Jemari kuat Ryshaka mencengkeram erat lengan atas Aletha.
"Ikut aku!" Perintah Ryshaka dengan nada penuh kemarahan, manik matanya menatap tajam pada Aletha, ia berusaha mengirimkan sinyal pada wanita tersebut agar mau menuruti perintahnya dan tidak terus berdebat dengannya.
"Kemana?" Ucap Aletha panik karena kemarahan Ryshaka kali ini terlihat lain dari biasanya.
"Tentu saja pulang! Dari tadi saya sudah berkata padamu, 'kan?" Ucap Ryshaka menyahuti kebingungan Aletha.
"Tapi bagaimana dengan dia?" Telunjuk Aletha mengarah pada Dashi yang sepertinya tak merasa terusik sama sekali dengan huru-hara yang sedang terjadi.
"Memangnya kenapa dia? Kau takut dia tak bisa pulang?" Tanya Ryshaka beruntun.
"Saya beritahu, ya! Aletha cantik. Kawanmu ini sudah besar! Dan saya yakin ia bisa pulang sendiri dengan keadaan selamat!" Mendengar nada bicara Ryshaka yang sama sekali tak berperikemanusiaan membuat Aletha berang, kontan saja ia melepas jemari tangan Ryshaka yang masih senantiasa hinggap di lengan atasnya.
"Bapak ini selain berkepribadian ganda ternyata juga sosok yang tak berperikemanusiaan, ya?" Tanya Aletha tak habis pikir.
"Benar, 'kan, ucapanku kalau temanmu ini sudah besar dan kurasa ia bisa menjaga dirinya dengan baik." Sahut Ryshaka seraya menaikkan dagunya sebagai penegasan akan kalimatnya.
"Tetap saja Bapak tidak bisa berlaku demikian, kalau ada penyamun yang datang untuk menggoda temanku bagaimana? Bapak mau tanggung jawab?" Tanya Aletha beruntun pada Ryshaka.
"Itu pilihannya sendiri, apakah mau menerima kehadiran lelaki itu atau mau mengusirnya! Kenapa harus saya yang bertanggung jawab?!" Ucap Ryshaka seraya membuat gesture berkacak pinggang, ia tak habis pikir dengan Aletha yang masih saja mempunyai tenaga untuk berdebat dengannya, ia saja sudah lelah.
"Dan satu lagi, tolong jangan terus menerus memanggilku dengan sebutan Bapak! saya tidak setua itu!" Ucap Ryshaka tak terima.
Aletha hanya memicingkan mata sebagai reaksi atas permintaan Ryshaka padanya.
"Begini saja! Kalu Bapak memang mau mengantarkan saya pulang, silakan saja! Tapi anda juga harus mengikut sertakan kawan saya, bagaimana?" Tawar Aletha pada Ryshaka yang membuat kedua keningnya berkerut.
"Kau terus saja memanggilku dengan sebutan itu! Dan ucapanmu padaku terlalu formal karena menggunakan anda dan saya." Ucap Ryshaka merasa tak nyaman dengan pemilihan bahasa Aletha.
"Saya biasanya juga berucap dengan bahasa yang seperti ini, kenapa baru sekarang anda mendebatnya? Topik pembicaraan anda terlalu random." Ucap Aletha tak habis pikir dengan jalan pikiran Ryshaka.
"Bukannya saya yang random, tapi saya sudah beberapa kali memperingatkanmu untuk tidak memanggilku dengan sebutan Bapak tapi kau sama sekali tak mengindahkannya." Ucap Ryshaka mengingatkan Aletha kembali.
"Benar juga, tapi mau bagaimana lagi? Saya susah terlanjur nyaman seperti ini dan Bapak juga menyebutkan kata SAYA." Ucap Aletha memberi penekanan pada akhir kalimatnya.
"Itu karena kamu!" Ucap Ryshaka menyalahkan Aletha.
Namanya juga boss!
Benar salah pasti jawabannya benar.
Karena yang salah adalah bawahan.
"Terserah Bapak saja!" Ucap Aletha menyerah, ia memutuskan untuk tak lagi berdebat dengan Ryshaka.
Manik mata Ryshaka mendelik tajam mendengar Aletha yang tak juga mau menuruti perintahnya.
"Apa?!" Sadar akan lirikan mata tajam Ryshaka yang seperti ingin mengajaknya debat kembali.
"Lupakan!" Ucap Ryshaka seraya mengibaskan tangannya.
"Ayo!" Ajak Ryshaka pada Aletha.
"Pulang?" Tanya Aletha memastikan.
"Tentu saja saja, Aletha! Atau kau mau menginap disini?" Tanya Ryshaka.
"Memangnya siapa yang bisa tidur dalam keadaan bising seperti ini? Bapak ini aneh sekali!" Ucap Aletha mengerutkan alisnya bingung.
