Kaivan masih mencerna apa yang baru saja terjadi. Netranya menatap David. Kemudian beralih pada Savita yang kini telah masuk ke dalam taksi dan pergi menjauh dari tempat tersebut.
Kaivan langsung duduk di depan David. "Kk-kau menyetujuinya?" tanya Kaivan yang percaya tidak percaya atas apa yang terjadi.
Dava menatap asistennya itu dengan wajah datar. Pria itu mengangguk. "Kalau aku menolak wanita itu, sudah tentu aku tidak akan memberinya dokumen untuk ditandatangani wahai asistenku yang sangat pintar." Apa yang dikatakan David bukan pujian untuk Kaivan, melainkan sindiran. "Tadi kan kau melihatnya juga. Mata dan otakmu itu aku yakin masih berfungsi dengan sangat baik. Jadi, kau bisa menyimpulkannya sendiri."
Kaivan terdiam. Ia tidak tersinggung dengan sindiran halus David. Atasannya itu memang suka menyindir halus. Sudah kebal untuk Kaivan.
Namun, ia masih tak habis pikir kenapa David setuju dengan begitu mudahnya. Terlebih pada Savita, wanita bar bar itu.