Perhatian kecil yang Arseno berikan kepada Jingga seolah memberikan kesan yang sangat romantis bagi Jingga. Wanita mana yang akan biasa saja jika mendapatkan perlakuan istimewa dari suaminya.
Ya, berharap jika senyuman dan kebahagiaan ini akan abadi di sepanjang perjalanan rumah tangga Arseno dan Jingga. Harapan yang kecil namun sangat berarti bagi Jingga.
Kini pesawat sudah berada di atas awan dan stabil. Lampu sabuk pengaman kini telah dimatikan. Jingga memberanikan menatap ke arah jendela. Arseno memang tidak duduk di dekat jendela, karena Arseno sudah memprediksi jika Jingga akan takut jika duduk tepat di dekat jendela.
Kumpulan awan membentang indah. Membuat Jingga terdiam dan menghentikan rasa takutnya. Mungkin karena pelukan Arseno yang juga memiliki pengaruh besar dalam hilangnya ketakutan Jingga.
"Mau pindah duduknya?" tanya Arseno yang melihat Jingga menatap ke arah jendela.
"Tidak, kalau di dekat jendela aku pasti akan takut," jawab Jingga.
"Baiklah."