Aletha seketika terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara sentakan keras yang memanggil namanya. Manik mata wanita itu menatap nanar ke arah langit-langit kamarnya sendiri. Nyawanya yang tercecer masih belum sepenuhnya terkumpul dan bayangan mengerikan yang baru saja mengganggunya juga belum sepenuhnya enyah.
Benar. Aletha hanya bermimpi. Setelah sekian lama, wanita tersebut terbangun kembali karena datangnya mimpi buruk yang membuatnya gelisah.
Apakah ini dikarenakan ia yang tak lagi mengkonsumsi obat penenangnya?
Jika iya memang seperti itu, bolehkah Aletha menangis sekencang-kencangnya?
Sebenarnya Aletha sudah merasa muak jika harus menelan pil pahit tersebut, ia seperti seorang pesakitan parah saja.
Aletha sebenarnya mengingat pesan dari dokter psikologinya agar menghabiskan resep yang wanita tersebut buat, namun Aletha mengabaikannya dan sekarang lihatlah, dapat dari perbuatan yang ia buat sendiri.
"Aletha?" Panggil suara itu lagi.