Chereads / You're still mine / Chapter 16 - Irene's Luxury

Chapter 16 - Irene's Luxury

Gelap nya malam tak akan menjadi sebuah rasa takut untuk hati seseorang yang telah beku dan terluka. Terkadang gelap nya malam lah yang menemani kita saat kita kesepian ataupun terjatuh dalam duka nestapa. Irene, gadis itu sedang menatap gelap nya langit malam dibalik kaca mobil nya. Saat ini Irene sedang dalam perjalanan pulang sehabis menyelesaikan jadwal pemotretan terakhir nya. Irene sangat lelah sekali dan dia butuh istirahat karena memang ini waktunya untuk orang-orang istirahat dan pergi ke alam mimpinya. Saat ini waktu sudah menunjukan jam satu malam hanya Irene dengan Karin yang masih berkeliaran dijalanan ditengah malam.

Mereka berdua pun sampai pada kediaman rumah Irene. Irene pun turun dari pintu penumpang disamping kemudi dan Irene masih melihat Karin yang masih diam dikursi kemudi seperti tidak akan mengikuti nya untuk turun dan masuk kedalam rumah nya.

"Kenapa lo masih didalam? Cepat turun ikut gue masuk kedalam." tanya Irene sambil menyuruh Karin.

"Engga, gue mau pulang aja Irene." jawab Karin

"Lo mau pulang sendirian ditengah malam kaya gini gila lo. Kalau lo kenapa-napa dijalan gimana? Lo mending masuk dan nginap dirumah gue." ucap Irene panjang lebar.

"Engga, ah. Gue gak enak kalau harus menginap dirumah lo," ujar Karin sambil tersenyum.

"Bodo amat, pokok nya lo harus nginap dirumah gue. Kalau lo gak mau gue bakal marah sama lo." ancam Irene sambil menatap tajam Karin.

Karin pun beripikir dahulu lalu menghela nafas dalam-dalam karna dirinya tak punya pilihan lain selain menyetujui perintah Irene.

"Yaudah gue nginap dirumah lo malam ini, tapi gue masukin mobil ke bagasi rumah lo dulu yah." kata Karin

"Oke, gue tunggu lo disini." jawab Irene

Kemudian Karin pun memarkirkan mobil kedalam bagasi rumah Irene dan Karin pun membulatkan matanya ketika melihat banyak mobil dengan harga yang tidak akan pernah dia bisa beli. Bahkan ada merk mobil tertentu yang dia inginkan sejak dulu saat mau membeli mobil akan tetapi tidak jadi karena harga nya yang mahal bombastis.

"Wow, tak bisa gue pungkiri keluarga Irene memang benar-benar kaya." ucap Karin dalam hati.

Karin pun segera keluar dari bagasi rumah Irene dan menuju dimana Irene yang tengah menunggu nya. Karin pun tiba dihadapan Irene, lalu mereka berdua pun pergi masuk kedalam. Didalam rumah Irene sangat sepi bahkan hanya ada satu pelayan yang masih terjaga yang tadi membukakan pintu rumah nya.

"Bibi, tolong siapkan kamar tamu untuk Karin." perintah Irene kepada Bibi pengasuh nya sejak dia masih kecil.

"Baik, Non." jawab sang Bibi.

"Tunggu, Bi. Aku bakal tidur bareng Irene aja jadi gak usah repot-repot siapin kamar," ujar Karin sedangkan Irene hanya mengangkat sebelah alis nya bingung.

"Serius, Non?" tanya Bibi pada Irene untuk memastikan.

Kemudian Karin pun menyenggol lengan Irene yang sedari tadi hanya diam aja. Irene pun menatap Karin seraya bertanya. Karin pun menjawab nya dengan kode sambil melirik ke arah Bibi.

"Hemm, iya Bi. Tidak usah mending Bibi kembali istirahat saja." jawab Irene yang paham dengan maksud dari kode Karin.

Bibi pengasuh Irene pun pergi kembali ke kamar nya untuk beristirahat sedangkan Irene dan Karin, mereka berdua tengah berjalan menaiki tangga menuju kamar Irene.

"Lo serius mau tidur bareng gue?" tanya Irene selama berjalan menaiki tangga.

"Iya, lo keberatan kalau gue tidur bareng lo?" jawab Karin sambil bertanya dan merasa tak enak.

"Engga, malah gue senang kalau lo tidur bareng gue jadi kan gue ada teman buat tidur." jawab Irene sambil tersenyum.

Lalu mereka berdua tiba didepan kamar Irene, dan kemudian Irene membuka pintu kamar nya dan masuk kedalam diikuti Karin yang berada dibelakang nya. Didalam kamar Irene, Karin mengedarkan pandangan nya untuk melihat semua yang berada dikamar ini hanya ada tempat tidur berukuran Queen Size dengan beberapa boneka diatas tempat tidur nya dan satu Sofa menghadap kearah TV serta lantai dilapisi karpet lampu kamar yang terpasang dengan elegan. Tidak hanya itu saja didalam kamar Irene ada dua pintu kecil dan satu pintu besar. Menurut Karin satu pintu kecil itu kamar mandi karena tadi Irene bilang akan membersihkan badan nya terlebih dahulu. Lalu Karin pun bingung dan bertanya-tanya dua pintu lagi itu apa. Dari pada bingung sendiri Karin pun mendudukan dirinya di Sofa yang berada disitu.

Irene pun keluar dari kamar mandi mengenakan handuk kimono nya. Dia pun berjalan menuju pintu besar yang tadi Karin lihat dan Irene pun membuka nya dengan kedua tangan nya kemudian masuk ke dalam lalu Karin hanya diam memperhatikan Irene yang masuk kedalam sampai pintu besar itu tertutup.

