•note: mencintai kamu itu pilihan, antara tetap lanjut atau berhenti sampai di sini.
Pagi ini, seorang gadis di pusingkan dengan kaus kakinya yang hilang sebelah entah dimana. Dia membuat heboh satu rumah dengan berteriak-teriak memanggil mamanya dan pembantu di rumahnya.
"Aduh Caca! Kamu kenapa pagi-pagi ribut banget sih!" sungut sang mama yang udah pening tujuh keliling melihat sifat anaknya yang tidak pernah berubah dari dulu, selalu saja heboh.
"Kaus kaki aku mana ma? Hari ini harus pake kaus kaki hitam!" tanyanya lalu menyodorkan kaus kaki hitam yang hanya ada sebelah saja.
Linda, ibu dari Caca memijit pelipisnya, jujur wanita itu sangat pusing dan tidak tahu harus bagaimana dengan anak gadisnya ini. Padahal kan kaus kaki yang dia pegang itu memang udah hilang sebelah dari dulu masih aja ditanyain lagi.
"Kamu masih muda udah pikun ya sayang," ujarnya mendesah pelan. Ditepuknya kedua bahu anak satu-satunya itu.
"Kaus kaki yang kamu pegang ini udah nggak ada temennya, jadi pakai aja yang baru di lemari,"
Jadi orang tua susah ya apalagi anaknya degel nggak bisa dibilang. Kudu harus tabah kan hati dan lapangkan dada agar bisa menghadapinya.
Caca menyengir, "hehe... Oh ya ma, lemari yang mana ya?"
Boleh nggak sih mukul anak? PUSING LINDA PUSING! Pusing! Punya anak satu kok kayak ngurus anak 10. Hadeh...
"Ayo Mama antar," Linda memilih sabar, wanita muda nan cantik itu menuntun anaknya untuk ke kamarnya.
"Mama simpan kaus itu dilempari pakaian kamu, masa sih nggak tahu,"
Caca menggaruk-garuk kepalanya bingung, "lemari aku penuh banget ma, jadi aku nggak bisa nyarinya,"
Hobby belanja dan memunpuk pakaian di lemari adalah hobby dari Caca. Gadis itu tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dia beli, hari ini beli besok beli lagi.
Padahal di lemari banyak pakaian yang belum di pakai. Pemborosan duit kan? Biasa anak sultan mah bebas.
Sementara seorang laki-laki sedang sarapan dengan kedua orangtuanya pagi ini. Tumben sekali baginya karena semenjak SMP dia tidak pernah makan bareng seperti ini lagi apalagi di pagi hari.
"Gimana sekolah kamu?" tanya Saputra, papa dari Anka.
"Baik," jawab Anka. Cowok tampan berseragam SMA itu terlihat datar dan dingin pada papa dan mamanya.
"Papa denger kamu kasarin Caca kemarin di sekolah?"
Anka mengepal tangannya dibawah meja , tidak bisa kah gadis itu tidak mengadu? Pura-pura saja sok polos dan nggak tukang pengadu, ini malah sampai ke papanya langsung. Bangsat!
"Enggak kok pa,"
"Nggak apanya, kalau kamu nggak bisa nerima Caca dengan baik sebagai pacar kamu, please... Baik sama dia, siapa tahu kan perasaan cinta kamu untuk dia bisa muncul," timpal Andini, mama dari Galaksi, wanita itu meskipun terlihat sibuk makan tapi tetap saja bisa menyimak.
"Sampai kapan pun Anka nggak bisa nerima dia ma!"
Andini mendengus, wanita itu menyimpan roti yang hendak dia gigit.
"Bisa, suatu saat kamu pasti bisa nerima dia!"
Anka muak, muak dengan semua paksaan yang mama papanya lakukan. Apalagi pada si pengadu itu! Awas saja nanti di sekolah!
Tidak mau mendengar dan membahas masalah ini, Anka memilih pergi saja dari ruang makan. Percuma menjelaskan pada kedua orangtuanya yang hanya mau dimengerti tanpa mau mengerti.
Siswa SMA itu memakai jaket kebanggaan gengnya lalu pergi menggunakan motor besarnya yang selalu terparkir di garasi.
Sementara Caca dan Wendy baru saja sampai di sekolah, keduanya bercerita heboh sepanjang koridor sampai-sampai siswa-siswi yang lain pada menoleh semua pada Caca.
