah juga dalam memilih jurusan.
Akhirnya Aqilla memutuskan untuk bersekolah di Sekolah Menengah Akhir Negeri (SMAN) 21 Jakarta. Di sekolah itu terdapat 3 pilihan jurusan. Yaitu MIA yang biasa dikenal dengan IPA, IIS atau IPS, dan IIk atau Agama. Ketika daftar di sekolah tersebut, Aqilla harus memilih 2 jurusan. Boleh jurusan yang sama atau berbeda. Aqilla akhirnya memutuskan untuk memilih jurusan IPA untuk pilihan pertama dan Agama untuk pilihan keduanya. Dia memang tidak memilih jurusan IPS karena Aqilla dari dahulu orangnya paling malas dengan pelajaran yang berbau dengan sejarah. Dia lebih suka dengan pelajaran hitungan-hitungan. Seperti matematika, fisika, dan kimia.
Dan akhirnya Aqilla pun lulus masuk di SMAN 21 Jakarta dengan jurusan pilihan pertamanya, yaitu IPA.
*********
21 April 2015 adalah hari pertama Aqilla untuk melakukan Masa Orientasi Sekolah atau yang lebih dikenal dengan MOS. Di sini Aqilla dan yang lainnya benar-benar di kerjai habis-habisan oleh kakak-kakak senior di sekolahnya. Mulai dari pakaian atributnya yang aneh-aneh, seperti harus memakai kaos kaki dengan warna yang berbeda, memakai tas dengan bahan karung goni, dan yang lainnya. Sampai di haruskan menebak tebak-tebakan yang sangat asing di dengar untuk di bawa ke sekolah. Seperti buah mati. Alias buah pier, makanan sopan alias mangga, dan masih banyak yang lainnya. Padahal tinggal bilang buah pier saja gitu apa susahnya si kakak-kakak.
MOS berlangsung selama 3 hari.
Dimana hari pertama adalah pengenalan dengan kakak-kakak senior di sekolah dan teman-teman baru yang berada di dalam kelompoknya.
Hari kedua di isi dengan acara pengenalan lebih dalam mengenai sekolah dan guru-guru yang mengajar di sana.
Dan hari ketiga diisi dengan bermain berbagai macam games. Bukan bermain kali ya, di kerjai lebih tepatnya. Seperti bermain basah-basahan karena harus di siram oleh OSIS apabila mereka menjawab pertanyaan dengan salah. Bermain games mengambil koin di dalam buah semangka yang sudah di lumuri oli, dan games lainnya yang membuat para peserta MOS kesal dengan ulah anggota OSIS.
Dan pada hari terakhir itu mereka semua, anak baru di suruh membuat surat cinta yang harus menggunakan cap bibir masing-masing, kemudian di kasih ke kakak mentor masing-masing. Boleh mentor di dalam kelompoknya sendiri atau kelompok lain. Yang penting jika peserta MOS nya cowok, harus di kasih ke OSIS cewek, begitu pun sebaliknya.
Sebenarnya agak menjijikan yah, ya tapi mau bagimana lagi. Lebih parahnya ketika di haruskan menggukan nama dan akan di pilih secara acak suratnya, kemudian di bacakan di depan umum. Bayangkan gimana malunya pada saat itu ketika surat kita di bacakan oleh kakak kelas kita di depan umum. Untungnya surat Aqilla tidak terpilih, sehingga tidak di bacakan oleh kakak seniornya di sana. Aman lah posisi Aqilla saat ini.
"Alhamdulillah ga kepilih, kalo kepilih ga kebayang deh, gimana malunya gue," ucap Aqilla di dalam hati nya.
Namun sialnya pada hari itu Aqilla bermain games dan dia kalah dari games tersebut. Sehingga dia harus menjalankan sebuah hukuman yang diberikan oleh kakak mentornya.
Hukumannya adalah membacakan surat cinta yang di buatnya, tetapi di depan kelompok lain dan di tentukan kepada siapa surat itu harus di bacakan. Yang menentukannya itu adalah kakak mentornya.
"Yahh kalahh. Sini Aqilla." Kata kak Jihan.
Dia adalah salah satu kakak mentor yang berada di kelompok Aqiilla. Aqilla pun berdiri.
"Karena kamu kalah, kamu harus bacain surat cinta yang udah kamu buat ke kelompok lain ya. Nanti kakak tentuin ke siapa kamu harus bacakan surat itu." Jelas kak Jihan.
Aqilla pun hanya bisa pasrah dan mengikuti hukuman yang di berikan oleh kakak mentornya itu tanpa membantah sedikit pun. Karena jika Aqilla membantah, pasti dia akan keba marah. Belum lagi jika hukumannya justru malah di tambah.
"Ayo sini ikut kakak."
Dan Aqilla pun mengikuti langkah kak Jihan untuk pergi menemui seseorang di kelompok lain.
"Hallo. Nih kenalin namanya Aqilla dari kelompok aku, kelompok 1. Dia kalah main games nih. Dan dia akan membacakan surat cintanya di kelompok ini. Jadi sekarang kalian duduk membentuk lingkaran yah." Jelas kak Jihan.
Parah, benar-benar di depan orang banyak. Dan kelompok yang di pilih kak Jihan pun langsung bergegas untuk duduk membentuk lingkaran.
"Nah Aqilla kamu bacain surat cintanya ke... Kamu. Kamu namanya siapa?" Tanya kak Jihan sambil menunjuk salah satu peserta MOS laki-laki yang berada di kelompok lain. Yaitu kelompok 5.
"Nama saya Galih Mahardika."
"Di panggilnya siapa?"
"Dika"
"Oke Dika, kamu berdiri."
Dika pun langsung berdiri. Bagaimana tidak, yang memberikan perintah adalah kakak senior kita di sekolah.
"Aqilla akan membacakan surat cinta ke kamu. Aqilla juga sini sama Dika. Kalian berdiri di tengah-tengah lingkaran ini. Ayo. Siap Aqilla?"
"Ga ada hukuman lain apa kak?" Tanya Aqilla.
"Udah ayo gapapa, ini melatih mental kamu loh, haha. Jangan lupa pakai akting yang romantis juga yaa. Dan namanya yang seharusnya buat kakak mentor kamu Aqilla, kamu ganti jadi nama Dika, oke."
Mau tidak mau dan memang harus mau Aqilla pun membacakan surat cintanya kepada Dika di tengah-tengah kerumunan teman-teman MOS nya. Belum lagi dari kelompok lain dan kakak-kakak senior yang lain pasti matanya akan tertuju ke Aqilla. Dewan guru yang sedang berada di luar kelas dan sedang tidak mengajar pun pasti akan melihat peristiwa ini. Bagaimana tidak, kejadian seperti itu pasti akan menjadi bahan perhatian bagi banyak orang.
Pembacaan surat cinta pun di mulai.
"Halo Dika,
Nice to meet you Dik, dan salam kenal dari aku, Aqilla Myesha Safira....
-TBC-