Hari demi hari berlalu, kebersamaan Jingga dan Arseno di apartemen terasa semakin dekat. Arseno sama sekali tidak melarang Jingga untuk tidur di kamarnya, malah sebaliknya, Arseno mengajak Jingga tidur bersama sebelum hari perceraian tiba.
Tidak ada yang terjadi di ranjang, hanya sesekali mengobrol dan tidur bersama. Arseno pun mulai terbiasa menahan rasa ingin memiliki Jingga disaat dirinya tersadar bahwan perceraian tinggal menghitung hari.
Begitupun dengan Jingga, perlahan dirinya sudah mengetahui jika menggampai Arseno bukan suatu hal yang akan dicapainya. Oleh karena itu, dirinya mulai menghapus Arseno dalam hatinya. Berat? Tidak usa di ragukan lagi, tapi lebih baik Jingga bergegas menyiapkan diri sebelum kehancuran itu kembali melandanya.