"Kemarin tuh ya, kalau nggak karena sinyal, pasti Justin Bieber balas Dm gue!" kebohongan publik! Siapa lagi kalau bukan Caca pelakunya.
Tapi dengan bodohnya Wendy percaya saja, ya begitulah teman. Mereka adalah cerminan diri sendiri. Kalau kita bobrok mereka pasti bobrok juga, kalau kita tolol dia pasti tolol juga. Jadi jangan heran sama pertemanan antara Wendy dan Caca.
"Kan bisa kirim ulang Ca malam tadi," kata Wendy dengan wajah seriusnya.
"Itulah masalahnya, gue lupa!"
"Eh Lo udah tugas antropologi belum? Gue belum nih,"
Wendy mengangguk, "udah kok,"
Beri tepuk tangan untuk anak teladan! Meskipun teman adalah cerminan diri kita, tapi tidak berlalu untuk soal tugas bagi Caca dan Wendy. Caca si pemalas sedangkan Wendy si rajin. Tapi itu lah fungsinya teman, saling melengkapi.
"Bagi dong Wen, gue belum nih hihi,"
Jangan pikir Wendy mau memberi begitu saja pekerjaan rumah yang dia kerjakan. Selain rajin, Wendy sangat pelit!
"Nggak ah! Nanti aku ikut di hukum kalau ketahuan kasih kamu contekan!" tolaknya.
Caca mendengus, "dasar pelit!" sungutnya kemudian mempercepat langkahnya untuk ke kelas, mau ngerjain tugas? Oh tentu tidak, tidurlah tujuan Caca.
Bel istirahat baru berbunyi, semua siswa-siswi keluar kelas untuk ke kantin. Sementara Caca yang baru saja selesai dari hukumannya langsung ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan.
Efek dari hukuman tidak mengerjakan pr memang berdampak besar bagi perut karet seperti Caca.
Gadis itu berjalan seperti orang belum makan setahun, dia masuk ke dalam kantin dan menerobos antrian. Tidak ada yang berkomentar karena yang ngantri kebanyakan laki-laki jadi selagi itu Caca cantik mereka mempersilahkan.
"Bu nasi goreng satu, sama bakso satu ya, terus minumnya teh es satu," pesannya.
Setelah memesan, dia langsung mencari tempat duduk yang kosong. Berhubung kantin masih sedikit sepi jadi dia bebas memilih tempat duduk.
Namun ingin mendaratkan bokongnya, mata gadis itu membola melihat kedatangan tiga cowok the most wanted SMA Rajawali.
"Kyaaa ada Anka!!" pekiknya dan langsung menghampiri ketiganya.
"Hallo sayang! Apa kabar?" sapanya melambaikan tangannya pada seorang cowok berwajah datar di tengah.
Bukannya membalas sapaan itu, cowok tersebut melewati Caca begitu saja dan duduk di meja pojok.
Tidak mau sakit hati dan patah semangat, Caca mengikuti ketiganya duduk di sana.
"Kok Anka nggak balas sapaan aku sih?" dengusnya merengek.
Galih yang prihatin menepuk bahu gadis itu, "yang sabar ya Ca, kan tau sendiri Anka tuh gimana sama cewek selain Nabila,"
Caca mengangguk kecil, "iya ih, tapi aku nggak boleh nyerah!"
"Anka mau makan apa? Biar aku yang pesan!! Cepat bilang nanti antrian panjang!"
"Berisik banget sih Lo!" ketus laki-laki itu.
Caca langsung terdiam, gadis itu kaget.
"Gue gini pasti Lo bakal aduin ke nyokap bokap gue kan?! Pengadu!" sinisnya mencibir dan menyindir Caca.
"Nggak kok, aku nggak penah bilang sama Tante dan om,"
"Basi anjing! Bangsat!" umpatnya kasar pada Caca, pacarnya sendiri.
Kelvin yang duduk di sebelah Anka menepuk bahu laki-laki itu agar tidak kelepasan karena mengingat lawan bicaranya adalah seorang perempuan.
"Aku nggak gitu kok An, aku bukan pengadu,"
"Cih! Lo pikir gue percaya?!"
Baiklah, sepertinya Anka memang sangat membenci Caca, sekarang tinggal reaksi dan respon Caca terhadap laki-laki itu lagi.
"Aku harus gimana biar kamu percaya?" tanya gadis cantik tersebut.