Chereads / Yahaha Hayyuk / Chapter 1 - Memulai sebagai Vampir

Yahaha Hayyuk

🇮🇩Rahmat_Arlanz
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Memulai sebagai Vampir

Malam ini sangat gelap, tidak ada satu pun bintang yang mau menyumbangkan sinarnya ke permukaan. Langit-langit yang biasanya ceria sekarang malah terlihat gelisah, akibat tertutup gumpalan awan kelabu yang berpindah tertiup angin dari arah timur. Pergerakan pepohonan bahkan tak gemulai sama sekali, menengadahkan cabang-cabang kayu seolah berharap ada sesuatu yang akan menerpa. Kesunyian yang abadi, larutan rasa yang senyap, betapa sialnya setiap orang yang mengalami insomnia.

Semua itu, sebentar lagi akan dialami oleh seorang pemuda berusia 18 tahun dengan namanya yang masih dirahasiakan. Dalam hidupnya, semua waktu hanya dihabiskan oleh kesenangan dunia, tanpa memikirkan kehidupan kedua yang bahkan masih terdengar sangat fiktif.

Hidup sendiri, tanpa orang tua, tanpa teman, dan tanpa pendamping hidup. Tentu berat, bahkan demi mengatasinya dia sampai mengenakan pakaian serba hitam untuk menggambarkan bahwa dirinya adalah orang yang paling menyedihkan di dunia ini. Sayangnya, itu bahkan tak membuat plankton sekalipun bersimpati.

Membuka mata, menatap kesunyian luas yang membentang dari segala sudut penglihatan. Dia mencoba bangkit dari tidur, menjadikan kedua tangan sebagai tiang penyangga utama agar tubuh kurusnya tidak terjatuh. Sedikit demi sedikit, otot-otot tubuh mulai menjawab hasratnya, mengeluarkan sedikit tenaga pada indra peraba. Tolakan di telapak tangan telah berhasil diselesaikan, membentuk proporsi normal saat seorang remaja berdiri.

Dia penasaran, bagaikan seseorang yang tersesat akibat mengarsipkan harga diri untuk tidak menanyakan jalan pulang. Memutar balikkan arah pandangan, memilih sebab dan akibat apabila takdir berjalan setelahnya. Sedikit menggerakkan kaki, menciptakan beberapa langkah ke depan sehingga menghasilkan kemajuan dalam bentuk omong kosong.

Seperti biasa sehingga bukanlah hal aneh, tidak ada yang menghiburnya ketika untuk kedua kalinya menatap ke atas. Angin-angin sepoi mulai menunjukkan eksistensinya, bersinkronisasi dengan suhu rendah yang memaksa menutup pori-pori kulit. Akan tetapi, pepohonan akhirnya menurunkan kewaspadaannya, tepat setelah jarak hanya tersisa 5 meter, muncul sebuah jalan yang tercipta akibat seringnya kendaraan berlalu-lalang.

Harapan setidaknya ada, itu membuat dirinya sedikit senang. Meneruskan gerak langkah kaki, berpegangan pada sekitar demi mencapai tempat yang dimaksud. Hanya saja ini berbeda dengan dunia yang ditinggalinya dulu, karena tidak ada lampu di pinggir jalan yang mana cahaya remangnya sedikit menghilangkan kegelapan malam.

Langkah pertama disertai dengan perasaan lega, begitu pula seterusnya. Akan tetapi pada langka kesekian, terdengar suara desah kesakitan dari kejauhan.

"Jangan bilang mereka melakukannya di tempat sepi seperti ini kan, sialan?"

Sangat tidak menghargai orang lain, ini adalah sebuah pelecehan pada gelar keperjakaan yang dimilikinya. Mencoba menolak takdir, dia bergegas berlari pada sumber suara. Semakin keras, bahkan organ seksualnya juga ikut mengeras.

Sialan, itu adalah hal yang paling dia benci.

Sebagai seorang remaja, dari dulu dia tidak tertarik dengan yang namanya "wanita dewasa". Dan desahan yang didengarnya sekarang, sudah pasti berasal dari sesuatu yang bertolak belakang terhadap prinsip hidupnya.

Dengan ditekankan untuk mengusung keindahan lekuk tubuh berdasarkan asas ketiadaan ukuran dada, dia menjunjung tinggi perbedaan tipe lawan jenis dari masing-masing pendapat yang tentu saja berbeda satu sama lain. Tetapi jika ada seseorang yang menanyakan siapa yang paling menyukai gadis kecil, maka tangannya akan mengacung melebihi tingginya Gunung Everest.

