Maura sebal. Sebal karena David seolah olah lupa. Ia menghentakkan kaki sebagai bentuk rasa kesalnya. Namun, yang dilupakannya adalah kaki terkilirnya.
Maura hampir jatuh, tapi syukurlah bisa ditangkap dengan tepat dan baik oleh David. Ia mendongak. Keduanya sama sama menatap. Bukan tatapan penuh dengan kekaguman, hanya tatapan biasa.
"Hati hati. Jangan melakukan itu atau kakimu akan semakin sakit."
Segera melepaskan tangan dari David. "Aku tahu. Terima kasih telah memegangku tadi."
"Sama sama."
"Di mana asistenmu Nona Maura? Dia belum juga datang." Theo ikut berbicara. Ia yang tadinya ingin mencari udara segar malah terjebak bersama wanita asing beserta adiknya.
"Sebentar lagi." Merasa resah karena Lina tak kunjung datang. Ditelepon lah sang asisten. "Tidak diangkat," gumamnya yang masih bisa terdengar cukup jelas.