Chapter 3 - Fakta Dari Mansion

Kaname dan Sakuna saling berhadapan. Kaname merasa sedikit kecewa saat mendengar jawaban Sakuna dari pertanyaannya.

"Aku menyukai seseorang." (Sakuna)

"Be-begitu ya… Kalau kamu menyukai seseorang kenapa kamu malah menerima ajakan ku? Bukan kah itu artinya kamu memberi sinyal kepada orang yang kamu suka kalah kamu menyerah mengejarnya??". (Kaname)

Selain kecewa Kaname juga merasa bersalah karena tidak menanyakan itu sedari awal. Jika Kaname tau kalau Sakuna menyukai seseorang maka dia sudah menolak mentah-mentah rencana busuk Haruka.

"Hehe. Kaname orang yang baik ya." (Sakuna)

Sakuna melihat keatas langit dengan wajah yang sedih.

"Dia terlalu jauh untukku. Aku tidak bisa meraihnya sekarang. Salah satu alasan ku menerima ajakan pura-pura pacaran ini juga, agar dia sadar akan perasaan ku." (Sakuna)

Sakuna berjalan melewati Kaname.

Kaname hanya terdiam mendengar penjelasan dari Sakuna. Dia sedikit senang karena hubungan bohongan ini ada sedikit manfaat nya kepada Sakuna.

Kaname langsung menyusul Sakuna dan mereka mengobrol sampai berpisah di stasiun kereta.

Kaname membuka pagar mansion dan dia disambut oleh seorang pelayan perempuan dengan tubuh yang seksi.

Wajahnya sangat cantik, rambut coklatnya bergelombang dengan indah, dan mata coklat yang tajam seolah-olah menusuk siapapun yang berani memandang nya.

"Akhirnya pulang juga. Mood tuan putri sedang tidak baik. Cepat ganti baju dan hibur dia." (Hina)

Pelayan perempuan ini bernama Aino Hina. Dia adalah kakak Kaname yang lebih tua 7 tahun. Sebentar lagi dia akan menikah… Kalau dia tidak menghajar tunangannya lagi.

"Ada apa gerangan sampai mood Hime-sama jadi jelek?". (Kaname)

Hina sedikit kesal mendengar ucapan adiknya.

"Cepat pergi sana dan pastikan sendiri!". (Hina)

Kaname ditendang oleh Hina sangat keras hingga terjatuh.

Segera Kaname pergi ke kamarnya dan berganti pakaian pelayan. Dia menyisir rambutnya yang awalnya disisir ke kanan menjadi sisir ke belakang.

Sekarang Kaname ada dalam mode Butler. Dengan keterampilan bersih-bersih, memasak, mencuci, bahkan membunuh. Dia dapat melindungi tuan yang dia layani.

Kaname memasang sarung tangannya dan setelah itu dia pergi ke ruangan tempat tuannya sedang berdiam diri.

Para pelayan lain memberitahukan kondisi hati tuan putri dan Kaname langsung memikirkan rencana agar tuannya bisa tenang.

Kaname membuka pintu dengan elegan dan menghadap kepada tuan putri yang ia layani.

Tuan putri ini memiliki rambut yang diikat poni dengan warna rambut hijau cerah. Matanya dan auranya mempertegas bahwa dia adalah seseorang yang kuat dengan statusnya sebagai tuan putri.

"Malam Hime-sama. Maafkan keterlambatan—". (Kaname)

Tamparan keras melayang ke pipi Kaname.

Kaname mengembalikan posisi wajahnya dan menundukkan kepalanya.

"Jadi. Jelaskan! Apa-apaan lusa kemarin??!!".

Kaname menyusun beberapa kata dan alasan dikepalanya. Dia sedang berada di mode Butler jadi dia tidak bisa sembarang menjawab atau merespon pertanyaan dari tuan putri.

"Seperti yang anda lihat. Saya menembak salah satu perempuan di kelas." (Kaname)

Sekali lagi tuan putri menampar Kaname dengan sangat keras. Sekarang kedua pipinya merah dan sedikit bengkak.

"Bukankah kamu tidak mau berpacaran?!".

