Mariana masih terlelap saat Gerald kembali ke kamar. Lelaki itu mendekat ke sisi ranjang dan memperhatikan perempuan itu. Mariana mengeluarkan banyak keringat, dan ketika Gerald mengecek suhu tubuhnya dengan menempelkan punggung tangannya ke atas dahi perempuan itu, sudah tidak ada lagi panas yang menyengat.
Gerald bernapas lega. Jika keadaan Mariana membaik, dia bisa membawa Mariana pulang ke Jakarta besok atau lusa. Tidak perlu terlalu buru-buru karena Gerald yakin di Jakarta Mariana tidak mau diam. Wanita itu akan terus memforsir tenaganya menggarap semua pesanan di butik.
Kelopak mata Mariana yang tertutup tampak bergerak, lalu detik berikutnya terbuka perlahan. Yang pertama wanita lihat pertama adalah Gerald yang tengah tersenyum padanya.
"Kamu sudah pulang, Ger?" tanya Mariana lirih.
Gerald hanya mengangguk.
"Kok cepet banget?"
"Kamu sendiri, nggak ada temen. Jadi, aku cepet-cepet pulang. Gimana perasaan kamu?"