"Em … kalau begitu besok aku akan datang lagi bawa air mineral. Rani … semangat ya? Aku balik ke kelas dulu."
Ardian tersenyum manis pada Rani. Senyum yang sudah berhasil menyihir para wanita di kampus.
"Kalau mau care, carilah perempuan yang belum punya pacar. Rani pacar saya jadi dia tidak perlu kepedulian kamu."
"Apaan sih, orang mau putus juga," ucap Rani buru-buru. Dia tidak mau Ardian langsung berubah pikiran dan tidak mau lagi mengejar dia. Huft … dari awal Alul memang selalu menggagalkan rencana Rani. Entah apa tujuannya sebenarnya, itu yang masih menjadi misteri untuk Rani.
"Siapa bilang? Nggak ada yang akan putus. Ayo lanjutkan lagi."
"Aku cuma peduli aja sama Rani. Maaf kalau kamu merasa terganggu, tapi selama Rani tidak terganggu dengan tingkah lakuku ini, Aku tidak akan pernah berhenti. Mengerti?"
Ardian tersenyum sinis, kemudian dia segera melangkahkan kaki pergi meninggalkan Rani dan Alul.
'Kamu cuma adik tingkat. Siapa yang bisa menolak pesonaku? Dalam hitungan hari, pacar kamu akan takhluk di pelukanku,' sombong Ardian dalam hati.
"Kamu apaan sih Sapu. Kenapa kamu selalu begitu. Sebentar lagi kita akan putus. Jadi jangan halangi aku kalau aku mau dekat sama orang lain."
"Silakan aja kalau mau dekat sama orang lain, asalkan jangan Playboy seperti dia."
"Tahu dari mana kamu kalau dia Playboy? Kamu aja baru di sini, sama seperti aku. Lagipula, Aku tidak akan bisa dipermainkan oleh laki-laki. Yang ada, laki-laki yang aku permainkan."
"Terserah apa yang ingin kamu lakukan. Yang jelas, nggak usah di jalani kalau memang enggak dari hati. Jangan pernah mendekati orang Kalau berniat untuk mempermainkan atau menyakiti. Karena hati tidak akan pernah tenang."
"Kamu ngomong apa sih? Sotoy banget jadi orang. Udah ah … aku nggak mau nyapu lagi. Selesaikan! Aku mau touch Up dulu. Bye!"
Rani melempar kan sapunya di depan alul, kemudian dia segera pergi menuju ke kamar mandi. Ya, seperti apa yang dia katakan. Dia touch up make up nya. Karena bagi Avissa Maharani saat ini, kecantikan adalah nomor satu.
***
"Rani Rani Rani … Kamu keren banget sih. Kamu dibawakan minuman sama Ardian ya tadi. Sweet banget sih dia. Sudah berhasil dong tujuan kamu."
Miranda heboh sekali ketika Rani sampai di kelas. Perempuan itu hanya menyibakkan rambutnya. Sok cantik. Eh nggak Ding, Dia memang cantik sekarang.
"Jangankan laki-laki seperti Ardian, yang lebih dari dia pun pasti bisa aku bikin klepek-klepek."
Rani tersenyum culas sambil menatap kedepan.
"Busyeeet … kamu memang hebat Ran. Apakah ada yang harus kita lakukan untuk bantu kamu?" Kali ini Miranti yang berbicara.
"No. You do not need to do anything. Dia udah klepek-klepek meskipun aku nggak ngapa-ngapain. Oh ya? Gimana tugas aku, udah kalian kerjain?"
"Sudah dong," ucap Miranda. Dia mengeluarkan sebuah makalah dari tasnya.
Entahlah, Avissa Ingin bala dendam atau apa. Yang jelas, sekarang karena dia punya uang, dia lebih mengeluarkan uang daripada berpikir keras.
"Ini makalah kamu. Semalam kita berdua sudah mengerjakan dengan sungguh-sungguh sampai tidur jam 2 tahu. Jadi, bisa dong kalau malam ini kita party?"
'Party? Oh No … Avissa memang berpenampilan modis dan high class. Tetapi soal party party seperti itu, dia belum pernah melakukannya.
