Chereads / Esostrefis Gynaíka / Chapter 5 - Bukan Pelarian

Chapter 5 - Bukan Pelarian

Ketika mereka sampai di depan kantor ponsel Lena berdering. Dia bergegas turun dari motornya lalu masuk ke  lobby  dan mengangkat teleponnya.

"Halo, Van tumben telepon. Ada apa?"

"Halo, Len. Maaf aku telepon kamu. Hmm, aku  mau tanya smsku udah kamu baca?"

"Oh belum, maaf aku sibuk. Nanti aku baca sms kamu," jawab Lena cuek.

"Gak apa-apa, aku cuma mau tanya alamat kantormu."

"Alamat kantor? Kantorku di Jalan Nalendra, kenapa kamu mendadak nanya alamat kantor?" tanya Lena.

"Besok sore sebenernya aku mau jemput kamu di kantor, boleh?"

"Boleh aja kalo gak merepotkkan," jawab Lena.

"Aku gak repot kok," balas Evan

"Ya udah, makasih sebelumnya, Van."

"Sama-sama. Bye."

"Bye, sampe ketemu besok sore," sahut Lena.

Setelah telepon dengan Evan, Lena masuk ke ruang kerjanya. Dia menyimpan ponselnya di dalam laci lalu menyalakan komputer.

Lena menengok ke kiri dan ke kanan, rekan-rekannya sudah mulai kembali bekerja rupanya.

Dia penasaran ingin mencari tahu tentang Evan. Tidak ada salahnya bukan kalau besok dia menerima tawaran Evan untuk menjemputnya di kantor.

Sore hari setelah pulang dari kantor, Lena langsung menemui Ivana yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Hai, Kak. Tumben Kakak udah pulang dari pabrik? Aku mau ngobrol sebentar, boleh?"

"Boleh, mau ngobrol apa?" tanya Ivana.

"Aku mau ngobrol soal Evan," jawab Lena.

"Oh dia, gimana kemaren kencannya sama Evan?" tanya Ivana lagi .

"Biasa aja," jawab Lena datar.

"Biasa gimana? Kalian ngapain aja kemaren?" Ivana penasaran.

"Kemaren kita cuma jalan-jalan di mall, makan malem terus pulang," balas Lena agak kecewa.

"Cuma gitu aja?" Ivana melongo mendengar ucapan Lena.

"Iya, ternyata Evan kaku banget. Gak romantis kayak waktu awal kenalan, aku jadi males ketemu dia lagi." Lena mengungkapkan kekecewaannya.

"Masa, sih? Tapi kemaren kelihatannya dia baik banget, sopan, ramah dan tulus. Gak kaku seperti yang kamu bilang barusan." Ivana berpendapat lain tentang Evan.

"Aku juga gak tau kenapa dia bisa kaku gitu. Malah Evan bilang grogi waktu deket-deket sama aku," gerutu Lena.

"Terus kamu mau gimana ke depannya sama dia?" Ivana berharap Lena masih mau berteman dengan Evan.

"Belum tau mau gimana. Kita lihat nanti, tapi aku gak yakin mau ketemu lagi sama dia karena kencan kemaren gak seperti yang diharapkan," tandas Lena.

"Kalo menurutku sih, coba kamu temenan dulu aja sama dia. Gak ada salahnya, kan," saran Ivana.

"Coba deh liat nanti. Besok katanya dia mau menjemputku di kantor," balas Lena.

"Bagus dong kalo gitu. Berarti Evan ada niat buat kenal kamu lebih deket lagi," terang Ivana senang.

"Belum tentu juga, Kakak jangan mikir macem-macem. Mungkin aja dia lagi kesepian jadi berusaha buat deket sama aku." Lena merasa Evan hanya memanfaatkannya.

"Kamu gak boleh ngomong gitu, gak baik," Ivana menasihati Lena.

"Aku gak mikir macem-macem tapi kalo emang gak ada niat mau deket sama kamu ngapain dia repot-repot jemput kamu ke kantor? Atau bisa jadi Evan suka sama kamu," pungkas Ivana.

"Apa? Dia suka sama aku? Gak mungkin." Lena mengelak.

"Kamu sendiri suka gak sama dia?" goda Ivana.

"Gak, aku gak suka cowok kaku," sahut Lena cepat.

"Serius, gak suka? Aku tau kamu, Len."

"Maksudnya?"

"Kamu itu gampang jatuh cinta, apa lagi beberapa bulan yang lalu baru putus sama Rendy. Pasti kamu pengen cepet-cepet punya pacar lagi, kan?" selidik Ivana.

"Bener sih apa yang Kakak bilang," balas Lena jujur.

"Kalo gitu kamu harus buka hati buat Evan. Siapa tau dia emang jodoh kamu, tapi inget ya jangan jadiin dia pelarian." Ivana memperingatkan Lena.

"Ya gaklah. Kalo pun aku pengen punya pacar lagi, aku gak akan jadiin Evan pelarianku atau cuma buat mengisi kekosongan hatiku.

"Kamu harus bisa  move on  dari Rendy dan jangan samain dia dengan Rendy, okay?" tukas Ivana.

"Pasti, Kak. By the way, thanks ya buat nasihatnya."

"Sama-sama. Inget kata-kata Kakak tadi, Evan bukan Rendy dan dia bukan tempat pelarian kamu."

"Tenang aja, aku gak akan jadiin Evan sebagai pelarianku dari Rendy," sahut Lena, tapi dia takut jika nanti dirinya akan menyamakan Evan dengan Rendy, Lena masih trauma akan masa lalunya.

"Ya udah, kamu mandi dulu gih. Nanti habis mandi temenin Kakak makan malam, ya."

"Kita gak nunggu papa sama mama pulang dulu baru makan malam?" tanya Lena.

"Gak usah, papa sama mama mau makan di restorannya Nino," jawab Ivana tersenyum.

"Oke, gak masalah." Lena merasa ada sesuatu yang disembunyikan Ivana juga orangtuanya, kenapa mereka mendadak makan di restoran Nino?

Lena akan menanyakannya nanti setelah mandi pada Ivana. Sebenernya ada acara apa? Kenapa mereka harus dinner di Cherry Blossom Restaurant?

****