Sekarang, suaranya malah terdengar sedikit menyeramkan. Bukanlah hal aneh apabila seseorang melakukannya di tempat yang sepi dan gelap, tetapi daripada itu, kini pasti setiap orang yang mendengarnya akan mengira ini lebih ke pembunuhan, seolah sang wanita sedang dijadikan mainan melalui kekerasan verbal dalam bentuk penekanan mental.

Tidak, berpikir bahwa hal gila semacam itu berlakon di depan matanya, mungkin akan terasa jauh, jauh, jauh lebih baik. Bukan tanpa sebab, yang sebenarnya terjadi bahkan lebih buruk, tidak, itu lebih ke mustahil.

"Aku bahkan sama sekali tidak mengharapkannya."

Kemerahan menyelimuti segala penjuru. Darah merah kental mewarnai pepohonan yang layu, menjadi wadah cipratan dari cairan penyusun pertumbuhan. Berbagai potongan tubuh pun membanjiri keseluruhan dari jalan yang lebar. Hangat, bahkan suhu yang rendah langsung meningkat akibat panasnya organ dalam sebagai pemicu. Selain itu, keringat dingin dari sang pemuda berbaju gelap yang sinkron dengan kegelapan telah tanpa isyarat menyatu bersama beberapa materi di bawahnya.

Dia, si remaja, mencoba menahan diri agar tidak terjatuh pada jurang kegilaan. Mengabaikan rasa empati, mendinginkan bagaimana cara hati bekerja menurut fungsi normal. Mencoba memberanikan diri, melakukan beberapa langkah ke depan disertai getaran kecil pada kedua tangan.

Tampak dari kejauhan, ada seseorang yang menggeliat di atas tanah. Dia adalah wanita dewasa, sangat dewasa tetapi tubuhnya hanya separuh, atau mungkin lebih buruk dari itu. Yang tersisa hanyalah kepala dengan lubang tepat di tengah dahi, tangan kanan yang terdapat beberapa goresan kecil, serta sebagian badan yang compang-camping.

Dalam keadaan yang krusial seperti sekarang ini, pikirannya menolak untuk mati setelah menyadari kehadiran mangsa di depan. Bau darah yang nyaman, tidak seperti miliknya yang telah berhamburan ke sekitar. Spontan saja, dia melirik ke laki-laki yang berada tidak jauh darinya, membiarkan payudara besarnya bergesekan dengan permukaan tanah. Kulitnya putih, ada beberapa kemerahan yang menandakan bahwasanya kulitnya sangatlah licin dan halus. Wajahnya lebih dari kata cantik, dalam tubuhnya mengalir darah bangsawan yang telah hidup ribuan tahun lalu. Sayangnya, mendasarkan atas apa yang sedang terjadi, dapat disimpulkan kalau dia bukanlah seorang manusia.

"Darah ... berikan darahmu!"

Memelas di bawah, mengharapkan orang di depannya membantu. Lama-kelamaan tubuhnya berubah, dalam artian suhu yang pada awalnya hangat, menjadi dingin seolah maut sebentar lagi akan menjemput.

Tetapi meskipun pada keadaan yang mengharuskannya untuk memohon seperti ini, dia tetap mengutamakan harga diri yang telah dibangunnya sejak lama. Bukanlah hal aneh apabila hal tersebut dianggap lebih penting, sebagai salah seorang makhluk yang berdiri di puncak tertinggi, dia akan tetap berusaha untuk menjaga posisinya.

Menggeliat lagi, sekarang pemuda di depannya hanya berjarak rangkulan tangan. Berpikir keras, dia mulai mencari cara untuk membujuk keraguan hati dari sang penolong yang bingung. Untuk sekarang tidak ada apa pun yang tersisa darinya. Keberadaan sudah hilang, baik itu kekuatan, kemampuan, keunggulan, serta segala hal yang dulunya sangat nyaring dibanggakan.

Entahlah, mungkin saat ini keberuntungan sedang mau berpihak, karena kini dirinya telah berhasil memegang kaki pemuda itu meskipun kesulitan dengan hanya bermodalkan satu tangan.

Dipeluk erat agar tidak terlepas, sungguh unik, remaja ini hanya diam saja, dia menerima takdir menyebalkan yang dialaminya. Bukanlah hal buruk, bukan juga sebuah kenaifan, tetapi dalam hatinya benar-benar memahami dengan apa yang biasa orang sebut sebagai kematian.

Kemudian tubuhnya merunduk, membentuk pose awal saat seseorang ingin memulai lari jarak pendek.

Diselimuti kepasrahan, perasaannya dibulatkan demi mencapai satu keputusan atas dasar pertimbangan yang sama sekali tidak rasional. Pada betis kaki, seorang wanita dewasa yang mengenaskan sedang memeluk erat, tidak, wanita itu bukanlah wanita biasa, dia adalah seorang vampir, sosok legendaris yang merupakan monster dari para monster.