Dia juga tidak tahu menahu soal itu. Dia belum pernah pergi ke tempat party seperti itu sebelumnya. Ya, Mungkin dia memang sudah berubah, tetapi dia belum berani melangkah begitu jauh.
"Sorry, aku nggak bisa karena banyak yang harus aku urus. Besok aja aku belanjain."
Akhirnya kata-kata itu yang keluar dari mulut Rani. Miranda dan Miranti langsung teriak kegirangan. Memang itu ikan yang mereka inginkan. Dia mau berteman dan mau mendekat ke Rani terus-terusan karena dia mau numpang tenar sekaligus Mau numpang hidup. Karena mereka berdua sering ditraktir oleh Rani.
Ya, begitulah ketika Rani sudah menjadi gadis yang cantik dan juga berada. Dulu waktu dia masih menjadi seorang Avissa yang gendut, dekil dan juga miskin, tidak ada yang mau berteman dengan dia.
"Yeaay … kita ke mall bareng ya besok. Boleh beli apapun yang kita mau?"
"Asalkan kalian selalu mengerjakan tugas ku dan selalu menjaga Semua rahasiaku, Kalian pasti aman dan kantong Kalian pasti juga aman kok."
"Siap, Ran. Pokoknya kita akan selalu ada di pihak kamu."
"Yes. Go Rani Go Rani Go."
Miranda dan Miranti langsung bersorak seperti sedang menonton pertandingan sepak bola atau basket.
Rani hanya tersenyum sinis melihat pemandangan itu.
'kalau aku kere, dekil dan juga gendut, apa kalian masih mau dekat-dekat denganku seperti ini?'
***
"Sapu, tolong hari ini kamu jangan dekat-dekat aku dulu. Ada yang harus aku lakukan tanpa kamu hari ini. Ciri khusus hari ini, jangan ikut aku ke kantin, jangan ikut aku ke perpus, dan jangan ikut aku kemanapun aku mau. Jadi untuk sehari ini, kamu bukan pacarku. Besok kamu boleh jadi pacar aku lagi. Please!"
Rani memohon pada Alul yang saat itu sedang duduk di sampingnya. Dia memasang wajah memelas. Sungguh, dia tidak mau dikuntit oleh Alul hari ini. Karena dia sedang ingin memancing mangsanya, Ardian.
"Kenapa aku harus mengiyakan permintaan kamu?" tanya Alul sambil menatap mata Rani dengan berani.
"Karena kamu memang harus mengiyakan. Karena ini penting buat aku, dan karena aku tahu kamu orang baik. Pasti kamu mau meluluskan permintaan aku ini kan? Kan? Absolutely yes. Right?"
"Absolutely No. Kalau memang Kamu nekat melarang aku untuk menemani kamu hari ini, maka masa pacaran kita akan ditambah 1 bulan lagi."
"No … kamu gila! Nggak bisa gitu dong!"
Rani langsung berteriak emosi mendengar jawaban Alul. Laki-laki itu memang selalu menjadi penghalang dia dalam segala hal. Dalam segala hal.
"Slow down, Baby. Kamu enggak perlu marah-marah seperti ini. Kalau kamu mau ya silakan. Kalau nggak ya nggak apa-apa. Aku tinggal bongkar semua yang aku tahu. It is so simple, Pacar."
Alul tersenyum penuh kemenangan. Sementara Rani langsung menggigit jari telunjuknya dengan nafas tersengal karena emosi. Huft … nggak ada pilihan yang menguntungkan dia sama sekali. Dia benar-benar ingin bertemu sama Ardian hari ini. Karena hari ini, tepat tanggal 23 Februari, tanggal di mana rambut indahnya digunting oleh Ardian. Hari dimana dia benar-benar terpuruk sampai berniat akan mengakhiri hidupnya sendiri. Ya, 23 Februari. Tanggal dan bulan yang tidak akan pernah dilupakan seumur hidupnya. Dia harus bisa memberikan pelajaran kecil untuk Ardian hari ini. Harus.