Beberapa menit kemudian, Irene keluar dari pintu besar itu dengan baju piyama berwarna pink polkadot sambil membawa baju piyama ditangan nya lalu dia berikan pada Karin yang terbengong bingung.

"Lo kenapa kaya orang bingung? Itu piyama buat lo tidur mending lo cepat ganti baju sana dikamar mandi sambil bersihkan diri lo." seru Irene pada Karin.

"Eoh, gapapa. Yaudah gue ganti dulu yah," ujar Karin sambil berjalan memikirkan pintu besar yang ternyata adalah walk in closet nya Irene.

Karin pun masuk kedalam kamar mandi dan Irene pun berteriak "Jangan lupa mandi." sambil cekikikan.

Sambil menunggu Karin yang sedang berada didalam kamar mandi. Irene pun duduk bersandar ditempat tidur nya sambil memainkan ponsel nya. Tak lama kemudian Karin pun keluar dengan piyama yang sudah dia pakai. Karin pun meletakan baju kotor nya di dalam tempat pakaian kotor Irene. Kemudian Karin pun menghampiri Irene yang tengah sibuk memainkam ponsel nya.

"Lo udah selesai?" tanya Irene yang menyadari ada Karin disamping nya.

"Iya, ruang kamar lo besar banget Irene. Bahkan kamar mandi lo aja seluas kamar gue. " jawab Karin terkagum karena memang benar kamar Irene ini sangat besar mewah dan elegan menurut nya.

"Biasa aja, Rin." ucap Irene merendah.

"Biasa apa nya ini mah luar biasa Irene," ujar Karin lebay.

"Dasar lebay, udah tidur ini udah malam banget." kata Irene pada Karin sambil menunjukan jam yang sudah pukul dua pagi.

"Iya, tapi benar tau. Bahkan lo punya walk in closet sendiri, gue yakin pasti didalam nya lebih dari yang gue bayangin." seru Karin membuat Irene tertawa.

"Apaan sih, lo mau liat walk in closet gue." tawar Irene yang sudah tau apa yang dipikirkan gadis itu.

"Apa boleh?" tanya Karin berbinar matanya dan Irene tersenyum lalu bangkit dari duduk nya.

"Ayo, ikut gue." jawab Irene mengajak Karin untuk mengikutinya.

Kemudian Irene pun membuka pintu walk in closet nya dan masuk kedalam dengan Karin yang mengekori nya. Saat berada didalam Karin tak henti-henti nya berdecak kagum dengan apa yang dia lihat.

"Irene memang keturunan sultan semua barang bermerk bahkan dia punya. OMG, lo sungguh beruntung Irene." batin Karin merasa iri pada Irene.

Karin melihat semua nya dimulai dari Pakaian, Aksesoris, Sepatu, Tas dan Make-up yang berada disini semua itu barang bermerk atau bisa dibilang Branded. Bahkan masih banyak barang-barang disini yang masih ada label nya yang tentu saja belum Irene pakai sama sekali.

"Irene, lo beli baju ini tapi gak lo pakai?" tanya Karin sambil memegang baju yang masih ada label nya.

"Heheheh, gue suka lupa kalau beli baju baru dan pada akhirnya gak pernah gue pakai. Kalau lo mau ambil aja." jawab Irene sambil tersenyum manis.

"Hah, serius lo. Lo mau kasih baju ini ke gue? Lo yakin?" tanya Karin kembali merasa tak percaya karna Irene memberikan baju mahal setelah melihat harga di label nya tanpa berpikir lagi.

"Iya, seterah lo mau ambil yang mana aja yang lo suka." jawab Irene

"Kenapa lo sebaik itu sama gue Irene?" tanya Karin lagi karena menurut nya Irene itu sangat baik hati.

"Karena lo itu teman gue jadi wajar kan kalau gue berbagi apa yang gue punya sama lo." jawab Irene tulus dengan kata-kata nya.

"Hiks, gue beruntung punya teman kaya lo." ucap Karin menangis haru.

"Loh, kok malah nangis. Yaudah mending kita tidur aja. Soal baju ataupun yang lo mau besok pagi aja lo pilih" kata Irene.

Mereka berdua pun berjalan keluar dari walk in closet dan menuju tempat tidur. Mereka pun merebahkan dirinya diatas tempat tidur dan memejamkan mata nya.

"Irene, keluarga lo kaya bahkan masih bisa dibilang sangat kaya. Bahkan harta keluarga lo gak bakal habis tujuh turunan dan kenapa lo memilih kerja sendiri jadi model dan punya butik sendiri tanpa bantun dari keluarga lo. Menurut gue, orang tua lo pasti bakal ngasih apa yang lo mau dalam sekejap jika lo minta pada mereka tanpa harus bekerja keras." ucap Karin pada Irene yang masih memejamkan mata nya meski Irene sendiri mendengar apa yang diucapkan Karin.

"Iya, gue tau keluarga gue sekaya apa. Akan tetapi jika gue terus mengandalkan uang dari orang tua gue maka gue gak bakal maju dan dewasa seperti ini. Dari dulu gue sama Kak Arka dari kecil di ajarkan untuk mandiri dan hasil nya memuaskan kan gue sukse dan berhasil seperti ini." jelas Irene dengan mata tertutup.

Kadang kala kekayaan orang tua itu jangan dijadikan patokan untuk kita hidup. Karena senantiasa kekayaan tersebut bisa hilang kapan saja tanpa ada yang tau. Jadikan lah usaha atau kerja untuk memperoleh kekayaan sebagai patokan dan pembelajaran. Jadilah mandiri tanpa bantuan kedua orang tua untuk berusaha dan bekerja keras hingan semua terwujud dan sukses. Karena hasil dari kerja keras sendiri itu lebih baik dari pada meminta bantuan terus kepada orang tua.