Chereads / Hasrat Terpendam / Chapter 9 - PENJAGA HATI

Chapter 9 - PENJAGA HATI

Waktu yang terus berjalan menunjukkan sudah pukul 8.30 pagi, semua yang kami butuhkan sudah tertata rapi di dalam ransel kami masing-masing, ibuku yang masih terlihat sibuk mengecek semua jendela dan pintu untuk di kunci rapat yang akan di tinggalkan beberapa hari.

Dan ayahku yang yang berjalan menuju garasi untuk memanaskan dan mengeluarkan mobil sebelum kami berangkat, dan kakakku bertugas untuk mengecek kembali semua barang bawaan agar tidak tertinggal dirumah, sedangkan aku dan Bima yang bertugas untuk memasukkan barang bawaan dan menata rapi di dalam bagasi.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakan tugas kami masing-masing, lalu keluargakupun masuk ke dalam mobil satu-persatu.

"Udah lengkap semua kan ini ?" tanya ayahku kepada kami semua.

" Udah yah,,let's goooooo !!!!" Ujarku dengan bersemangat.

Ayahku pun sudah siap untuk mengemudi dan memastikan kami semua memasang safety belt untuk keselamatan kami selama di perjalanan ke pelabuhan dan juga untuk menghindari polisi yang ada di setiap simpang lampu merah yang akan meberhentikan kami dan memberi surat tilang dengan alasan tidak memakai safety belt.

"Saatnya berangkattttttttttt," ujar ayahku membuat suasana semakin happy.

"Siappppp pak supir," ujar kami semua serentak dan tertawa bersama-sama.

Ayahku pun mulai menjalankan mobilnya dengan pelan dan berhati-hati untuk menjaga keselamatan semua keluarga nya, dan di pertengahan jalan ayahku memutar lagu "SELAMAT ULANG TAHUN" yang di nyanyikan oleh "DEWA 19". Semuapun ikut terbawa suasana oleh lagu yang di putar oleh ayahku.

Keluargakupun ikut bernyanyi bersama mengikuti alunan lagu dan irama yang di putar oleh ayahku yang akan di persembahkan untuk ku yang berulang tahun, senang rasanya bisa menghabiskan liburan bersama keluarga ku ditambah lagi orang yang aku sukai juga ikut serta di perjalanan kami saat ini.

Tapi aku merasa sedih karena ketiga orang kakakku yang berada di Jakarta tidak bisa ikut bersama kami untuk merayakan ulang tahunku.

"Dek kok tiba-tiba kamu kelihatan sedih, kenapa ? kamu sakit atau ada yang barang yang ketinggalan dirumah.?" tanya Kak Dinda menyadari kesedihan di raut wajahku dengan kekhawatiran.

"Gak kok kak, sedih aja gitu Bg Doni, Bg Dodi dan Kak Clara gak bisa ikut gabung lagi sama kita di hari ulang tahunku kali ini," Ujarku dengan raut muka yang sedih.

"Iya doain aja tahun depan mereka bisa balik kesini lagi ya dan ikut sama kita ngerayain ulang tahun kamu nantinya, lagian kamukan tau mereka cari duit buat bantu-bantu ngenyengolahin kita terus beliin keperluan kita juga, iyakan.!!" ujar Kak Dinda untuk menenangin hatiku yang bersedih.

"Iya kak..amin ya Allah, mudah-mudahan tahun depan mereka bisa pulang ke Batam ya, terus bisa ngumpul-ngumpul lagi kayak dulu lagi," ujarku dengan penuh harapan.

"Jangan sedih gitu dong anak kesayangan ibu, masak mau jalan-jalan dan happy-happy malah jadi sedih gitu," ujar ibuku dengan menatap wajahku dan tersenyum dengan manis, yang membuatku merasa lebih baik dan tenang setelah melihat senyuman ibu.

"Iya buk.. maaf ya Bu," ujarku meminta maaf.

"Ayok nyanyi lagi semuaaaaaaa," ujar ayahku berteriak untuk mencairkan suasana.

Kami pun kembali bernyanyi dan berteriak di dalam mobil seakan tidak memperdulikan macetnya jalan di pagi itu. Bima hanya tersenyum manis melihat wajahku dan lalu meletakkan tangannya di pundak ku se sambil menepuk-nepuk kecil, karena dia tau aku merasa sedih dan ingin membuat aku merasa lebih baik.

Tapi ntah kenapa melihat senyumannya dan perlakuan nya kepadaku membuatku salah tingkah dan jantungku berdebar sangat kencang, sebenarnya itu sangat wajar saja di lakukan oleh teman baik terhadap kita, ketika merasa sedih agar membuat kita merasa lebih baik, tapi rangkulannya membuatku berfikir seakan memelukku.