"Mohon maaf tuan putri. Aku mencintai wanita bernama Watabe Sakuna itu karena hanya dia yang mencintai ku secara tulus dari hatinya—". (Kaname)

Sekarang dagu Kaname ditendang oleh tuan putri.

Tetap dengan elegan dia mengembalikan posisi kepalanya seperti diawal.

Kaname sedikit mengintip wajah tuan putri dan dia langsung ketakutan karena tuan putri benar-benar sangat marah sekarang ini.

Tiba-tiba seorang pelayan wanita masuk tanpa izin.

"Putri Himeko—".

"Diam!! Jika ada tamu, usir saja! Ayah datang bilang aku membencinya!! Dan jika ibu datang bilang saja aku akan mengadukan hubungannya dengan paman Akito!". (Himeko)

Semua aib orang tuanya disebutkan oleh tuan putri.

Sekigahara Himeko, itulah nama tuan putri. Anak dari Sekigahara Ryugo yang merupakan miliader sekaligus raja kerajaan sake di Jepang.

Karena itu dia tinggal di mansion dan memiliki banyak pelayan termasuk Kaname.

Keluarga Aino merupakan keluarga pelayan sejak zaman Sengoku dan sudah melayani banyak bangsawan. Keluarga Sekigahara adalah keluarga yang dilayani orang-orang Aino sekarang ini karena hutang budi di masa lalu.

Kaname adalah satu-satunya orang yang secara pribadi melayani tuan putri Himeko dan satu-satunya orang yang akan bersikap biasa saja jika disekolah.

Himeko ingin Kaname bebas diluar mansion walaupun dia satu sekolah bahkan satu kelas dengannya.

"Kaname. Tidur bersamaku malam ini." (Himeko)

Kaname yang berada di mode Butler tidak dapat menolak dan pasrah saja. Dia sudah biasa dijadikan mainan oleh tuan putri nya.

"Aku akan tidur setelah Hime-sama tidur duluan." (Kaname)

"Cepat kemari sebelum aku memukul selangkangan mu!!". (Himeko)

Demi keselamatan masa depan anak-anaknya, Kaname menurut saja dengan Himeko.

Walaupun dia ada di mode Butler, tetap saja baginya ini sangat memalukan. Sudah lama dia tidak tidur bersama Himeko, terkahir kali saat mereka lulus SD.

Kaname berbaring lurus dengan jantung yang berdebar-debar. Dia mempertahankan posisi ini agar tidak bergerak karena takut dituduh melakukan gerakan-gerakan aneh.

"Aku… Sejak dulu tidak ada yang menerima keegoisan ku." (Himeko)

Kaname merasa jika Himeko mulai mengingat masa lalu yang menyedihkan.

"Hime-sama, saya akan selalu bersama anda sebagai pelayan. Aku berjanji—". (Kaname)

Himeko langsung beranjak dari kasurnya dan merangkak diatas Kaname.

Pakaian piama Himeko lumayan transparan dan Kaname sadar jika Himeko tidak mengenakan pakaian dalam.

Kaname meredam semua nafsu nya. Dia tidak boleh membangkitkan birahinya kepada Himeko.

"Kamu berjanji sebagai pelayan. Bisakah kamu berjanji sebagai pria, seseorang yang dapat aku cintai?". (Himeko)

Mata Kaname terbelalak kaget. Dia berusaha menyerap perkataan Himeko dan tidak menganggap serius perkataan Himeko.

"Apa yang anda bicarakan. Saya hanya—". (Kaname)

"Aku menyukai mu Kaname. Sejak dulu, aku menyukaimu… Kaname!". (Himeko)

Himeko membaringkan tubuhnya diatas tubuh Kaname.

Kaname dapat merasakan seluruh lekuk, bagian, dan kulit Himeko. Dia tetap dapat menahan birahinya dan menjaga martabat nya sebagai seorang pelayan.

"Aku senang dengan perasaan Hime-sama tapi saya sudah memiliki pacar. Tidak mungkin kan saya mengkhianati perasaannya?". (Kaname)

Himeko beranjak dari tubuh Kaname dan berdiri diatasnya. Kaname bisa melihat bagian bawah Himeko dan dengan cekatan dia menutup kedua matanya.

