Suara adzan subuh berkumandang, perlahan Zafa menggeliatkan tubuhnya. Dilihatnya jam sudah menunjukan pukul empat tiga puluh menit. Senyum mengembang di bibirnya saat melihat suaminya masih tertidur lelap begitu mengemaskan.
Sampai sekarang rasanya ia belum percaya pria yang dulu begitu tidak perduli kini sudah menjadi suaminya, Zafa berharap hanya maut yang akan memisahkan keduanya. Dikecupnya kening Pram dengan lembut.
Zafa segera menyelesaikan ritualnya di pagi hari, hari ini ia akan mulai membantu jualan kue punya wak Imah lagi. Wanita itu terdiam saat sampai dapur, ia baru ingat tidak ada perabotan. Pram yang baru siap sholat keluar kamar mencari istrinya.
"Sayang," panggilnya sambil tersenyum saat melihat istrinya yang hanya diam di dapur.
"Mas, maaf aku belum buat sarapan," kata Zafa merasa bersalah.
Pram tersenyum, dipeluknya tubuh seksi istrinya itu sambil berbisik."Jangan merasa bersalah."
Zafa membalikan tubuhnya, kini keduanya berhadapan. Mata keduanya saling tatap seakan mencurahkan rasa cinta dari hati mereka masing-masing.
"Nanti setelah pulang kerja kita beli perabotan ya," kata Pram sambil mengusap rambut panjang istrinya.
"Mas pagi ini enggak sarapan," kata Zafa merasa bersalah.
"Kamu jangan khawatir di dekat bengkel ada yang jualan khusus sarapan pagi," ujar Pram menenangkan istrinya.
Waktu menunjukan pukul tujuh pagi Zafa mengantarkan suaminya sampai di terasa, setelah itu ia segera bersiap untuk mencari kerja dan berkeliling untuk jualan kue. Wanita itu berjalan menuju rumah Wak Imah. Dilihatnya wanita paruh baya itu sedang menyusun kue di tampah.
"Assalamualaikum Wak," ucap Zafa dengan khas senyumnya.
"Waalaikumsalam, kamu yakin mau jualan kue lagi?" tanya Wanita paruh baya itu.
"Iya," jawab Zafa langsung mengambil keranjang yang dulu ia gunakan untuk menjual kue di kampusnya.
Wak Imah membiarkan saja Zafa berbuat sesukanya, setelah semua tersusun istri Pram itu segera pamit, tapi ia nanti akan singgah ke bengkel tempat suaminya berkerja. Wanita itu mengayunkan sepedanya sambil berteriak kue-kue, sesekali ia menanyakan lowongan kerja ke perusahan yang ia lewati.
Zafa mengusap keringatnya yang sudah membasahi wajah dan lehernya, ia yakin kalau bajunya kini sudah basah. Wanita itu tersenyum saat kue yang dibawanya sudah habis . Dilihatnya penjual nasi padang, sebelum ke tempat suaminya berkerja dibelinya terlebih dahulu makan siang untuk Pram.
Zafa kembali mengayunkan sepedanya menuju bengkel, wajah seketika menekuk saat melihat suaminya sedang mengobrol dengan wanita berpakaian seksi. Faisal yang melihat ada Zafa tersenyum. Pria itu menghampirinya.
"Bawa apa?" tanya Faisal.
"Makan untuk dia, tapi sedang mesara sama itu!" tunjuk Zafa sambil cemberut.
Faisal terkekeh, istri sahabatnya ini memang begitu mengemaskan saat sedang cemburu. Dilihatnya Pram belum menyadari kedatangan istrinya. Faisal tidak ingin rumah tangga pengantin baru itu ribut, ia menghampiri Pram.
"Bro ada yang cari," kata Faisal sambil tersenyum menatap kedua orang yang sedang asik mengobrol itu.
"Siapa?" tanya Pram sambil mengikuti arah tangan Faisal menunjuk.
Pram terlihat begitu bahagia karena ini pertama kalinya Zafa datang ke tempat kerjanya setelah menjadi istrinya. Pram segera mencuci tangan dan menghampiri istrinya yang sedang menatapnya kesal.
"Kok cemberut, jadi gemes, Yang," goda Pram sambil menarik kedua pipi istrinya.
"Ini!" kata Zafa ketus.
"Kamu beli makan!" Pram membuka bungkusan di atas meja.
"Iya, tadi rencana mau bawa kue, ternyata sudah di beli pihak rumah sakit tadi.
Pram memakan nasi bungkus berdua dengan istrinya, melihat hal itu Faisal mendekat dan berkata."Aku mau juga disuap."