Dan menatap matanya sekaligus melihat senyumannya yang manis membuat aku tersipu malu, tapi aku mencoba menjaga tingkahku agar tidak terlihat mencurigakan dan memalukan, apa lagi kakakku duduk di sebalah kiriku sedangkan Bima sebalah kanan.

" Ayokkkkk Bimmm ikut nyanyi sama kami, jangan ketawa mulu, emang kami lagi berkomedi," ujar ayahku mengajak Bima ikut serta bernyanyi bersama dan kamipun ketawa mendengar perkataan ayah tersebut.

"Bim boleh ibu bertanya.?" ujar ibuku secara tiba-tiba dengan wajah yang serius, itu membuatku merasa sedikit takut dan khawatir dengan pertanyaan ibu.

'Iya nte silahkan," ujar Bima menjawab.

"Bisa Tante dan Om meminta tolong sama kamu,?" ujar ibuku meminta tolong dengan wajah yang serius. Jujur melihat ibu yang terlalu serius dengan pertanyaan seperti ini membuat jantungku berdebar dengan cepat, ntah kenapa aku merasa takut sendirinya.

"Iya silahkan nte, selagi saya bisa bantu, saya akan lakukan buat tante dan om," ujar Bima dengan wajah yang serius dan terlihat percaya diri tanpa rasa takut

"Bisa Tante sama Om meminta tolong sama kamu Bim, untuk menjaga Radit dimanapun dia berada dan akan selalu ada buat Radit apapun yang terjadi sebagai sahabatmu. ?" "ujar ibuku bertanya dan meminta tolong terhadap Bima.

Jujur tidak pernah terpikirkan olehku ibu akan mengatakan hal itu, satu sisi aku merasa senang karena aku di beri lampu hijau dengan ibuku untuk bertemu dan bersama lebih sering dengan Bima dan akan lebih sering menghabiskan waktu bersama, tapi di sisi lain aku bertanya-tanya dan merasa sedikit khawatir apa maksud dari pertanyaan ibuku.

Tidak pernah ibu meminta tolong kepada seseorang untuk menjagaku di luar sana, walaupun dengan sahabat ku sendiri seperti, Memet, Ari, Iwan, Ela dan Epi. Tapi sekarang ibu seperti sangat mempercayai Bima untuk selalu menjagaku dan seakan seperti menyerahkan anak perempuan nya untuk di jaga oleh calon suaminya.

"Maaf tante aku rasa aku tidak sanggup untuk menjaga Radit sebagai sahabat ku di luar sana," ujar Bima dengan lantangnya seakan tidak menjaga perasaan ku yang terasa hancur berkeping-keping.

Jujur aku merasa di tersambar petir oleh perkataan nya yang terlihat begitu tidak perduli tanpa harus menjaga perasaanku, ingin rasanya aku menangis dan air mata ini terasa akan terjatuh, tapi aku menahan perasaan ini sekuat mungkin agar tidak di lihat dengan yang lain.

"Tapi aku bisa dan akan selalu bisa menjaga Radit dimanapun dan kapanpun dia berada nte, sebagai adek dan saudara ku bukan sebagai sahabat, dan akan selalu siap ketika dia membutuhkan seseorang di sampingnya apapun yang terjadi," ujar Bima tiba-tiba menambahkan jawaban nya yang membuatku terkejut dan terharu, yang tadi hatiku terasa berkeping-keping karena ucapan awal Bima.

Sekarang hatiku terasa seperti kembali utuh sendirinya, air mata yang ku tahan kan tadi agar tidak keluar karena jawaban pertama Bima, sekarang malah terjatuh sendirinya tanpa aku sadari.

Bima yang menatap wajahku dan menyadari air mataku terjatuh dengan sendirinya, tersenyum kecil seakan mengatakan "usaplah air matamu", aku dengan cepatnya mengusap air mataku agar tidak terlihat oleh yang lain, perkataan Bima membuat aku tersanjung seakan melayang di angkasa. Sifatnya yang sangat dewasa dan beribawa memberikan kenyamanan terhadap ku ketika bersamanya.

"Tante dan om percaya kok sama kamu Bim," ujar ibuku sambil menoleh kebelakang dan tersenyum melihat Bima dan Bimapun ikut membalas senyuman ibuku dari belakang.

"Ada yang mau lanjut nyanyi,? musikkkk..," ujar ayah ku tiba-tiba membuat suasana kembali bahagia yang tadinya sedikit lebih tegang dan canggung, dan ayah menyanyikan lagu yang diputarnya bersama kakak, ayahku emang paling jagonya kalau untuk membuat suasana menjadi ramai dan damai.

Ayah adalah laki-laki pertama di dunia ini yang aku kagumi karena kebaikan dan kekocakan nya, dia bisa membuat orang-orang di dekatnya menjadi nyaman dan tertawa terbahak-bahak atas kelakuan dan candaan lucu yang di lontarkannya.