Tak ada kata yang terucap dari bibir Ryshaka mendengar perkataan yang baru saja Aletha lontarkan.
"Sungguh, Aletha! Kau ini polos sekali! Kau kira tempat ini tidak menyiapkan ruangan untuk mereka yang ingin melampiaskan hasratnya?" Ucap Ryshaka tak habis pikir dengan jalan pikiran Aletha yang terlalu polos.
Sadar akan ketidaktahuannya yang payah membuat semburat merah di pipi Aletha terlihat.
"Kukira hanya hotel saja yang menyediakan tempat seperti itu." Ucap Aletha seraya menundukkan kepalanya, ia merasa malu pada pengetahuannya yang payah.
"Baru tahu, ya? Atau mau saya tunjukkan langsung supaya lebih jelasnya?" Ucap Ryshaka bernada menggoda.
Aletha mendongakkan kepalanya ke arah Ryshaka seraya menyipitkan matanya ke arahnya.
"Tidak!" Tolak Aletha mentah-mentah.
"Bantu saya mengangkat Dashi!" Pinta Aletha pada Ryshaka.
"Tidak usah! saya bisa sendiri, kau bawa saja tas jinjingnya!" Perintah Ryshaka pada Aletha.
Hanya dalam sekali hentakan Dashi sudah berada dalam rengkuhan Ryshaka dan ia langsung melangkahkan kakinya keluar dari tempat bising tersebut.
Aletha diam mematung di tempatnya, setiap sendi dalam dirinya tiba-tiba saja terasa begitu sulit untuk digerakkan. Ada sedikit rasa tak suka melihat sahabatnya berada dalam rengkuhan lelaki idamannya.
Ryshaka menolehkan pandangannya ke belakang saat dirasanya Aletha tak mengikuti langka kakinya.
"Apa yang kau tunggu, Aletha? Kemarilah!" Perintah Ryshaka pada Aletha yang dia mematung.
Dan seolah baru tersadar, Aletha langsung melangkahkan kakinya mendengar nada ajakan dari Ryshaka.
Tubuh Aletha yang terbilang mungil harus bersusah payah untuk membelah lautan manusia yang sedang asik menikmati musik yang di setel oleh DJ.
"Permisi, permisi!" Ucap Aletha agar siapapun penghalang yang telah menghadang jalannya supaya menyingkir, meski Aletha tak yakin mereka dapat mendengar kalimat yang Aletha ucapkan.
"Kemana dia?!" Ucap Aletha panik karena sosok Ryshaka dan juga sahabatnya hilang dari radar Aletha.
"Ini pasti karena pria botak tak punya etika yang tidak mau menyingkir saat aku lewat dan malah memperhatikanku dari atas ke bawah!" Umpat Aletha sepanjang jalan sembari bola matanya bergerak liar kesana kemari.
"Ah! Itu dia!" Ucap Aletha penuh nada kelegaan kala melihat Ryshaka mulai tertangkap oleh penglihatannya.
"Laki-laki itu sama sekali tak punya pengertian! Apa ia tidak berpikir bahwa wanita memiliki waktu yang lebih lama untuk berjalan karena mengenakan high heels!" Bibir Aletha masih terus meracau kesal pada Ryshaka.
Aletha menumpuk kedua tangannya di lutut, ia lelah harus mengimbangi langkah lebar Ryshaka.
"Kau kenapa?" Tanya Ryshaka penasaran.
"Lelah!" Ucap Aletha singkat dengan kepala yang ia dongakkan untuk melihat sosok menjulang di hadapannya.
"Kenapa bisa lelah?" Tanya Ryshaka masih tidak paham.
Tanpa banyak kata Aletha menunjukkan high heelsnya, berharap Ryshaka paham dengan bahasa tubuhnya.
"Heels?" Ucap Ryshaka tak yakin.
"Benar!" Ucap Aletha singkat membenarkan perkataan Ryshaka.
"Fisikmu lemah sekali, Aletha! Kalau seperti ini saya tak yakin kau bisa mengimbangi diriku." Ucap Ryshaka memberikan penilaian.
"Sudah jelas saya tak bisa mengimbangi, kenapa masih tak yakin?" Ucap Aletha bingung. Wanita itu kini telah menegakkan posisi tubuhnya kembali saat merasa tubuhnya tak selelah awalnya.
"Maksudku.." Ryshaka kehilangan suaranya, sepertinya ada kesalahpahaman disini. Ryshaka tak jadi melanjutkan kalimatnya.
"Apa?" Tanya Aletha bingung.
"Tidak jadi, ayo naik!" Ajak Ryshaka.
Dan mesin mobil yang menderu meninggalkan mereka dari tempat itu.