Chereads / Yahaha Hayyuk / Chapter 2 - Menuju Timur

Chapter 2 - Menuju Timur

Dalam udara yang sekarang sudah kembali normal, mereka berciuman, sangat mesra, tidak jauh berbeda dengan sepasang suami-istri yang sedang bercinta. Sebuah ciuman yang panas, lidah panjangnya saling tumpang tindih di dalam mulut. Salah seorang menikmatinya, tentu berbeda dengan yang satunya lagi karena sedang tidak sadarkan diri.

Sebenarnya apa yang dia lakukan bukanlah sepenuhnya hal cabul. Karena tanpa pemuda itu sadari, dari ciuman tersebut mengalir darah dari seorang vampir bangsawan murni yang berdiri di kasta tertinggi.

Dengan kecepatan yang tidak normal, darahnya mengubah fungsi tubuh dari pemuda itu sehingga terjadi evolusi tingkat pertama. Mengubah struktur tubuh, meningkatkan kinerja sel, serta merangsang perkembangan organ dalam, membuat si pemuda benar-benar akan terlahir sebagai makhluk yang berbeda.

Beberapa saat kemudian, awan-awan kelabu mulai kembali bergerak menjauh. Pepohonan yang tenang sekarang sedang menari-nari tertiup angin dari arah timur. Suasana telah berubah, cahaya dari langit dengan cepat merambat turun untuk menerangi gelapnya malam. Bersamaan dengan itu, mulut seorang wanita yang melekat pada lawan jenisnya akhirnya terlepas, meninggalkan lendir transparan yang lengket dan menghubungkan antar kedua mulut.

Setelahnya, tubuh mereka yang berpelukan langsung terlepas. Lalu dia, wanita vampir tadi, membaringkan tubuh pemuda itu ke permukaan tanah. Sesaat kemudian, genangan darah dengan cepat mulai terserap pada pakaian hitam dari orang yang tergeletak tidak sadarkan diri.

Wanita itu lalu berdiri, melakukan sedikit peregangan pada area leher. Kedua tangannya dibuat saling menggenggam, lalu didorong ke depan sehingga tercipta bunyi saat jarum jam bergerak.

Aneh atau mungkin tidak sama sekali, sekarang dia sedang tak mengenakan pakaian, ada, tetapi hanya menutup di bagian dada dan itu pun sudah compang-camping. Namun, sekarang dirinya sudah sepenuhnya pulih. Oleh karena itu, kemampuan kuat yang hanya dimiliki beberapa makhluk hidup tentu saja sudah kembali.

Secara ajaib, sebuah benang sedikit demi sedikit muncul dengan menjalar mulai dari bajunya yang telah robek. Penampilan yang menawan, ternyata dia mengenakan busana bergaya gothic. Hitam pekat, mencolok dan eksotik, itu sangat pas dengan kulit putihnya yang mengkilap.

Dan kini, dia membiarkan waktu berlalu, berjam-jam kesepian menunggu agar pemuda tadi bangkit dari tidur. Rasanya, hari seolah akan segera pagi, jadi, tanpa diminta dia melakukan semacam sihir yang mana setelahnya muncul sebuah cincin pada telapak tangannya. Karena itu, dia mulai melangkah, kembali mendekat lalu merunduk di samping laki-laki yang tergeletak tidak sadarkan diri di tengah-tengah jalan. Kemudian pada jari manis dari laki-laki yang dimaksud, dia memasangkannya, yaitu cincin berukuran normal dengan sebuah batu berwarna merah delima sebagai penghias.

Sesaat setelahnya, pemuda itu terbangun dari tidur. Membuka mata, menatap langit biru yang menyisakan benda transparan besar yang menggantung di angkasa. Mencoba berdiri tetapi dibatalkan, menyadari bahwasanya pada permukaan tanah di sampingnya, tertulis kata-kata yang memerintahkan si pembaca untuk pergi ke arah timur. Selain itu, ada sebuah ingatan yang dipasang tanpa persetujuannya. Satu hal, maksudnya, dijelaskan kalau namanya sekarang adalah Dominic PES.

Entah bagaimana wanita itu melakukannya, tetapi ini bukanlah hal yang buruk.

Dia bergegas berdiri lalu mengepal keras dan menjunjung tinggi tangan kanannya.

"Aku mengharapkan ini! Setidaknya, terima kasih telah membiarkanku hidup!"

Pagi yang cerah diawali dengan senyum lebar dari seorang pemuda yang kini telah resmi berganti nama.