Dingin dan hangat, bau amis dari organ dalam tersebar ke segala sudut. Tidak berpindah tempat, angin semilir sama sekali tidak dapat menghapus noda yang melekat pada dedaunan. Ketika melirik ke sekitar, pohon-pohon yang seharusnya kehilangan kehijauannya sekarang telah terlihat seperti sarang cairan kental nan lengket. Dan tepat di tengah-tengah jalan yang dibanjiri oleh banyak darah dari vampir bangsawan, dua orang manusia sedang saling menatap.

Pemuda tadi mengangkat kepala dengan setengah badan dari wanita dewasa di hadapannya, membuat kedua penglihatan dari orang yang berbeda bertemu pada satu titik pusat. Sangat, sangat, sangat cantik, luar biasa sampai seorang remaja laki-laki yang hanya menyukai gadis kecil mulai berpikir untuk mengubah jalan hidup.

Wanita itu, satu-satunya orang yang berhasil membuatnya tertarik secara seksual. Tubuhnya sekarang mungkin hancur, tetapi itu tidak dapat menutupi kecantikan sejati pada wajahnya. Dari sini saja sudah dapat disimpulkan banyak hal, termasuk ukuran dadanya yang besar dan itu telah terbukti karena pakaian robek yang dikenakannya juga sampai terdorong ke depan seolah ada semangka di dalam.

"Aku punya janji yang harus kutepati."

Wanita yang bertatapan dengannya itu sudah hampir tidak sadarkan diri, sehingga mungkin saja tidak mendengar perkataan terakhirnya, bahkan sesaat setelah dia mengangkatnya sudah dalam kondisi tersebut.

Lalu secara perlahan, dia mencoba menyandarkan tubuh hancur itu pada dirinya sendiri. Memeluk seerat mungkin, membiarkan kepala si wanita menggantung di tepi leher.

Sangat licin, sesekali telapak tangannya kehilangan pegangan. Benar-benar luar biasa, karena untuk pertama kalinya dia dapat merasakan sensasi saat memeluk lawan jenis. Itu sangat lembut dan hangat, bahkan di dalam keadaan yang menegangkan seperti ini, organ vitalnya mengalami ejakulasi. Dia tidak tahu apa pun, maksudnya, apakah memeluk gadis kecil akan terasa lebih nyaman dari wanita dewasa, mengingat dada super yang saat ini sedang menekannya memiliki tekstur yang sangat lembut, tentu berbeda dengan tanah lapang dari para loli.

Sekarang, gigi tajam yang runcing menancap pada bagian lehernya. Dalam tubuhnya sudah pasti terasa seperti tertarik pada sumber luka, mengalirkan darah ke dalam mulut wanita yang menggigitnya tersebut.

Sialnya, kesadaran malah mencoba pergi, berbanding terbalik dengan orang yang berada pada pelukannya. Wanita itu menjadi agresif, untuk saat ini tubuhnya telah sepenuhnya pulih, dengan kata lain dia telah mendapatkan kembali kemampuan regenerasinya itu. Tetapi, rasa haus darah mulai mengendalikan penggunanya sendiri, membuat dia ingin dan ingin untuk terus merasakan darah nikmat milik pemuda itu.

Jauh berbeda dengan kata umum, cairan yang dihisap olehnya berwarna hitam. Itu memang aneh, tentu saja aneh, namun, entah kenapa rasanya sangat lezat.

Di saat dia sedang terhanyut dalam aliran darah, mangsanya telah sepenuhnya kehilangan kesadaran. Pemuda itu yang pada awalnya membiarkan dirinya bersandar, sekarang dialah yang membiarkan pemuda itu bersandar.

Waktu tiba-tiba seakan berhenti, suasana seperti kembali pada kesunyian yang nyata saat dirinya tidak lagi menghisap kehidupan dari mangsanya tersebut. Menurunkan harga diri, menarik bibir seksinya dari leher seorang remaja. Kemudian tanpa diharapkan mulai menyadari satu hal, membiarkan mangsanya tetap merasakan yang namanya hidup.

Lalu tanpa isyarat, kedua tangannya memundurkan tubuh pemuda itu sehingga sekarang pandangan matanya tertuju pada wajah seseorang.

"Berbanggalah, ini akan menjadi ciuman pertamaku."

Tidak ada yang menduga dia akan mengatakan hal semacam itu. Selanjutnya, pemuda tadi didekatkan ke wajahnya, lalu mengganti posisi tangan sehingga tampak seperti sedang berpelukan.