Pram langsung melotot tidak suka, Zafa hanya tersenyum melihat keduanya pria yang selalu ada saja yang di pertengkaran.
"Zafa, kamu sudah dapat kerja?" tanya Faisal.
"Beluam Kak," jawab Zafa merasa sedih.
Faisal menarik napas panjang, kemudian ia ingat kalau tantenya butuh bagian analis keuangan di kantornya.
"Zafa, kamu mau kerja di kantor tanteku?" tanya Faisal.
Zafa tidak menjawab, tapi matanya menatap ke arah suaminya. Pram hanya tersenyum, ia tahu istrinya meminta izin kepadanya.
"Kalau kamu mau ambil saja," kata Pram.
Wajah Zafa langsung terlihat ceria, dipeluknya lengan Pram begitu erat membuat Faisal hanya bisa menelan salvianya saja.
"Iya Kak, aku mau," jawab Zafa dengan senyum manisnya.
Pram tersenyum, hanya diberikan izin untuk berkerja istrinya begitu senang. Bahagia itu sederhana melihat istrinya yang dicintainya tersenyum seperti sekarang.
"Besok pagi kamu langsung saja ke alamat ini," kata Faisal sambil memberikan kartu nama kepada Zafa.
Zafa dengan senang hati menerimanya dan langsung menyimpannya dalam tas kecilnya. Wanita itu merasa sedih karena kalau sudah kerja tidak bisa berjualan kue lagi, tetapi dia punya ide untuk memfoto kuenya nanti dan memosting di sosial media.
Pram yang melihat istrinya senyum-semayam merasa curiga, diacaknya poni istrinya gemes dan berkata."Jangan suka senyum-senyum sendiri."
Zafa hanya cemberut karena tahu apa kelanjutan kata-kata itu, suaminya itu akan mengejeknya gila. Wanita itu segera pamit untuk pulang lebih dulu, karena ia akan menyiapkan berkas untuk melamar kerja.
Zafa segera pamit kepada Pram dan Faisal, wanita itu mengambil sepedanya dan langsung mengayun menuju kosnya. Ia begitu bersemangat tanpa memperhatikan mobil di sampingnya. Ibu Tika menatap sinis anak tirinya itu.
Saat lampu berjalan wanita itu sengaja agak menepi sedikit hingga Zafa yang terkejut langsung terjatuh dari sepedanya beruntung mobil di belakangnya mengerem mendada. Wanita itu menarik napas saat melihat mobil yang menyerempetnya tadi.
Zafa segera berdiri dan menepikan sepedanya, dilihatnya kakinya yang terluka. Ia melihat sepedanya sudah yang rusak, mau tak mau harus pulang jalan kaki dengan kondisi kaki yang terkilir.
Air mata Zafa menetes begitu saja. Ia tahu itu mobil ibu tirinya, tetapi mengapa masih mengganggunya. Setelah satu jam berjalan kaki, akhirnya sampai juga di depan kosnya. Wak Imah melihat cara jalan Zafa langsung menghampirinya.
"Kamu kenapa?" tanya Wak Imah.
Zafa tidak menjawab, tapi tangisnya langsung pecah memeluk wanita yang dari kecil selalu menjaganya itu, Wak Imah mengusap bahu Zafa yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
Dibawanya Zafa masuk ke dalam rumahnya, wanita paruh baya itu hanya menarik napas dalam melihat luka di siku dan tangannya. Apalagi kakinya terlihat sudah membiru dan bengkak.
Malam harinya Pram yang baru pulang, perlahan membuka pintu kosnya, ia tersenyum saat melihat istrinya sudah tidur. Rasa bersalah saat tidak jadi belanja untuk beli keperluan dapur.
Pram membersihkan tubuhnya dan langsung akan istirahat, tetapi saat ia ke kasur begitu terkejut karena saat mengecup kening istrinya suhu tubuh Zafa begitu panas.
Pram menghubungi Faisal untuk membawa mobil ke rumahnya karena istrinya sedang demam tinggi.
"Mas," kata Zafa lemah.
"Sayang, kamu sakit kenapa tidak kasih tahu aku," ucap Pram.
"Ini hanya demam saja, lagian aku sudah minum obat penurun demam tadi," ujar Zafa sambil meringis menahan sakit di seluruh tubuhnya.
Pram tidak tahu kalau istrinya tadi di serempet mobil Ibu Tika, pria itu ingat akan menyampaikan sesuatu kepada istrinya. Namun, sebelum itu ia mengirimkan pesan kepada Faisal tidak jadi pinjam mobilnya.
"Zafa, Faisal akan menjual bengkelnya karena dia akan fokus dengan perusahan orang tuanya. Bagaimana kalau kita beli?" tanya Pram.
Bersambung ya.