Aneh memang, bahkan dia tidak mengeluh sedikit pun. Dari awal mentalnya memang kuat, atau mungkin lemah karena mengabaikan berbagai hal yang pastinya dapat memutarbalikkan pikiran.

Dominic, setelah tangan yang diangkatnya turun, dia tetap gembira bahkan sampai melompat-lompat, itu cukup tinggi tapi dia tidak sadar.

"Baik, berangkat menuju timur! Tidak, tidak, tunggu sebentar ... AAAAAAA!"

Dia bahkan tidak tahu arah mata angin. Bukan berarti Dominic tipe orang yang seperti itu, tetapi dunia baru tentu saja dapat membuat siapa pun kebingungan.

Sekarang dia mulai melirik-lirik ke sekitar, menyadari bahwa pemandangan menyeramkan kini telah berubah menjadi hutan rindang. Tidak ada setetes pun darah sejauh mata memandang, semuanya berganti pada kehijauan dari pepohonan sekitar. Di sini, daerah ini sedang mengalami yang namanya musim panas. Tetapi udara pagi, benar-benar menunjukkan betapa semangatnya cuaca yang tanpa dihiasi oleh keberadaan kabut gelap.

Lalu dari arah barat, atau arah sebaliknya dari dia berdiri sekarang, terdengar bunyi sesuatu. Spontan saja dia menoleh ke belakang, dan mendapati sebuah kereta kuda sedang berjalan dari kejauhan. Tidak melakukan apa-apa, Dominic hanya diam menunggu kendaraan tradisional tersebut mendatangi dirinya. Berharap dalam hati, dia ingin ditawari tumpangan, atau jika ditolak maka dia akan memohon dengan bersujud.

Sekarang kereta itu berhenti, membuat dirinya bertatapan dengan dua ekor kuda yang berwarna kecokelatan. Menanggapi itu, dia berjalan sedikit ke samping lalu menatap seorang kusir yang mengemudikan kendaraan tersebut.

"Apa kau ingin menumpang?" Terdengar agak serak, kusir itu berpenampilan layaknya seorang pria berusia 40-an.

"Iya, tapi untuk sekarang aku tidak punya ongkos."

Orang itu tertawa, dia bahkan sampai terbahak-bahak. Tentu aneh, padahal tidak ada seorang pun yang sedang membuat lelucon. Dan selain itu, ada satu penampilan yang mencolok darinya, yaitu pada salah satu matanya tertutup oleh sebuah penutup mata.

Sesaat kemudian dia selesai dengan tawa besarnya, lalu menatap kembali ke arah Dominic yang kelihatan penasaran di bawah.

"Kau bilang untuk sekarang kan? Naiklah! Ongkosnya bisa kau bayar kapan-kapan."

Itu tawaran yang bagus, tentu saja.  Dominic langsung naik kemudian dia duduk tepat di sebelah orang itu. Hanya saja saat menoleh ke belakang, Dominic sadar kalau yang menumpangi kendaraan ini bukan hanya dua orang.

Awalnya dia tidak tahu, karena kereta kuda ini didesain tertutup untuk bagian penumpangnya. Dan sekarang dia tertegun, melihat seorang perempuan cantik dengan banyak barang belanjaan yang tampak malu-malu saat ditatap. Merasa tidak enak, akhirnya Dominic mencoba mengabaikan keberadaan perempuan itu. Memalingkan wajah, dia melihat jalan panjang yang tidak kelihatan ujungnya.

Sesaat setelahnya, orang yang berada di sampingnya mulai mencoba membuka kembali pembicaraan.

"Apa kau tidak mau bertanya kita akan menuju ke mana?"

"Mungkin tidak, karena aku juga tidak membayar."

Mendengar betapa tidak pekanya Dominic, orang itu menghembuskan napas. Dia kembali fokus ke depan, memegang kendali kuda meskipun jalan yang dilaluinya tidaklah berbelok.

Setelah memperpendek jarak, waktu siang hari pun tiba. Cuaca yang awalnya terasa menyejukkan, sekarang menjadi sangat panas. Walau begitu, tempat yang saat ini mereka bertiga lalui dihiasi oleh banyak pepohonan, sehingga sesekali naungannya menutupi sinar hangat dari langit.

Ketika melihat ke samping, Dominic mendapatkan banyak hal menarik yang sangat sesuai untuk disimpan di dalam memorinya. Seperti akar-akar kecil menyebalkan yang terkadang sampai menjalar ke balik jalan, membuat dia hampir terlempar ke luar. Bukanlah pengalaman yang buruk, malah ini lebih dari kata bagus untuknya, karena dari dulu dia sama sekali tidak punya kenangan bagus untuk diingat, kecuali minggu-minggu terakhir sebelum bencana besar tiba.