"Begitu? Baiklah. Mulai besok lupakan aturan kebebasan yang kuberikan padamu. Mulai besok layani aku di rumah, di jalan, di sekolah, dan dimana pun!". (Himeko)

Kaname tidak dapat melawan permintaan Himeko. Dengan pasrah Kaname mengiyakan permintaan Himeko dan meminta izin untuk kembali ke kamarnya.

Sampai Kaname di kamarnya baru dia menunjukkan ekspresi nya.

Wajahnya memerah seperti saat dia menembak Sakuna. Dia terjatuh dilantai karena tidak menyangka jika orang yang dia layani selama ini menyukainya.

Dia sudah tidak berada dimode Butler jadi dia dapat leluasa melampiaskan rasa malunya.

Kaname langsung menghubungi Kaito dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Hah? Kau menikmati tubuh—maksudku kau ditembak ratu itu?!". (Kaito)

"Jangan berani mengucapkan hal mesum kepada Hime-sama!!!". (Kaname)

"Baik, baik, tenanglah malaikat pelindung." (Kaito)

"Ini rumit… Haruka tidak ada di apartemen ku sekarang ini jadi tidak mungkin aku bisa merancang rencana." (Kaito)

Kaname bimbang. Dia tidak bisa begitu saja meninggalkan kewajiban sebagai pacar (bohongan) Sakuna. Tapi dia juga tidak bisa meninggalkan kewajiban sebagai seorang pelayan yang telah berjanji untuk melayani tuannya.

Berbicara dengan Kaito tidak membuahkan hasil. Kaname menutup panggilan dan berbaring di kasur sederhananya. Kasur tua dan keras itu tidak lah nyaman untuk di tiduri tapi dia tidak boleh mengeluh dan menuntut sesuatu dari Himeko.

Seseorang mengetuk pintu dan masuk ke kamar Kaname.

Hina sambil membawa kemoceng masuk dan memperlihatkan wujudnya. Tatapan prihatin ditunjukkan kepada Kaname tapi Kaname tidak menggubris tatapan kakaknya.

"Fuuuh aku dengar kamu menerima hukuman ya?". (Hina)

"Kakak… Apakah aku salah memiliki seseorang yang aku cintai?". (Kaname)

Hina duduk disebelah Kaname dan mengelus kepalanya.

"Kamu salah karena tidak menyadari perasaan tuan putri." (Hina)

"Aku tidak marah dengan jawaban itu. Aku tau jawaban itulah yang akan keluar dari mulut kakak." (Kaname)

Rasa kantuk yang sangat dalam menerpa Kaname.

Dia tidur disamping kakaknya yang mengelus kepalanya dengan lembut.

Selagi mengelus kepala Kaname, Hina mengingat sesuatu yang menimpa ayah dan ibu mereka. Hina menunjukkan ekspresi marah ketika mengingat kejadian itu.

Hina segera berdiri dan memberikan sinyal kepada seseorang untuk masuk ke kamar Kaname.

Seseorang itu ternyata Himeko. Sekarang dia memakai piama yang sedikit tebal dan terlihat dari piamanya, dia menggenakan pakaian dalam.

"Aku tau Hime-sama menyukai Kaname tapi jangan melanggar batas ya. Apalagi menyerangnya saat tidur, itu pemerkosaan!!". (Hina)

"Aku hanya ingin memeluknya saja. Aku bisa menahan diri jika aku tidak sengaja tersentuh itu!!". (Himeko)

Hina geleng-geleng kepala melihat kelakuanku Himeko.

Setelah Himeko meninggalkan kamar, Himeko memperbaiki posisi tidur Kaname dan setelahnya Himeko tidur dengan bantal tangan kanan Kaname.

"Kasur ini… Sangat tidak nyaman di tiduri." (Himeko)

Himeko melihat wajah tidur Kaname yang dimatanya sangatlah imut.

Himeko menusuk jari manisnya ke pipi Kaname dan dia tersipu.

"Bodoh. Kenapa kamu tidak meminta kasur yang lebih empuk?". (Himeko)