Tak lama, pemandangan bagian depan mulai berubah. Tampak seolah ujung jalan akhirnya muncul, lebih tepatnya pepohonan yang sedari tadi menemani perjalanan telah mencapai batasnya.

Ketika kendaraan yang ditumpanginya melalui ujung dari tempat yang sebenarnya disebut hutan ini, mata Dominic langsung dibuat membelalak, dia takjub dengan hamparan padang rumput yang membentang dari ujung ke ujung. Warna kehijauan tanpa aba-aba mewarnai segala sudut penglihatannya, membuat tekad Dominic menciut saat menyadari betapa luasnya dunia luar. Benar-benar sebuah kebebasan sejati, dia seumur-umur bahkan sama sekali tidak pernah melihat hal semacam ini secara langsung.

Masih seperti sebelumnya, kereta kuda yang Dominic naiki tetap melewati jalan yang sama. Puluhan meter setelah meninggalkan hutan, sekarang kendaraan tersebut berada di atas bukit. Menatap ke bawah, jalur yang sedang dilalui seolah membentuk perosotan yang tidaklah curam, akan tetapi untuk kendaraan bertenaga kuda tentu saja akan dibuat kesulitan jika memaksa berjalan di atasnya. Menanggapi hal tersebut, orang yang mengemudikan benda beroda itu tersenyum, dia bahkan sama sekali tidak takut jika rintangan di depan akan membunuh kedua peliharaannya.

Dengan tangan berotot yang ditutupi pakaian berwarna kecokelatan, dia memegang tali kendali kuda demi menantang hal yang sebenarnya bukan kali pertama untuknya menaklukkan hambatan yang serupa.

"Ah, sepertinya aku akan mati," keluh Dominic, dia bahkan ragu kalau dirinya masih akan tetap hidup setelah ini.

Bukan sepenuhnya pengecut, hanya saja saat melihat ke bawah, dia sudah yakin nantinya salah seorang penumpang di kendaraan ini akan terpental keluar. Tetapi jika melihat pada kenyataan, perempuan yang berada di area penumpang terlindungi oleh dinding ruangan, sedangkan orang di sampingnya sudah pasti sangat handal, dan sialnya, Dominic bahkan tidak punya satu pun kelebihan yang bisa dibanggakan.

Lalu tanpa diminta, sang kusir memberikan isyarat dalam bentuk kata-kata. Itu sangat tidak memotivasi, bahkan Dominic jatuh mental dibuatnya.

"Berpegangannnnn!"

Setiap orang yang berada di kereta kuda mencengkeram kuat sesuatu yang dapat dianggap sebagai pegangan. Di saat yang sama, kendaraan yang ditumpangi langsung bergerak dengan cepat. Dua ekor kuda yang menarik bahkan semakin berlari kencang seolah menjaga jarak dengan benda yang ditariknya. Susul-menyusul, menciptakan angin kuat yang mana dapat dengan mudah menerbangkan semua orang yang dikenainya.

Dan pada akhirnya, tidak ada satu pun yang terpental. Dominic merasa aneh, bagaimana tidak, dia yang dulunya memiliki tubuh lemah sekarang dapat bertahan tanpa melepaskan genggaman tangan pada benda sekitar. Tentu yang mengemudikan kendaraan ini sepenuhnya baik-baik saja, kecuali penumpang yang berada di belakang.

Kembali pada jalur, kecepatan para kuda telah sepenuhnya normal, tidak ada satu pun kondisi yang mengharuskan mereka menggunakan banyak tenaga. Tidak lama setelahnya, sebuah pemandangan yang sama, tetap padang rumput hanya saja ada beberapa bangunan rusak yang berdiri. Serta tidak lupa juga mulai ada beberapa penduduk yang terlihat, hanya saja itu bukan manusia melainkan ras lain.

"Itu elf?! Wow, apa ini mimpi?"

Tentu saja hal semacam itu membuat Dominic terkejut. Bagaimana tidak, selain telah bertemu seorang vampir, sekarang ada banyak makhluk fantasi lainnya yang perlahan mulai dia temui.

"Kau pasti berasal dari Kerajaan Nash, aku paham dengan perasaanmu."

Dominic menganggap bahwa perkataan orang di sebelahnya hanyalah lelucon. Tentu tidak salah, karena orang itu membuat wajah sedih yang terlihat sedikit lucu.